PWMU.CO – Rocky Gerung memang sedang menjadi bintang. Tak terkecuali ketika hadir di Universitas Muhammadiyah Surabaya dalam Kuliah Umum bertema “Membangun Nalar Kritis dai Kalangan Kampus untuk Indonesia Berkemajuan”, Selasa (29/1/19).
Seribu lebih peserta yang memadati Hall Lantai 13 At Tauhid Tower Kampus Sutorejo Surabaya bergemuruh oleh pernyataan-pernyataan kritis namun menghibur. “Saya pakai mimbar ini dalam upaya mengkudeta rektor karena dia tadi membuka acara ini dengan provokasi akademis kontemporer nero sains” ucapnya, membuka ceramah yang langsung disambar tawa peserta.
“Sudah sepuluh Universitas Muhammadiyah yang saya datangi. Sebetulnya bukan karena keinginan saya karena hobi saya naik gunung justru tertunda karena saya terus diseret oleh Muhammadiyah,” lanjut Rocky.
Tapi kalau saya naik gunung, sambungnya, kalau saya diseret saya pasti luka karena duri dan merangkak. “Tapi diseret oleh Muhammadiyah saya tidak tergores karena diseret oleh akal sehat,” ungkapnya yang langsung disambut tepuk gemuruh peserta.
Rocky juga sempat mengundang tawa ketika dia mencari-cari catatan di podium. “Karena tadi saya mempersiapkan tulisan tapi dia jatuh tapi ndak tahu di mana. Oleh karena itu maafkan, anggap saja teksnya hilang dan terpaksa saya melayani tantangan rektor dari ‘Universitas Mikir Surabaya,” ujarnya disambut tawa hadirin.
Mengawali kuliah, Rocky menyampaikan bahwa berpikir adalah fungsi dari otak sebagai entitas fisiologis. “Ini tolong dikoreksi kalau saya banyak ngibul karena di ILC tempat saya ngibul. Tapi Muhammadiyah tempat saya taubat. Saya mau ngibul ternyata rektornya dokter. Jadi saya harus cari cara supaya tidak ketahuan ngibul-nya,” ucap Rocky yang disambut dengan gerr-gerran.
“Tema Membangun Nalar Kritis di Kalangan Kampus untuk Indonesia Berkemajuan itu quotation (kutipan) dari siapa? Jika kita bikin semacam imajinasi, ini diucapkan 180 tahun yang lalu kurang lebihnya. Oleh seorang anak muda milenial yakni Ahmad Dahlan. Yang memilih mendirikan universitas, sekolah, dan tidak tergoda untuk nyaleg pada saat itu,” ujarnya.
Bayangkan, kata dia, kalau misalnya Bro Ahmad Dahlan yang pada waktu itu dia berusia di bawah 40 tahun, 30-an tahun, pasti kita panggil Bro, dan dia pasti tidak akan tersinggung karena dia memilih merawat akal sehat dengan mendirikan institusi yang bernama Muhammadiyah,” ujarnya, lagi-lagi disambut tawa hadirin. (Iis)