Andai Rocky Gerung dan Jokowi Duduk Bersama, Apa yang akan Terjadi? oleh Mas Imam Nawawi, Penulis buku Change Yourself to Change The World dan dua judul lainnya
PWMU.CO – Selama ini publik telah memahami Rocky Gerung memandang Presiden Jokowi dengan kritik. Tentu Rocky punya alasan dengan langkah-langkahnya selama ini.
Bagi Rocky Gerung, orang yang duduk dalam sebuah jabatan publik, terlebih sekelas presiden, harus siap dikritik.
Ketika kritik dilayangkan, maka itu bukan menyerang sosok presiden sebagai pribadi, tetapi lebih karena jabatan yang melekat pada dirinya.
Oleh karena itu Rocky memandang bahwa dirinya tidak menghina pribadi Jokowi, akan tetapi ia mengkritik jabatan presiden.
Jabatan berbeda dengan manusia. Hanya manusia yang punya martabat, maka dari itu, manusia tidak boleh dihina. Sedangkan jabatan tidak punya martabat, maka tidak apa-apa untuk dikritik dan tidak perlu merasa terhina. Sebab yang bisa merasa terhina, hanya manusia.
Lagi pula, kata Rocky Gerung, kalau jabatan punya martabat, apakah logis martabat itu berganti setiap lima tahun sekali.
Pendek kata, Rocky Gerung mengeluarkan satu diksi yang mengundang kegemparan publik, hingga beberapa pihak melaporkan dirinya ke Bareskrim Polri dan Polda Metro Jaya.
Terlepas dari segenap dinamika yang ada, kita penting meresapi saran dari ahli psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel.
Duduk Bersama
Seperti oase di tengah gurun opini, pandangan Reza menyegarkan. Pria berkacamata itu memandang Polri dalam kasus ini harus mengutamakan pilihan restorative justice.
Saran itu didasarkan atas Surat Edaran Kapolri Nomor SE/6/X/2015. Berdasarkan hal itu, Polri bisa melakukan dua langkah.
Pertama, mempertemukan Rocky Gerung dengan Presiden Jokowi. Kedua, mencari solusi perdamaian antara keduanya.
Reza menuturkan,”Bayangkan jika Rocky dan Jokowi duduk bersama. Banyak manfaatnya bagi semua. Termasuk kecerdasan publik dalam bernegara,” seperti banyak dikutip media.
Kalimat Reza, jika duduk bersama Rocky dan Jokowi terjadi, kecerdasan publik dalam bernegara akan meningkat, maka itu sebuah ide yang penting benar-benar diupayakan.
Ke depan ini bisa menjadi satu terobosan penting untuk hadirnya satu pola baru kritik dan penyampaian aspirasi secara langsung dan terbuka.
Yang dengan cara seperti itu, media massa, tidak perlu ”heboh” dengan terus berupaya menampilkan satu ungkapan dari tokoh yang sedang terlibat dalam ”pertikaian”.
Presiden dan warga negara bisa bertatap muka, dalam satu forum yang memang disediakan untuk menyampaikan aspirasi bahkan mungkin kritik. Langkah ini mungkin masih sulit dibayangkan, kalau melihat kultur cara mengkritik selama ini.
Terlebih di Indonesia, beda pandangan politik, seakan-akan menjadi musuh dan jangan pernah sampai bisa duduk bersama.
Benefit Besar
Andai Rocky Gerung dan Jokowi duduk bersama sepertinya mendatangkan benefit lebih besar daripada membiarkan masalah itu jadi kekuatan yang saling berhadapan di ranah hukum.
Efeknya tidak akan berhenti sebatas pada kasus dan hukum. Tetapi bakal merembet pada sisi psikologi. Presiden Jokowi semakin tersudut pada persepsi masyarakat sebagai presiden anti kritik. Sisi yang lain, Rocky Gerung semakin mendapat simpati luas dari masyarakat.
Jika pemerintah dan penegak hukum gagal mengelola isu dan kejadian ini secara tepat, alamat kurang bagus bagi perjalanan bangsa ke depan.
Opsi bertemu saya kira terbuka. Mengingat Presiden Jokowi secara terbuka juga menilai apa yang Rocky ucapkan masalah kecil. Artinya tak seharusnya diperkarakan ke ranah hukum.
“Itu hal-hal kecil. Saya kerja saja,” ujar Jokowi di Senayan Park, Jakarta, Rabu (2/8/2023). Bukankah itu berarti Presiden Jokowi siap berbesar hati?
Tinggal langkah berikutnya meyakinkan Rocky Gerung. Apakah Rocky Gerung memandang pertemuan dirinya dengan Presiden Jokowi sebagai ide yang substantif mengatasi polemik ini?
Satu hal yang bisa kita baca, Rocky punya kemampuan berpikir mendalam dan luas. Sejauh maslahat bagi bangsa dan negara, bukan hal yang rumit bagi Rocky untuk melakukannya.
Sebagai sosok pemikir, Rocky sulit memiliki rasa benci dan dendam. Terlebih semua yang ia ucapkan semata-mata ingin mendorong kepemimpinan Presiden Jokowi senafas dengan amanah konstitusi.
Rocky juga orang yang telah banyak berjasa bagi negeri dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Satu setengah dekade ia mengajar di UI.
Sebagai pemikir yang memahami seluk beluk demokrasi dengan sangat baik, Rocky sadar perbedaan pendapat bukanlah hal yang bisa dihindari. Ia tidak akan memandang orang lain sebagai musuh hanya karena berbeda pendapat.
Jadi ini langkah menarik andai Rocky Gerung dan Presiden Jokowi. bisa bertemu duduk bersama. Kapolri bisa mengambil inisiatif itu.
Saya dan Anda semua pasti membatin, kira-kira apa yang akan terjadi, jika keduanya benar-benar bisa duduk bersama. Sebagian besar mungkin akan memprediksi publik akan dapat asupan akal sehat yang lebih hebat, benefit yang besar. Seperti diprediksi oleh pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel.
Editor Sugeng Purwanto
Discussion about this post