PWMU.CO– Penyanyi dangdut legendaris Ida Laila (75) meninggal dunia, Kamis (12/9/19) pukul 02.00, dan sudah dimakamkan di Pemakaman Rangkah Surabaya siangnya.
Tidak sempat takziyah saat acara pemakaman, sejumlah kader Pimpinan Cabang IPM Tambaksari dipandu Ketua Umumnya Raga Sandria berkunjung ke kediaman almarhumah di Jl. Cancer Karang Empat Surabaya, Selasa (17/9/19) malam.
Mereka ditemui oleh cucu almarhum, Ainur Rahman yang juga kader Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Tambaksari. Ainur alumnus SMP Muhammadiyah 2 Genteng. Dia juga pernah menjabat Ketua Umum IPM Ranting SMA Muhammadiyah 1 Kapasan Surabaya periode 2010-2011.
Keluarga Ida Laila juga aktivis Muhammadiyah. Rumahnya berada di depan TK Aisyiyah 60 yang satu komplek dengan Masjid Arif Rahman Hakim yang dikelola PRM Ploso. Keluarga Ida Laila aktif di masjid ini.
Ainur yang atlet anggar sewaktu SMP ini menjelaskan, neneknya meninggal karena menderita penyakit komplikasi. ”Pas hari Rabu (11/09/19) malam drop lalu dirawat di RSUD Soedono Madiun. Saat itu dokter meminta keikhlasan keluarga karena penyakitnya sudah menyebar ke seluruh tubuh,” ungkapnya. Tak lama kemudian Ida Laila dinyatakan meninggal dunia.
Setelah menyelesaikan urusan administrasi, jenazahnya dibawa ke Surabaya. ”Alhamdulillah, waktu ngurus administrasi kita dipermudah. Setelah selesai semuanya langsung dibawa ke Surabaya. Sampai rumah sini Kamis (12/9/19) bakda Subuh,” ceritanya.
Ida Laila yang memiliki nama asli Moerahwati dilahirkan di Surabaya, 27 November 1943.
Sejak berusia 10 tahun sudah mulai menyanyi. Saat remaja ikut menyanyi di pentas dangdut di Surabaya bergabung dengan Orkes Melayu (OM) Sinar Kemala Surabaya pimpinan A. Kadir.
Kemudian bergabung dengan OM Sonata, Ida Laila mengeluarkan 5 album. Ketika menjadi penyanyi di OM Sinar Mutiara produksi 7 album. Paling banyak saat bersama OM Awara 18 album.
Lagu Ida Laila
yang meledak di pasaran dan kini menjadi legenda seperti Siksa Kubur (1960),
Berkasih Mesra (1964), Keagungan Tuhan (1965), Perintah Ilahi
(1967). (*)
Penulis Hamzah
Editor Sugeng Purwanto