PWMU.CO – Apa yang terjadi jika 500-an alumni Pondok Pesantren Muhammadiyah Babat berkumpul dan bercerita tentang masa lalunya saat mereka menjadi santri? Dalam acara Reuni Nasional Alumni Pondok Pesantren Muhammadiyah Babat, Lamongan yang berlangsung Sabtu (9/7) siang, empat alumni didaulat untuk memberi pesan dan kesan selama menjadi santri. Sebagian ceritanya adalah kisah ‘kenakalan’ mereka.
(Baca: Sukses Berkat Nyantri, Inilah Testimoni Alumni Pesantren Muhammadiyah)
“Saya dulu termasuk santri yang nakal. Pernah diancam dikeluarkan dari pondok,” demikian Agus Kristiono, salah satu alumni yang didaulat berbicara mewakili angkatan tahun 90-an. Agus bercerita, bahwa ia pernah beberapa kali keluar malam dari pondok dengan melompat pagar. “Waktu itu saya diajak senior nonton film. Kami lompat pagar belakang. Sialnya, pagarnya roboh saat kami panjat, yang menyebabkan kepala senior bocor dan harus dijahit,” kata Agus yang malam itu di samping harus mengurus pengobatan seniornya, juga harus menegakkan kembali pagar tembok, agar tidak diketahui KH Mukhlis Sulaiman, pendiri dan pengasuh pondok saat itu.
“Tapi meskipun termasuk nakal, saya merasakan sekali manfaat yang besar dari pondok ini,” kata pria yang kini berdinas di TNI AU ini. Agus bercerita, suatu saat di acara dinas ia pernah secara mendadak diminta sang komandan untuk menggantikan petugas pembaca doa yang berhalangan hadir. “Alhamdulillah saya bisa menjalankan tugas itu. Dan dapat amplop berisi Rp 1,5 juta,” tutur Agus disambut tawa hadirin.
(Baca juga: Pesantren Muhammadiyah Babat Apresiasi Kepedulian Alumni)
Sementara itu Muhammad Yusuf yang didaulat untuk mewakili angkatan 80-an bercerita, “Saya pernah diminta Pak Mukhlis untuk muhadarah (belajar pidato, red). Tapi saya nggak bisa dan bersembunyi di dalam podium.” Tapi momentum itu justru membuat penulis buku Menabur Benih Karakter ini bertekad untuk bisa berbicara di hadapan umum. Dan terbukti, selain menjadi guru, kini ia juga seorang trainer dan motivator.
Lain lagi dengan Aan Khunaifi yang mewakili angkatan 2000-an. Ia bercerita bagaimana mendalamnya pesan yang diberikan KH Mukhlis Sulaiman kepadanya. Menurutnya, ada empat pesan Pak Mukhlis yang selalu diingatnya. “Pertama, beliau berpesan bahwa yang mencari ilmu, maka akan dimudahkan oleh Allah,” ungkapnya. Pesan kedua yang diingat Aan adalah saat ia bertemu dengan Kyai Mukhlis di Lamongan. “Beliau bertanya pada saya, apakah sudah menikah? Lalu Pak Mukhlis berpesan bahwa jika ingin bahagia, maka menikahlah.”
Pesan ketiga adalah soal sikap toleransi terhadap perbadaan furu’iyah. Menurut Aan, Kyai Mukhlis memberi contoh soal shalat. Bahwa kaifiyah shalat dari Nabi SAW itu hanya diterima lewat teks tertulis. “Bagaimana persisnya, kita tidak tahu. Makanya jangan menyalahkan shalat orang lain,” kata Aan menirukan Kyai Mukhlis. Pesan terakhir Kyai Mukhlis, kata Aan, adalah pesan filosofis “Ngono yo ngono neng ojo ngono (begitu tapi jangan begitu)”.
(Baca juga: Lima Kali Usahanya Terbakar, Saudagar Muhammadiyah Timika Asal Lamongan Ini Kini Sukses)
Selain mengundang alumni yang pernah menjadi santri formal, panitia reuni juga mengundang santri yang pernah diajar Kyai Mukhlis sebelum berdirinya pondok pesantren secara formal. “Dulu kami diajar berlima oleh Kyai Mukhlis. Belajar tafsir Alquran Surat Albaqarah. Kami belajar dua kali dalam satu pekan,” kata Alifin yang belajar pada Kyai Mukhlis tahun 70-an. Wakil Ketua STIKES Muhammadiyah Lamongan ini bersyukur pernah belajar pada Kyai Mukhlis dan sekaligus menjadi cikal bakal Pondok Pesantren Muhammadiyah Babat ini.
Sementara itu Mudir Pesantren KH Abdul Muhaimin merasa bangga pada para alumni yang tersebar di berbagai tempat di Tanah Air. “Beberapa yang bergelar doktor. Ada beberapa yang berprofesi dokter. Ada banyak pengusaha, guru, dan profesi lainnya. Itu yang membuat kami bangga. Semoga ilmu yang didapatkan dari pondok ini bermanfaat,” katanya.
Ketua Panitia Reuni Nasional (Rena) Samuri mengucapkan terima kasih pada para alumni yang telah berpartisipasi atas suksesnya acaranya ini. Ia juga membakar semangat alumni dengan yel-yel “Pondok Pesantren Muhammadiyah: Pondokku, Pondokmu, Pondok Kita.” Di akhir acara, terkumpul dana spontanitas sebesar Rp 15 juta. “Dana ini rencanya akan dipakai untuk rehab asrama putri,” kata Samuri. Sebelumnya, alumni telah menyalurkan sumbangan alumni sebesar Rp 40 juta untuh perbaikan asrama putra. (MN)