PWMU.CO – Khawarij dan Muktazilah baru dihidupkan oleh sang Master Mind di tengah Mazhab Huluzah. Mereka melakukan fabrikasi dan distribusi konten hoax di medsos. Isinya memecah belah umat Islam.
Neo Khawarij
Sang Master Mind juga membangunkan kembali dan menghimpun musuh tradisional Syiah yaitu kaum Khawarij.
Inilah kelompok yang sangat benci dan dendam kepada Syiah. Bagi kelompok ini, Syiah itu kafir. Seperti mereka mengkafirkan Sayidina Ali. Padahal menantu dan sepupu Rasulullah ini dijamin masuk surga.
Sudah ratusan tahun Khawarij mengalami diaspora. Secara organisatoris tidak ada yang terang-terangan menyatakan Khawarij. Tapi, secara ideologis tumbuh meliar terus seperti onggokan-onggokan gulma di rawa-rawa.
Mereka direvitalisasi dengan nama-nama yang aneh-aneh. Jamaah ini jamaah itu. Mereka juga melakukan kamuflase menjadi salafi atau wahabi. Padahal salafi itu asalnya juga predikat untuk kaum sunni.
Adapun Wahabi adalah pengikut Muhammad bin Abdul Wahab yang dalam fiqih ikut Imam Hambali. Salah satu mazhab yang juga diakui kaum Sunni.
Khawarij ini dalam hal tertentu pas dengan Yahudi seperti toples ketemu tutup. Sama-sama merasa dirinya saja yang berhak masuk surga. Merasa manusia istimewa. Merasa dirinya saja yang paling benar, adapun lainnya salah semua.
Mereka ini terkesan seperti yang digambarkan Surat Al Anfal 47: “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar dari kampung halamannya dengan rasa angkuh dan ingin dipuji orang. Serta menghalangi (orang) dari jalan Allah.”
Jangan-jangan mereka ini yang disebut Rasulullah, mereka fasih baca al-Quran tapi sebatas sampai di tenggorokan.
Lahirnya Kelompok Ektrem
Hasil eksploitasi dan rivatilasi Khawarij ini adalah berkembangnya kelompok-kelompok yang eksklusif. Ekstrem. Tertutup. Begitu mudah menuding kelompok lain kafir, bid’ah. Tidak mau membangun masjid sendiri, tapi hobinya menyerobot masjid kelompok lain. Kebiasaannya memamerkan ornamen-ornamen yang dianggap keislaman untuk agar disebut paling Islami.
Puncaknya adalah berdirinya ISIS. Bisa dikatakan ISIS adalah semacam withdrawl Khawarij yang mengalami diaspora. Maunya Irak dan Suriah dijadikan semacam “Tanah Perjanjian” seperti kaum Yahudi yang merampas tanah rakyat Palestina. Dijadikan negara khilafah.
Kenapa di Irak dan Suriah? Bukan di Arab Saudi, Yordania, Kuwait atau yang lain? Karena mayoritas warga Irak adalah Syiah. Rejim Syuariah adalah Syiah. Dengan demikian sebenarnya punya target menghancurkan Syiah. Memutus jalur hubungan Iran dengan Hezbollah Lebanon dan gerilyawan Palestina dukungan Iran. Intinya agar rakyat Palestina berada dalam “tanah pembuangan”di negaranya sendiri.
Nasib ISIS seperti Saddam Hussein dan Reza Pahlevi. Juga Osama bin Laden. Setelah dianggap gagal menjalankan misi, dihabisi juga oleh Sang Master Mind melalui AS dan gengnya. Di luar negara Islam yang jadi kebijakan habis manis sepah dibuang AS antara lain Presiden Filipina Ferdinand Marcos. Presiden Chile Pinochet. Entah di Indonesia.
Peran Ali Syariati
Revolusi Iran adalah revolusi terbesar di dunia Islam. Revolusi terbesar ketiga di dunia setelah Revolusi Perancis (1789) dan Revolusi Bolshevik (1917). Tokoh sentral penggeraknya memang Imam Khomeini. Tapi ideolog revolusi Iran adalah Ali Syariati.
Anjar Nugroho dalam bukunya, Ali Syariati Revolusi Iran dan Transformasi Politik Indonesia, mengatakan, ia tumbuh berkembang menjadi intelektual Iran semasa rejim tiranik dan despotik Shah Reza Pahlevi.
Syariati dengan berani melontarkan gagasan-gagasan radikal tentang oposisi dan revolusi yang bersumber dari ajaran Syiah yang sudah dicangkokkan dengan tradisi revolusioner dunia ketiga dan Marxisme.
Ali Syariati juga menggoyahkan hegemoni ulama-ulama establis. Mereka menjadikan Syiah semata-mata sebagai agama berkabung dengan mengubah arti hakiki peristiwa Karbala. Ulama dinilai telah mengkhianati Islam dengan menjual diri kepada penguasa.
Bagi Ali Syariati, banyak ulama berpandangan picik. Yang bisanya mengulang-ulang doktrin fiqih secara bodoh. Mereka memberlakukan kitab suci sebagai lembaran kering, tanpa makna. Sebaliknya lebih riuh membahas hal-hal yang tidak penting seperti jenggot, celana cingkrang, dan masalah khilafiyah yang sudah berabad-abad dibahas tanpa ada solusi.
Para ulama dinilai teledor membahas dan memahami masalah-masalah fundamental seperti konsep ummah, imamah, esensi syahid dan jihad. Menilai peristiwa Karbala hanya sebagai tragedi yang terus ditangisi setiap haul, tanpa diselami dan diaktualiasi nilai-nilai Karbala dalam ruh kesyahidin Imam Husein, cucu kinasih Rasulullah.
Yang jelas, pemikiran revolusioner Ali Syariati menarik perhatian kalangan muda. Bukan hanya di Iran, tetapi juga di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pada dekade 1980-an, pemikiran Ali Syariati menjadi primadona bahasan di kalangan kampus dan kaum muda. Mengisi kekosongan setelah pemikiran spektakuler Nurcholish Madjid. Banyak tesis, disertasi, makalah, diskusi yang membahas tentang pemikirannya.
Neo Muktazilah
Secara diametral, kondisi Indonesia 1980-an ada sedikit banyak kemiripan dengan Iran zaman Shah Reza Pahlevi. Kaum mudah mulai jenuh dengan rezim Orde Baru yang dinilai koruptif, nepostik, despotik dan tidak demokratis.
Perkembangan umat Islam mengalami jumud (mandek). Ulama sibuk mengejar rente politik. Orang kaya, pengusaha, dan penguasa mulai menawarkan dana untuk lembaga pendidikan yang dikelola ulama. Akibatnya, ulama menjadi gamang menyerukan perjuangan kaum miskin. Menyerukan pemerintahan yang adil dan baik.
Suasana kebatinan kaum muda Muslim di Indonesia ini adalah potret dari suasana kebatinan kaum muda dunia Islam. Ada kegelisihan. Ada dorongan untuk melakukan perubahan. Menjebol kemapanan dan kemandekan pemikiran.
Membangun negara dengan sistem perintahan yang demokratis dan berkeadilan. Jauh dari pemenuhan hawa nafsu. Meskipun sistemnya bukan Republik Islam dengan landasan sistem Wilayah al-faqih seperti di Iran.
Lahirnya Kelompok Liberal
Sang Master Mind, layak diduga, tak tinggal diam. Api pemikiran revolusioner Ali Syariati harus dipadamkan di kalangan Muslim terdidik lainnya. Salah satu caranya adalah dengan menyuburkan pemikiran Muktazilah. Gampangnya adalah pola pemikiran yang berwarna liberal. Bahkan dekat dengan sekular.
Kelompok liberal ini mendapat branding yang sangat kuat dari Barat sebagai kelompok yang tepat untuk memegang masa depan Islam. Pada sisi lain, kubu pemikiran Ali Syariati disudutkan dengan berpikir legal formal, picik, kaku, tidak kultural, dan sebagainya.
Jadi sebenarnya, Neo Muktazilah maupun Neo Khawarij itu “pabriknya” tunggal. Ibarat dua kios berbeda tapi juragannya sama. Hanya jalur pembiakannya yang berbeda. Neo Muktazilah melalui jalur Amerika/Barat, sedang Neo Khawarij ini jalurnya rejim Arab monarkhi, khususnya Arab Saudi.
Setelah 40 tahun kondisi Iran cukup payah. Boikot ekonomi AS yang didukung Barat membuat ekonominya kalang kabut. Masyarakat mengalami krisis daya beli yang panjang.
Meskipun pada sisi lain juga mengundang decak kagum. Sudah diperangi selama 8 tahun. Mengalami boikot ekonomi yang semakin keras. Mengalami usaha kudeta dan kerusuhan sosial terus menerus. Tapi mengapa Iran tidak juga mati atau tumbang?
Mazhab Huluzah
Bukan hanya Iran yang terdampak. Secara umum dunia Islam mengalami pelbagai dampak yang merugikan. Umat Islam terserpih-serpih. Mereka menjadi kumpulan-kumpulan embun di dedaunan yang akan segera kering ketika matahari tiba. Bukan berkumpul di dalam sungai kemudian menjadi aliran jamaah. Bahwa kaum mukmin bersaudara, nyaris tinggal berada di Surat Al Hujurat 10.
Peringatan Allah
Justru hubungan internal kaum muslimin penuh dengan apa yang dilarang di Surat Alhujurat 11-12. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka.
Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.
Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.
Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
Muslim Moderat
Kondisi dunia Islam itu tercermin di Indonesia. Umat Islam Indonesia yang mayoritas dapat dikategorikan muslim moderat (Islam wasathiyah) diendeng-endeng (ditarik-tarik) ke kiri dan kanan. Di ujung kiri jauh adalah liberal, di ujung kanan jauh ada pro khilafah.
Diperparah dengan berbiaknya “Mazhab Huluzah (humazatil lumazah) alias Mazhab Pengumpat dan Pencela. Mereka melakukan fabrikasi dan distribusi konten hoax di media, khususnya medsos. Isinya memecah belah umat Islam. Menempatkan Islam sebagai lawan Pancasila. Mem-branding Islam identik dengan terorisme. Membangun Islam fobia.
Membuat umat Islam gaduh melulu sehingga tidak sempat mendalami Al Quran (Surat Fussilat 26). Agar menjadi umat Islam manusia-manusia bodoh yang tidak meneliti informasi yang pada gilirannya akan menghancurkan suatu bangsa (Al Hujurat 6).
Siapa penganut Mazhab Huluzah ini? Yaitu mereka mengumpat dan mencela untuk mengumpulkan uang dan harta. Mereka mengira hartanya dapat mengekalkannya. Sekali-kali tidak. Yang pasti mereka akan dilemparkan ke neraka Huthamah (Al Humazah).
Sudah saatnya umat Islam menyadari kalau hanya dijadikan gladiator dalam suatu pertarungan massal. Bukan sekadar pertarungan man to man. Dalam pertarungan massal demikian risiko terkecil adalah bisa keluar walau dengan luka dan cacat permanen. Allahu a’lam. (*)
Penulis Anwar Hudijono, wartawan senior. Editor Mohammad Nurfatoni.