PWMU.CO – Jihad politik Muhammadiyah untuk tegakkan keadilan dan mencegah kedzaliman. Karena itu upaya politik harus menjadi the first.
Dalam konteks negara maka menjadi presiden dan seterusnya. Mengapa dalam upaya politik harus menjadi the first. Karena kita dituntut berbuat adil bukan kedzaliman.
Dan di dalam kedzaliman ada kesyirikan. Meski dzalim kecil-kecil jika terkumpul akan besar juga. Jika penguasa dalim maka menyalahi Islam.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Dr Saad Ibrahim saat memberikan sambutan pada Pertemuan Sinergi Politik dan Bisnis Jipolmu Jatim di Hall Hotel Pelangi Malang, Sabtu (1/2/2020).
Cerita Skill Sopir Bus
Saad Ibrahim kemudian bercerita ketika perjalanan naik bus dari Bandung ke Jakarta. “Perjalanan melewati Puncak dengan banyak belokan. Saya duduk tepat di belakang sopir. Beberapa kali saya mendengar sopir mengucapkan alhamdulilah,” kisahnya.
Ketika sampai di Pulogadung, sambungnya, semua penumpang turun. Tetapi saya memilih ngobrol dulu dengan sopir bus. “Mengapa bapak sering sekali mengucap alhamdulilah ketika perjalanan tadi?” tanyanya.
Sopir bus itu menjawab sebenarnya berangkat dari Bandung dalam kondisi capek dan ngantuk. “Apalagi melewati jalan di Puncak yang berkelok-kelok, itu menguras tenaga. Ketika bisa selamat sampai di Pulogadung maka saya sangat bersyukur sekali,” jawab si sopir.
“Sudah berapa tahun menjadi sopir bus?” tanya Saad lagi.
“Sudah 15 tahun Pak,” jawab si sopir.
Kesimpulannya, menurut Saad Ibrahim, andai kata sopir bus tadi baru 1 atau 2 tahun pengalamannya mungkin bisa terjadi kecelakaan. “Tetapi ketika yang mengemudikan sudah sangat berpengalaman dan mempunyai skill membawa penumpang maka bisa selamat,” ungkapnya.
Republik Muhammadiyah
Jihad politik Muhammadiyah (jipolmu) itu belakangan lebih kongkrit. Termasuk PWM Jatim mengutus Prof Zainudin Maliki yang lolos ke DPR RI Dapil Lamongan dan Gresik. Juga mengutus Nadjib Hamid yang masih belum berhasil menduduki kursi DPD RI.
“Maka jika kita baru satu tahun melangkah dan bisa meloloskan satu orang ke Senayan itu prestasi yang lumayan bagus. Bangun skill terus menerus maka orang lain akan memperhitungkan kita,” jelasnya disambut tepuk tangan hadirin.
Menurut Saad Ibrahim, upaya politik itu bukan berorientasi kekuasaan, tetapi apa yang dilakukan setelah berkuasa. “Muhammadiyah sudah berhasil dan insyaallah akan terus berhasil mengelola Republik Muhammadiyah. Sangat jauh berbeda dengan mengelola Republik Indonesia,” terangnnya soal jihad politik Muhammadiyah untuk tegakkan keadilan
“Gubernur kalau ke sini pasti pakai ajudan. Lha saya tadi bingung, tanya ke resepsionis baru ditunjukkan ke lokasi acara di sini. Ada Kokam saya lihat malah duduk saja. Jadi inilah Muhammadiyah,” guraunya disambut tawa hadirin.
Acara ini, lanjutnya, kabarnya juga dibiayai urunan. “Coba mana ada rapat menteri atau gubernur membuat surat edaran dulu untuk urunan. Tapi realitasnya terbalik, malah Republik Muhammadiyah yang beautiful,” katanya disambut tawa dan tepuk tangan hadirin.
Dan kita berkepentingan membawa kebagusan Muhammadiyah untuk Republik Indonesia. Tidak hanya tanggung jawab untuk Republik Indonesia tapi juga untuk global.
“Sudah banyak gerakan Muhammadiyah tingkat global oleh PCIM di berbagai negara. Ke depan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah perlu mengubah fokus 60 persen di Indonesia dan 40 persen di global,” paparnya.
Jipolmu ini membangun sejarah masa depan. Jangan pernah berhenti. Ini bagian dari misi Muhammadiyah. “Anda semua yang tahu kondisi di Muhammadiyah. Yang macam-macam di Muhammadiyah biasanya akan terlempar. Yang lurus-lurus insyaallah akan dijaga,” pesannya. (*)
Penulis Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.