Di lingkungan PWM, suami dari Suryan Widati ini memang tergolong kurang aktif mengikuti rapat-rapat rutin. Selain alasan kesibukan, beliau termasuk yang tidak menyukai agenda rapat yang sarat administratif dan konflik internal. Namun banyak kebijakan besar dan strategis yang diambil olehnya.
Di antaranya, keputusan PWM Jatim untuk mengusulkan sebagai tuan rumah Muktamar ke-45, di Malang tahun 2005, yang berlangsung sukses itu. Juga pembelian tanah dan pembangunan kantor PWM Jatim, di Jalan Kertomenanggal Surabaya, serta berbagai kontribusi lain yang tidak bisa disebut satu persatu di sini.
(Baca juga: Kisah Sukses Mahasiswa UMM Ubah Perkampungan Kumuh Jadi Rio de Janeiro-nya Indonesia)
Sebagai aktivis, kelebihan beliau karena tetap menekuni dunia keilmuan, di samping kaya wawasan dan memiliki jejaring luas. Gagasan-gagasan segarnya dalam mengembangkan Persyarikatan selalu di luar kelaziman. Ia tidak mau terbelenggu oleh rutinitas dan tidak tergoda oleh sekat-sekat sempit golongan.
Konsekuensi dari tipe pemimpin seperti ini memang gampang disalahfahami orang. Sehingga tidak heran jika pernah dimasukkan sebagai kelompok liberal. Dalam kasus analisisnya terkait tipologi orang Muhammadiyah menjadi ideolog dan instrumental, yang disampaikan dalam Pengajian Ramadhan PP Muhammadiyah tahun lalu, oleh Pak Busro Muqoddas langsung distigma sebagai ciri analisis kader yang bukan dari IPM.
(Baca juga: Sering Lihat UMM di TV, Gadis Papua Ini Ikuti Tes Penerimaan Mahasiswa Baru dan Diumumkan 29 Juli, Jangan Percaya Jika Ada Pihak yang Mengaku Bisa Masukkan ke UMM)
Sumbangsih pemikirannya dalam pengembangan Muhammadiyah dan amal usahanya patut diteladani oleh kader-kader muda, termasuk keberaniannya untuk mengambil alih tanggung jawab penyelesaian atas masalah-masalah yang terjadi di daerah. Seperti dalam kasus penyelamatan Akademi Kebidanan (Akbid) Muhammadiyah Madiun, dan beberapa yang lain. Tak terkecuali ketika terjadi krisis keuangan di PWM Jatim.
“Khairunnas anfa’uhum linnas”. Itulah Hadits yang sering dikutip dan amalkan oleh Ketua PP Muhammadiyah tersebut. Menurut hemat saya, Persyarikatan akan terus merindukan dan memerlukan sosok penyelesai masalah seperti Pak Muhadjir, apa pun posisinya.
Nadjib Hamid, Wakil Ketua PWM Jatim 2015-2020 dan Sekretaris PWM Jatim 2005-2010 dan 2010-2015