Ini Isyarat Al-Quran tentang Lockdown ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais) di Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Al-Quran ternyata memberi isyarat tentang lockdown—larangan masuk atau keluar suatu wilayah—sebagaimana ditulis Tafsir ath-Thabari sebagai berikut:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ فَقَالَ لَهُمُ اللَّهُ مُوتُوا ثُمَّ أَحْيَاهُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati. Maka Allah berfirman kepada mereka: “Matilah kamu!”. Kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur”. (al-Baqarah: 243)
عن ابن عباس في قوله: ” ألم تر إلى الذين خرجوا من ديارهم وهم ألوف حذر الموت “، كانوا أربعة آلاف، خرجوا فرارا من الطاعون, قالوا: ” نأتي أرضا ليس فيها موت “! حتى إذا كانوا بموضع كذا وكذا, قال لهم الله : ” موتوا “. فمر عليهم نبي من الأنبياء, فدعا ربه أن يحييهم, فأحياهم، فتلا هذه الآية: إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَشْكُرُونَ. أخرجه الحاكم في المستدرك وقال : هذا حديث صحيح على شرط الشيخين ولم يخرجاه
Tafsir ath-Thabari al-Baqarah 242
Dari Ibnu Abbas berkenaan dengan firman Allah: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati …” , adalah meraka berjumlah 4.000 orang. Mereka keluar lari dari penyakit tha’un.
Mereka berkata: Kami mendatangi bumi yang tidak ada di dalamnya kematian! Sehingga ketika mereka di suatu tempat ini dan itu. Allah berfirman kepada mereka: “Matilah kalian semua!”.
Maka lewatlah atas mereka seorang nabi dari para nabi (nabi Allah jumlahnya dalam riwayat lain 24.000 nabi, yang semua tidak diceritakan dalam al-Quran), dan berdoa kepada tuhannya untuk menghidupkan mereka.
Maka Allah menghidupkan mereka kembali. Kemudian beliau membaca ayat lanjutannya: “Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.”
Hadits dikeluarkan oleh al-Hakim dalam al-Mustdrak dan beliau berkata: Hadits ini shahih atas syarat Imam Bukhari dan Imam Muslim dan keduanya tidak meriwayatkannya.
Isyarat Lockdown
Ayat di atas dan penjelasan hadits tersebut terdapat dalam Tafsir at-Thobari. Di situ diceritakan telah terjadi wabah (tha’un) di suatu kota atau negeri.
Kemudian para penduduknya lari dari kota tersebut dalam rangka menghindari kematian. Akan tetapi justru mereka dimatikan oleh Allah di tempat lainnya.
Mereka beranggapan bahwa kematian itu terdapat pada negeri yang di dalamnya ada wabah tersebut. Padahal tidaklah demikian. Akan tetapi semua tergantung takdir dan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jadi dalam hal ini kita tidak boleh takut kepada wabah, seperti yang terjad sekarang ini dengan pandemi Covid-19. Kita harus tetap takut hanya kepada Allah semata.
Tapi wabah harus dihadapi dengan tetap berikhtiar secara maksimal, sehingga tak perlu lari dari kota atau negeri kita. Bahkan dalam hal ini sangat dilarang oleh Allah, sebagaimana yang tersirat dalam ayat di atas.
Kita harus tetap lockdown, dengan tidak meniggalkan kota atau negeri tempat kita tinggal walaupun ada wabah. Kita wajib tetap sabar dan tawakal, yakni tetap berikhtiar dan kemudian memasrahkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Di antara ikhtiar itu adalah kita tetap tinggal di rumah (stay at home), dalam rangka membatasi penyebaran Virus Corona (Covid-19) ini. Karena dengan membiarkan berkumpul dengan banyak orang, besar kemungkinan virus ini lebih cepat menyebar. Maka anjuran pemerintah dan fatwa MUI sudah seharusnya menjadi perhatian.
Meningkatkan Solidaritas Sesama
Tentu banyak risiko dalam melaksanakan anjuran ini, karena bagaimanapun kita yang setiap hari harus mencari maisyah untuk keluarga menjadi tidak dapat menjalankannya dengan maksimal.
Maka dalam hal ini seharusnya solidaritas antara kita dengan saudara dan tetangga harus lebih ditingkatkan.
Kepedulian antara kita harus benar-benar lebih ditingkatkan. Yang mampu harus membantu yang kekurangan, terutama dalam hal kebutuhan pokok makan dan minum. Walaupun seharusnya hal ini merupakan kewajiban pemerintah jika benar-benar harus diterapkan lockdown secara nasional.
Lembaga amil zakat, infak, dan shadaqah sudah seharusnya lebih memrioritaskan kepedulian dalam soal ini. Itulah di antara hikmah adanya wabah Corona ini bagi kehidupan sosial kita.
Membuktikan diri bahwa kita adalah makhluk sosial yang tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri dan kelompok. Ini menjadi bagian ujian yang harus dibuktikan. Karena di samping kita menjaga hubungan dengan Allah sudah kita anggap baik juga harus dibuktikan dengan kepedulian kepada sesama.
Sebagaimana perintah Allah setiap kali ada perintah menegakkan shalat, selalu diberingi dengan perintah untuk memiliki kepedulian atau kepekaan sosial, keduanya adalah seiring sejalan yang tidak dapat dipisahkan.
Ini isyarat al-Quran tentang lockdown. Wallahu a’lam. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.