Jangan Aji Mumpung saat Wabah Corona disampaikan oleh Ustadz Rik Suhadi, Pengasuh Pondok Pesantren Babussalam Socah Bangkalan, Madura.
Dalam situasi yang mencekam di saat Covid 19 menjadi monster kecil yang sangat menakutkan, ada saja orang-orang yang memanfaatkan kesempatan ini untuk memancing di air keruh. Mendulang laba besar di atas kesulitan dan penderitaan orang lain.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bangkalan Rik Suhadi SThI, pada PWMU.CO, Senin (8/4/20), di Pondok Babussalam Socah, Bangkalan.
Karena itu Ustad Rik, sapaan akrabnya, menghimbau agar para pelaku ekonomi tidak mempersulit masyarakat dengan cara memanfaatkan situasi di tengah wabah.
“Tidak wajar menimbun barang yang sangat dibutuhkan dan menjualnya kembali dengan harga yang berkali lipat lebih tinggi,” ujarnya.
Bahkan, sambungnya, ada berani yang mendaur ulang masker bekas dan dijual kembali dengan harga yang tidak wajar. “Mereka menggunakan jurus aji mumpung yang sangat jitu berdasarkan teori ekonomi persediaan dan permintaan. Karena peralatan medis menjadi kebutuhan utama,” jelasnya.
Dalam situasi ini Ustad Rik, yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Babussalam Socah memberikan penjelasan bagaimana seharusnya Muslim yang baik bersikap di tengah wabah yang sedang menimpa Indonesia dan Dunia.
“Sebagai Muslim yang baik tentunya kita harus tahu bagaimana sikap yang baik yang harus kita lakukan dalam mengatasi prilaku mengambil keuntungan disaat wabah ini,” ujarnya. Berikut penjelasan Rik Suhadi.
Taawwun
Islam sebagai agama rahmatan lilalamiin mengajarkan kepada pemeluknya untuk saling tolong-menolong (taawun) dalam mengatasi berbagai macam kesulitan.
Saling membantu, bahu membahu dalam menciptakan segala kebajikan. Terutama dalam situasi yang sangat sulit dan prihatin seperti terjadinya wabah Covid-19 saat ini.
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (al-Maidah 2).
Bahkan dihari-hari sulit (يوم ذي مسغبة) saat musibah datang seperti saat ini, orang-orang beriman harus banyak melakukan banyak kebaikan walaupun terasa sulit dan mendaki terjal. Dalam Surat al-Balad ayat 11-16 Allah berfirman:
فَلَا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ (12) فَكُّ رَقَبَةٍ (13) أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ (14) يَتِيمًا ذَا مَقْرَبَةٍ (15) أَوْ مِسْكِينًا ذَا مَتْرَبَةٍ
Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (Yaitu) Melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau kepada orang miskin yang sangat fakir.
Para ahli tafsir mengartikan (عقبة) atau jalan terjal ini, sebagai jalan di puncak gunung yang sulit. Oleh karenanya melalui ayat ini Allah menggambarkan bahwa seorang Mukmin tidak hanya berjalan mendaki, tetapi melesat dengan cepat meninggalkan segala bentuk keraguan.
Agar melakukan berbagai hal kebajikan, seperti memerdekakan budak—bisa dalam arti yang luas mencakup semua upaya pembebasan dalam berbagai hal yang menghimpit dan menekan.
Juga berbagai macam ketidakberdayaan, semisal membantu melepaskan bebagai kesulitan disaat terjadi wabah. Memberikan makanan (sembako) yang arahnya diutamakan kepada para dhuafa, anak yatim, atau orang-miskin yang kelaparan.
Yang kekurangan dan sangat membutuhkan bahan makanan, seperti para pekerja yang bekerja hari ini untuk makan hari ini. Inilah yang seharusnya bisa kita lakukan pada saat-saat seperti sekarang ini.
Jangan justru berperilku sebaliknya. Memanfaatkan kondisi bencana untuk meraup keuntungan pribadi. Ini akan semakin memperparah dan mempersulit keadaan. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ ضَارَّ مُسْلِمًا ضَارَّ اللَّهُ بِهِ، وَمَنْ شَاقَّ مُسْلِمًا شَاقَّ اللَّهُ عَلَيْهِ
“Barang siapa memberikan kemudharatan kepada seorang Muslim, maka Allah akan memberikan kemudharatan kepadanya. Dan barang siapa menyusahkan (menyulitkan), seorang Muslim maka Allah akan menyulitkan dia.“ (HR Abu Daud dan Tirmidzi).
Jangan Menimbun Keperluan Pokok
Menimbun barang-barang yang menjadi kebutuhan pokok, dengan cara apapun, adalah dilarang oleh agama. Yakni barang-barang yang sangat dibutuhkan oleh orang banyak terutama dalam kondisi sulit, paceklik, atau saat terjadi Wabah. Seperti masker atau barang lain yang sangat dibutuhkan pada saat tersebut sehingga bereng-barang tersebut menjadi langka.
Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ احْتَكَرَ فَهُوَ خَاطِئٌ
“Barangsiapa menimbun barang, maka dia berdosa.” (HR Muslim)
Dalam riwayat yang lain juga Rasulullah mengingatkan akan ancaman terhadap para penimbun barang-barang kebutuhan yang sangat diperlukan.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” مَنِ احْتَكَرَ حُكْرَةً، يُرِيدُ أَنْ يُغْلِيَ بِهَا عَلَى الْمُسْلِمِينَ، فَهُوَ خَاطِئٌ
Dari Abu Hurairah ia berkata. “Rasulullah SAW bersabda: ‘Barangsiapa menimbun dengan maksud menaikkan harga atas kaum muslimin maka ia telah berdosa.'” (HR Ahmad)
Bersinergi dengan Pemerintah
Kepada para penentu kebijakan yang menyangkut hajat orang banyak, hendaknya selalu bersinergi dan melakukan komunikasi untuk melakukan penertiban terhadap orang-orang yang mengambil keuntungan di tengah musibah. Sehingga dampak sosial ekonomi yang dihadapi masyarakat tidak semakin memburuk.
Bahkan Rasulullah SAW berdoa kepada Allah untuk orang-orang yang mengurusi umat, pemerintah atau siapa saja yang bertalian dengan hajat hidup orang banyak, jika mempersulit masyarakat maka dia akan dipersulit dan direpotkan oleh Allah SWT.
اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا، فَشَقَّ عَلَيْهِمْ، فَاشْقُقْ عَلَيْهِ
Ya Allah , siapa saja yang mengurusi urusan ummatku kemudian dia merepotkan (menyulitkan) umatku, maka susahkanlah dia.” (HR Ahmad )
Ini adalah peringatan, bahwa siapa saja yang Allah berikan kesempatan, kemudahan dan keluasan untuk memegang urusan yang berkaitan dengan hajat orang banyak, maka akan memperoleh balasan sesuai dengan apa yang dilakukannya.
Oleh karenanya saling membantulah, saling menguatkan, dan berilah kemudahan menolong orang-orang yang mengalami kesedihan dan kesusahan. Baik dia Muslim atau non-Muslim. Karena Allah akan memberikan kemudahan urusan dunia dan urusan akhiratnya bagi siapa yang memudahkan urusan orang lain.
مَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
“Barang siapa yang memudahkan orang yang kesusahan (kesulitan), maka Allah akan mudahkan dia urusan dunia dan akhirat. (HR Muslim).
Jangan aji mumpung saat wabah Covid-19! (*)
Kontributor Isrotul Sukma. Editor Mohammad Nurfatoni.