PWMU.CO – Menjadi orangtua yang dirindukan anak saat pembelajaan jarak jauh (PJJ) di tengah wabah Covid-19 adalah keinginan semua orangtua. Bisa memainkan peran sebagai orangtua sekaligis sahabat bagi anak menjadi faktor penentu sukses tidaknya proses mandiri belajar ini.
Tapi, apakah hal sudah dilakukan di tengah kesibukan orangtua dalam bekerja? Atau masih proses adaptasi menjadi ‘guru’ di rumah dengan anak kita?
Berprofesi ‘ganda’, menjadi orangtua dan sekaligus pendamping belajar anak di rumah harus dipraktikkan ketika PJJ. Bagi orangtua yang bekerja di luar rumah, ini menjadi tantangan tersendiri. Bagaimana tetap memberikan perhatian, pemantauan, pendampingan, memotivasi anak saat belajar tetap dilakukan di tengah kesibukan.
Orangtua yang dirindukan ketika anak melakukan PJJ di rumah, bukan sekadar berada di samping anak saat belajar. Keberadaan orangtua bisa memberikan motivasi. Bisa meredam stres anak ketika harus belajar secara daring serta mengerjakan dan mengirim tugas sekolah.
Bagaimana sih menjadi orangtua yang dirindukan anak saat mereka belajar secara virtual di rumah? Bagaimana cara orangtua menjaga mood belajar sehingga mereka merasa dan tetap enjoy belajar di ruang kelas ‘baru’-nya.
Sabar Damping Anak
Poin ini ada di ranking teratas. Mood anak dalam belajar bisa terbangun dan terjaga dengan kesabaran orangtua saat mendampingi belajar. Ketika anak mengalami ada kendala dalam proses belajar atau tugas yang belum terselesaikan, biasanya menimbulkan stres. Pada tahapan ini, orangtua harus memainkan peran.
Orangtua harus menjadi orang yang pertama untuk meredam stres anak. Kalau memang materi tidak dikuasai, orangtua hanya perlu mengajak anak untuk belajar. “Ayo, dibaca kembali buku materinya atau slide PPT yang diberikan gurunya. Mari Bunda bantu!”
Kadangkala, sikap tidak sabar orantua bisa menyebabkan anak semakin stes untuk menjalani PJJ di rumah. Sudah kurang bisa memahami materi, tugas belum selesai, orangtua malah marah-marah ketika di grup WA yang dibuat wali kelas, nama anaknya muncul karena belum menyerahkan tugas.
Stres anak akan turun ketika orangtua sabar ketika mengetahui kendala yang dihadapi saat belajar. Kehadirannya, bisa menjadi penawar. Dengan senyuman dan semangat inilah anak akan termotivasi kembali dalam menjalani dan menjaga ritme belajar mandirinya.
Komunikasi yang Efektif
Seringkali stres anak saat belajar mandiri, bukan semata-mata disebabkan anak gagal fokus terhadap materi atau menumpuknya tugas. Stres anak juga bisa disebabkan komunikasi yang tidak efektif. Komunikasi orantua dan anak hanya sebatas atau kurang efektif. Orangtua harus mulai membangun komunikasi bukan pada waktu menjelang belajar secara daring, tetapi mulai malamnya.
“Besok pelajaran apa, Sayang?”
“Apakah masih ada tugas yang belum diselesaikan?
“Apakah Bunda bisa bantu?”
“Ayo, didamping Bunda?”
Pertanyaan ini adalah modal utama orangtua dalam memberikan perhatian. Sebelum anak tidur, orangtua bisa bertanya tentang materi esoknya. Bentuk komunikasi ini salah cara bangaimana membangun komunikasi yang efektif orangtua dengan anak.
Bentuk perhatian dalam komunikasi ini akan menambah kadar semangat anak dalam menjalani belajar mandiri di hari berikutnya. Komunikasi 2 arah ini diyakini akan menciptakan keterbukaan antara anak dan orangtua.
Komunikasi orangtua tidak sekedar tanya kuota internet apakah sudah habis atau belum semata. Kualitas komunikasi juga harus diperhatian orangtua. Menjadi orangtua sekaligus sahabat sehingga anak tidak canggung untuk curhat masalah belajarnya.
Dari sinilah, orangtua semakin dekat dan bisa menyelami dan mengetahui kendala-kendala apa yang dirasakan anak saat belajar. Maka, dari proses inilah orangtua bisa memberikan alternatif solusi terbaik pada anak. “Bukannya ini salah satu cara mendewasana anak juga.”
Pintar Atur Ritme Belajar
Jenuh atau capek belajar itu lumrah dihadapi anak saat belajar. Ketika mereka belajar di sekolah, jenuh atau capek bisa diredam anak dengan ngobrol atau bermain saat jam istirahat sekolah. Terus, bagaimana ketika anak merasakannya saat belajar mandiri di rumah?
Ini adalah pintar-pintarnya orangtua dalam mengatur ritme belajar. Ketika puncak jenuh terjadi, orangtua harus sudah paham dan mengerti, aktivitas apa yang harus dilakukan. Ketika anak perempuan yang hobi memasah, orangtua harus bisa men-stop jam belajar anak. Ajak anak untuk masak bareng.
“Ayo, kita masak menu baru nih. Dijamin maknyus.”
Anak diajak meracik menu, menyiapkan bahan, sampai dengan penyiapkan hidangan di meja makan. Mengajak anak melakukan aktivitas sesuai dengan passion-nya diyakini bisa menurunkan rasa jenuh. Kalau anaknya tidak suka masak, tetapi suka kuliner, orangtua harus tanggap. Break belajar, di ruang keluarga sudah tersedia masakan kesukaan dia.
Melakukan dengan hal-hal serderhana yang bisa bikin anak betah dan suka menjalani rutinitas belajar di rumah sangat penting untuk mendukung dan menjaga mood belajar anak.
Bukan malah sebaliknya, orangtua malah sibuk dengan gawainya. Sibuk dengan media sosialnya. Kalau anak sudah masuk ke kamar, menutup pintu, dan berlama-lama PJJ di kamar daripada didampingi orangtua, ini ada kemungkinan mood belajar di rumah mengalami masalah.
Ayo, menjadi orangtua yang dirindukan anak saat PJJ! (*)
Penulis Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.