ADVERTISEMENT
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
Jumat, Maret 24, 2023
  • Login
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Anji, The Death of Expertise

Sabtu 8 Agustus 2020 | 16:56
5 min read
217
SHARES
678
VIEWS
ADVERTISEMENT
Anji, The Death of Expertise, kolom ditulis oleh Dhimam Abror Djuraid, wartawan senior, tinggal di Surabaya.
Dhimam Abror Djuraid, penulis Anji, The Death of Expertise. (Sketsa ulang foto Atho’ Khoironi/PWMU.CO)

Anji, The Death of Expertise, kolom ditulis oleh Dhimam Abror Djuraid, wartawan senior, tinggal di Surabaya.

PWMU.CO – Kasus Anji dan Hadi Pranoto, sekali lagi, menjadi bukti matinya kepakaran, the death of expertise. Revolusi digital memakan banyak korban dan melahirkan pahlawan-pahlawan instan.

Revolusi digital, internet, dan medsos telah memenuhi hasrat heroik manusia dan memuaskan dahaga orang akan narsisme.

Siapa pun bisa bicara apa saja, kapan saja, di mana saja. Orang boleh dan bisa bicara apa saja, mulai dari resep ayam geprek sampai cara praktis tinggal di Planet Mars, atau soal filsafat ketuhanan yang paling rumit.

Tidak perlu William Wongso untuk berbicara soal resep ayam geprek. Tidak perlu menunggu Elon Musk untuk menjelaskan kemungkinan kehidupan di Planet Mars. Tak perlu mendengar Imam Alghazali atau Slavoj Zizek untuk menjelaskan eksistensi Tuhan. Siapa saja boleh berbicara apa saja. Soal benar atau tidak, itu lain soal.

Google dan mesin pencari, search engine, telah menggantikan peran para pakar. Para influencer dengan pengikut puluhan juta orang menjadikan para pakar terpaku dalam peti mati.

Selebritas atau Pakar?

Sederetan selebritas, dengan pengikut jutaan orang di dunia maya, telah menjadi orang-orang yang sangat berpengaruh yang cuitannya lebih didengar ketimbang para pakar-pakar universitas terkemuka.

Seseorang tanpa identitas yang jelas tiba-tiba saja disebut profesor, dan mengaku sudah menemukan obat ajaib yang cespleng bisa langsung menyembuhkan pasien Covid 19. Bahkan, Ratu Elizabeth dari Inggris juga diklaim sudah memesan obat ajaib itu.

Sebelum Anji dan Hadi Pranoto, gejala death expertise juga terjadi ketika Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengumumkan penemuan kalung ajaib yang bisa mengusir virus Corona. Alih-alih mengurusi pertanian yang menjadi keahlian dan tupoksinya, Departemen Pertanian malah sibuk mengurusi kalung ajaib.

Temuan ini bikin heboh karena memang dipublikasikan besar-besaran di media konvensional dan media sosial. Penyanyi dangdut Iis Dahlia, yang punya pengikut 12 juta orang di dunia maya, direkurt untuk memromosikan kalung itu.

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto juga menunjukkan fenomena death of expertise. Sejak awal munculnya pandemi dia malah berada garis paling depan sebagai penyangkal.

Lalu ketika pandemi benar-benar terjadi Menteri Terawan malah memperkenalkan ramuan jamu yang diklaim bisa menyembuhkan pasien Covid 19. Klaim Menteri Terawan ini sebelas-duabelas dengan Hadi Pranoto.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi adalah dead expert ketika mengatakan virus Corona tidak mempan bagi orang Indonesia karena sudah biasa makan nasi kucing. Kita prihatin ketika kemudian Pak Menteri terjangkit Covid 19.

Jokowi hingga Donald Trump

Presiden Jokowi juga dead expert ketika mengatakan bahwa virus Corona akan mati dalam cuaca panas. Sekarang ini ketika cuaca sedang panas-panasnya penyebaran malah naik.

Donald Trump yakin hidroklorokuin bisa menangkal Corona dan ia mendapatkan suntikan itu secara berkala. Trump juga mengatakan suntik deterjen bisa menjadi penangkal Corona. WHO membantahnya habis-habisan, tapi kepakaran WHO pun telah mati.

WHO dituding sebagai bagian dari konspirasi yang mengarang cerita pandemi. Mereka yang menjadi penganjur pemakaian masker disebut sebagai kacung WHO.

Di era post-truth, pasca-kebenaran seperti sekarang, orang tidak tertarik mendengarkan kebenaran. Orang lebih suka mendengarkan apa yang ingin mereka dengar. Orang tidak mencari informasi, mereka mencari konfirmasi.

Psikologi ini yang dieksploitasi dengan munculnya para influencer yang menjadi terkenal dan kaya raya secara instan.

Cari Fatwa ke Kiai Google

The death of expertise telah menjalar ke mana-mana sampai ke urusan agama. Peran kiai dan ulama tradisional sudah digeser oleh Kiai Google dan Ulama Medsos.

Dulu orang mencari fatwa kepada MUI. Dulu orang mengaji kepada kiai. Sekarang cukup cari fatwa di Google dan mengaji lewat YouTube.

Medsos membawa berkah tumbuhnya semangat keberagamaan, tapi harus dibayar dengan menipisnya otoritas para ulama. Santri-santri digital yang mengaji lewat internet tumbuh lebih besar dibanding santri pengajian di masjid atau majlis taklim.

Para ulama tradisional merisaukan cara pengajian yang tidak mutawatir, tidak nyambung sanadnya kepada Rasulullah. Tapi, sia-sia. Santri digital malah berkembang lebih pesat.

Kitab-kitab kuning berbagai disiplin ilmu dari berbagai generasi salaf bisa ditemukan aplikasinya secara digital. Ulama-ulama tradisional pun mendapatkan jutaan santri digital.

Dari Televangelist ke Netangelist

Fenomena dakwah di Indonesia mengikuti pola perkembangan teknologi, sama juga dengan yang terjadi di Amerika atau negara-negara lain.

Ketika perkembangan media massa belum masif para “evangelist” melakukan dakwah secara konvensional lewat pertemuan tatap muka.

Lalu setelah muncul televisi, lahirlah generasi pendakwah yang memakai televisi sebagai media dakwah. Pendeta Pat Robertson bahkan punya stasiun televisi sendiri, dan dia dikenal sebagai “televangelist” pendakwah televisi. Sekarang di era digital bermunculanlah para pendakwah digital “netangelist” pendakwah lewat internet.

Di Indonesia era televangelist memunculkan pendakwah generasi Zainuddin MZ, atau yang lebih muda seperti Aa’ Gym. Lalu di era netangelist sekarang menjamur para pendakwah digital dan milenial mulai dari Hanan Attaqi, Firanda, Khalid Basalamah, Felix Siauw, atau Adi Hidayat. Dan dari kalangan pesantren tradisional belakangan muncul Gus Baha’.

Matinya kepakaran di semua bidang, termasuk agama, tidak bisa dihindarkan, dan tidak akan ada jalan untuk kembali. Otoritas itu pergi dan tidak akan bisa kembali lagi. Kepintaran para pakar dan ulama itu akan diambil alih oleh teknologi kecerdasan buatan, artificial intelligence.

Algoritma pada akhirnya akan mengambil alih otak manusia. Kecerdasan buatan telah melampaui kepintaran manusia. Manusia bisa menyusun algoritma untuk membuat kecerdasan buatan. Tapi sekali mesin itu dibuat dia akan berkembang terus melebihi kecerdasan manusia.

Mesin-mesin akan menggantikan manusia untuk menjadi penasihat di bidang kesehatan, keuangan, pendidikan, keluarga, perkawinan, perjodohan, politik, kesenian, agama, dan apa saja.

Para ahli benar-benar telah mati. (*)

Anji, The Death of Expertise, Editor Mohammad Nurfatoni.

Tags: Dhimam Abror DjuraidDonald TrumpJokowi
SendShare87Tweet54Share

Related Posts

Anies Mengukur Gelombang Perubahan dari Jawa Timur

Minggu 19 Maret 2023 | 19:12
416

Anies Baswedan di acara Chief Editor Dialog di Sangri-La Hotel, Kunat (17/3/2023. (Mohammad Nurfatoni/ PWMU.CO)...

Sulap Sepak Bola Indonesia

Jumat 17 Maret 2023 | 08:18
1.2k

Dhimam Abror Djuraid Sulap Sepak Bola Indonesia; Oleh Dhimam Abror Djuraid PWMU.CO - Para pesulap...

Sukadiono atau Tidak Suka-diono

Selasa 27 Desember 2022 | 13:36
1.6k

Dhimam Abror Djuraid Sukadiono atau Tidak Suka-diono oleh Dhimam Abror Djuraid, wartawan senior. PWMU.CO- Musyawarah...

The Real Winner is Qatar

Selasa 20 Desember 2022 | 18:40
365

Lionel Messi memakai bhist saat menerima trofi Piala Dunia di Qatar. The Real Winner is...

Franchise Muhammadiyah

Jumat 18 November 2022 | 19:22
900

Dhimam Abror Djuraid Franchise Muhammadiyah, Dhimam Abror Djuraid PWMU.CO - Ada dua peristiwa yang terjadi...

Apalah Arti Sebuah Ijazah

Sabtu 22 Oktober 2022 | 09:24
513

Salinan ijazah SMPP 40 Surakarta milik Jokowi. Apalah Arti Sebuah Ijazah oleh Sugeng Purwanto, Ketua...

Muhammad

Sabtu 8 Oktober 2022 | 20:53
233

Dhimam Abror Djuraid Muhammad tulisan opini Dhimam Abror Djuraid, wartawan senior. PWMU.CO- Sebuah survei di...

Dirintis KH Djuraid Mahfud, Pembangunan Masjid Al-Manar Akan Jadi Monumen Sejarah Muhammadiyah Surabaya Barat

Kamis 18 Agustus 2022 | 10:35
11.4k

Penampakan Masjid Al-Manar yang sedang dalam proses pembangunan. KH Djuraid Mahfud, Pembangunan Masjid Al-Manar Akan...

Benarkah Tak Ada Islamophobia di Era Jokowi?

Kamis 28 Juli 2022 | 12:41
767

Dhimam Abror: Benarkah Tak Ada Islamophobia di Era Jokowi? Benarkah Tak Ada Islamophobia di Era Jokowi? Kolom oleh Dhimam Abror...

Anwar Sadat yang Di-Firaun-kan dan Kedekatan Pangeran MBS dengan Israel

Rabu 20 Juli 2022 | 16:12
2.6k

Dhimam Abror Anwar Sadat yang Di-Firaun-kan dan Kedekatan Pangeran MBS dengan Israel, kolom oleh Dhimam Abror...

Discussion about this post

Populer Hari Ini

  • Jadwal Lengkap Imsakiyah Ramadhan 1444/2023 Kota dan Kabupaten Se-Jawa Timur

    11444 shares
    Share 4578 Tweet 2861
  • Inilah 18 Calon PCM GKB Gresik 2022-2027

    19710 shares
    Share 7884 Tweet 4928
  • Din Syamsuddin Kritik Presiden Jokowi yang Larang Pejabat Buka Puasa Bersama

    3171 shares
    Share 1268 Tweet 793
  • Tangan Kanan PP Muhammadiyah

    1564 shares
    Share 626 Tweet 391
  • Di Balik Nama Ramadhan

    1327 shares
    Share 531 Tweet 332
  • Pejabat Dilarang Jokowi Bukber, Begini Tanggapan Sekum PP Muhammadiyah

    1019 shares
    Share 408 Tweet 255
  • Pelantikan PWM dan PWA Jatim bareng Kajian Ramadhan 1444, Berikut Penjelasannya

    935 shares
    Share 374 Tweet 234
  • LPHU, Lembaga Baru PWM Jatim di Bidang Haji dan Umrah

    737 shares
    Share 295 Tweet 184
  • Dalil dan Keutamaan Shalat Tarawih Formasi 4-4-3

    5140 shares
    Share 2056 Tweet 1285
  • Festival Permata Fest Muhammadiyah Wotan, Ini Para Juaranya

    784 shares
    Share 314 Tweet 196

Berita Terkini

  • Tadarus keliling
    Tadarus Keliling Malam Ramadhan di PRM MergayuJumat 24 Maret 2023 | 22:22
  • Es Cantik manis
    Es Cantik Manis Hadir di Market Day MIM 1 PareJumat 24 Maret 2023 | 17:23
  • Terkait Larangan Berbuka Puasa Bersama, begini kata PWM Jatim; Liputan Darul Setiawan, Kontributor PWMU.CO Sidoarjo.
    Terkait Larangan Berbuka Puasa Bersama, Begini Kata PWM JatimJumat 24 Maret 2023 | 17:04
  • Gerebeg Rumah
    Gerebek Rumah Subsidi, Pasarkan Perumahan PCM BabatJumat 24 Maret 2023 | 16:35
  • Tiga alasan PWM Jatim tolak kedatangan Timnas Israel di Piala Dunia U-20; Liputan Darul Setiawan, kontributor PWMU.CO Sidoarjo.
    Tiga Alasan PWM Jatim Tolak Kedatangan Timnas Israel di Piala Dunia U-20Jumat 24 Maret 2023 | 16:13
  • Tarbiyatul Mar'ah
    Tarbiyatul Mar’ah, Program Unggulan AisyiyahJumat 24 Maret 2023 | 16:05
  • Tiga Kontributor PWMU.CO Juara Guru Berprestasi SD AlmadanyJumat 24 Maret 2023 | 15:36
  • Tim Futsal SMPM 9 Watukebo Juara I Bima Cup 2023Jumat 24 Maret 2023 | 15:34
  • Guru SD Muhsida Workshop Implementasi Kurikulum MerdekaJumat 24 Maret 2023 | 15:32
  • Keseruan LDKS MTsM 10 Mojopetung di Mangrove Centre TubanJumat 24 Maret 2023 | 15:25

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
error: Content is protected !!