Hijrah Jalan Transformasi Islam Indonesia. Ditulis khusus oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Haedar Nashir untuk pembaca PWMU.CO.
PWMU.CO – Umat Islam di seluruh dunia dan negeri Indonesia tercinta menyambut Tahun Baru 1442 Hijriah dalam suasana musibah pandemi Covid-19.
Segenap kaum Muslim memperingati momentum bersejarah 15 abad lalu itu dengan kesyukuran dan prihatin Covid. Meski ada syiar lakukan secara daring dan jauhi euforia dan aktivitas offline massa yang membuka rantai penularan wabah.
Tunjukkan solusi dan keteladanan, jangan menyepelekan pandemi dengan pandangan sempit nirperspektif Islam berkemajuan.
Maknai hijrah dengan pemahaman dan sikap yang konstruktif. Bahwa Islam dan umat Islam dalam meneladani hijrah Nabi dan kaum Muslimun sebagai momentum untuk keluar dari ketertinggalan menuju kemajuan peradaban ke depan.
Nabi dan kaum Muslim hijrah dari Makkah ke Madinah untuk memulai kehidupan baru yang lebih merdeka dalam mengemban risalah Islam rahmatan lil-‘alamin.
Dalam kurun waktu 13 tahun di Yasrib, terbangun tatanan al-Madinah al-Munawwarah, kota peradaban yang tercerahkan.
Pasca Nabi Muhammad wafat, dari peradaban Madinah itu kemudian Islam menyebar ke seluruh dunia dan menciptakan era kejayaan selama lebih enam abad lamanya sebagai puncak kemajuan umat Islam yang mencerahkan semesta. Islam dan umat Islam menjadi pencerah peradaban global yang menebar rahmatan lil-‘alamin.
Makna Hijrah bagi Islam Indonesia
Bagaimana umat Islam Indonesia? Kini umat Islam sebagai kekuatan mayoritas dituntut mentransformasikan nilai hijrah bagi kemajuan Indonesia.
Kita umat Islam dan bangsa Indonesia alhamdulillah diberi karunia Allah berupa tanah air, bangsa, dan negara yang kaya dan majemuk.
Umat Islam sendiri sebagai mayoritas memberi teladan dalam memelopori perjuangan kemerdekaan dan banyak momen dinamika keindonesiaan sampai saat ini.
Umat Islam sekaligus menjadi perekat integrasi nasional dan pembawa suluh kemajuan Indonesia. Pancasila 18 Agustus 1945 merupakan hadiah terbesar umat Islam ketika republik ini nyaris pecah satu hari setelah proklamasi yang bersejarah.
Peran Ki Bagus Hadikusumo didukung Mr Kasman Singodimedjo sangat menentukan momen sejarah itu. Muhammadiyah sebagai komponen strategis Muslim modern menjadi pelopor integrasi keislaman dan keindonesiaan yang bersifat integratif dan berkemajuan.
Saat ini umat Islam Indonesia menyadari masih banyak ketertinggalan khususnya di bidang ekonomi dan penguasaan ilmu pengetahuan serta akses ekonomi-politik strategis. Kesenjangan sosial dan kemiskinan melekat dengan mayoritas umat Islam. Sebagian karena faktor luar, tetapi sebagian lagi sebab internal.
Kritik bil Hikmah
Umat Islam boleh kritis terhadap keadaan untuk perbaikan, lebih-lebih manakala memperoleh perlakuan yang tidak adil. Sama boleh mengritik kondisi bangsa sebagai wujud cinta tanah air.
Lakukan semuanya secara elegan dalam spirit dakwah dengan cara hikmah, edukasi yang baik, dan dialog yang terbaik (an-Nahl 125). Tidak kalah penting dengan semangat kebersamaan, damai, dan persaudaraan. Kita percaya masih banyak di negeri ini elite dan warga bangsa yang berniat dan berintegritas moral yang baik, tanpa merasa benar sendiri.
Mari maknai hijrah untuk perubahan dari dalam umat Islam guna meraih kemajuan bersama seluruh bangsa Indonesia. Dengan usaha yang sungguh-sungguh dan kebersamaan, umat Islam dapat berkembang dari mayoritas jumlah ke mayoritas kualitas. Sisisihkan kegiatan-kegiatan serba massal, prioritaskan kerja-kerja produktif meraih kemajuan.
Ajak dan libatlan kaum muda dan generasi milenial Muslim untuk bangkit sebagai khaira ummah atau golongan terbaik dengan segala potensi dan ikhtiar konstruktif menggapai cita-cita kejayaan Islam Indonesia.
Umat Islam dengan spirit hijrah harus terus memelopori perubahan menuju kemajuan. Jika bukan umat Islam, komponen bangsa lainnya yang lebih siap yang akan mengambil peran strategis ke depan.
Hijrah dan Tranformasi Berkemajuan
Karenanya umat Islam Indonesia wajib mengaktualisasikan hijrah kekiniaan melalui gerakan berkemajuan. Bangun tradisi kerja keras memobilisasi kekuatan diri di berbagai bidang dengan spirit perubahan dari dalam diri sendiri.
Kita praktikkan firman Allah, yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (ar-Ra’d 11).
Kehadiran tahun baru hijrah patut disambut dan dijadikan momentum positif untuk mengukir masa depan yang berkemajuan. Jangan terlalu banyak mengeluh dan marah terhadap keadaan, yang membuat diri teralienasi.
Alihkan energi dengan agenda-agenda strategis melalui kerja produktif, memperkuat karakter utama, membangun kapasitas sumberdaya manusia terbaik, menjalin solidaritas kolektif, dan mengembangkan pusat-pusat kemajuan.
Dengan kekuatan dari dalam (inner dynamics) yang kualitatif itu, jadikan momentum hijrah sebagai jalan transformasi kebangsaan yang menempatkan umat Islam sebagai penentu Indonesia ke depan! (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.