PWMU.CO– Bantuan gempa Mamuju berdatangan dari luar kota mulai Sabtu (16/1/2021). Bantuan untuk korban gempa ditempatkan di titik posko pengungsian. Sebelumnya sempat terjadi penjarahan dari warga pengungsi yang merebut barang dari truk sebelum masuk kota. Bersyukur sekarang situasi pengiriman logistik sudah terkendali setelah ada pengamanan oleh Polda Sulbar.
Bantuan gempa Mamuju yang masuk ke posko pengungsian di antaranya dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Tengah, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Pasangkayu dan PLN UIKL Sulawesi.
Penanggung jawab logistik MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center) Sulawesi Barat, Muhammad Taufik mengatakan, sejauh ini baru tiga pusat bantuan yang diterima oleh Tim MDMC Sulbar. Bantuan tersebut berupa bahan makanan seperti beras, mi instan, perlengkapan bayi, pakaian, terpal, dan peralatan mandi.
”Bantuan gempa dari Sulawesi Selatan sudah dalam perjalanan dan insyaallah besok bantuan dari daerah lain akan tiba,” ucap Taufik seperti dilaporkan Sulbarmu.com.
Bantuan ini, sambung dia, akan disalurkan ke setiap posko-posko pelayanan yang dibentuk oleh MDMC Sulbar di setiap titik untuk diberikan kepada masyarakat yang belum tersentuh bantuan.
Sementara petugas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan akses jalan ke Kabupaten Mamuju sudah bisa dilalui kendaraan setelah tertimbun bebatuan karena gempa berkekuatan 6,2 SR.
Evakuasi korban gempa Mamuju yang diyakini masih berada di bawah reruntuhan di Mamuju masih terus dilakukan dengan mengerahkan Tim SAR, relawan, dan alat berat.
Pengungsi di Majene
Di Majene dilaporkan, kondisi ribuan pengungsi kekurangan makanan sebab jalan antara Mamuju – Majene terputus tertutup longsoran batu Sabtu kemarin. Pembersihan timbunan longsor terus dikerjakan. Ada tiga titik longsor di sepanjang jalan poros itu. Sekarang kondisi jalan sudah bisa dilalui kendaraan.
Dilaporkan juga jaringan seluler juga susah sinyal di sebagian lokasi pengungsian di Majene.
Laporan BBC menyebutkan, Tim SAR fokus penanganan di kota Mamuju yang parah karena beberapa titik belum dievakuasi.
Terpisah Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, gempa bumi yang terjadi di Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat, tergolong kurang lazim dan agak aneh. Sebab, gempa bumi yang terjadi di dua kabupaten tersebut miskin gempa susulan.
”Fenomena ini agak aneh dan kurang lazim. Gempa kuat di kerak dangkal (shallow crustal earthquake) dengan magnitudo 6,2 mestinya diikuti banyak aktivitas gempa susulan,” ujar Daryono.
Tapi, sambung dia, hasil monitoring BMKG menunjukkan hingga hari kedua pasca terjadinya gempa utama magnitudo 6,2 hingga saat ini baru terjadi 23 kali gempa susulan.
Pontensi Gempa Kuat
Daryono membandingkan gempa berkekuatan besar yang terjadi di Sulawesi Barat dengan daerah lainnya. Biasanya gempa berkekuatan besar akan selalu diikuti banyak gempa susulan. Namun, fenomena tersebut berbeda dengan gempa di Majene dan Mamuju.
”Jika kita bandingkan dengan kejadian gempa lain sebelumnya dengan kekuatan yang hampir sama, biasanya pada hari kedua sudah terjadi gempa susulan sangat banyak, bahkan sudah dapat mencapai jumlah sekitar 100 gempa susulan,” paparnya.
Daryono belum mengetahui dengan pasti penyebab minimnya gempa susulan di Majene dan Mamuju. Kemungkinan, kata Daryono, minimnya gempa susulan karena proses disipasi atau justru akumulasi dari gempa sebelumnya.
”Apakah fenomena rendahnya produksi aftershocks di Majene ini disebabkan karena telah terjadi proses disipasi, dimana medan tegangan di zona gempa sudah habis sehingga kondisi tektonik kemudian menjadi stabil dan kembali normal,” tuturnya.
Atau malah sebaliknya, dengan minimnya aktivitas gempa susulan ini menandakan masih tersimpannya medan tegangan yang belum rilis, sehingga masih memungkinkn terjadinya gempa kuat nanti. ”Fenomena ini membuat kita menaruh curiga, sehingga lebih baik kita patut waspada,” tandasnya. (*)
Editor Sugeng Purwanto