PWMU.CO– Bisnis kuliner menthok rica-rica pedas yang ditekuni ustadzah Tan Mei Hwa berkembang pesat dalam waktu setahun. Memulai bisnis kuliner di awal pandemi covid, Maret 2020. Kini dia punya empat warung.
Warung keempat permanen berlokasi di Jl. Raya Bukit Tengger Kel. Kandangan Kec. Benowo. Baru dibuka Ahad, 21 Februari 2021 lalu. Namanya Warung Menthok Tepi Sawah. Buka pukul 06.00 – 21.00.
”Awalnya saya buka warung mobil di Manukan Lor depan Masjid Sattar. Menu utama menthok rica-rica pedas dan ayam woku. Buka pukul 06.00 – 08.00. Ternyata digemari banyak orang,” cerita Tan Mei Hwa, Rabu (24/2/2021).
Menu menthok rica-rica pedas dan ayam woku menjadi terkenal di Surabaya Barat. Apalagi penjualnya mubalighat kondang Tan Mei Hwa yang namanya sudah punya brand.
Untuk mendekati pelanggan yang rumahnya jauh dari warung mobil (Warmob) di Manukan Lor, secara bertahap dibuka lagi Warmob di Pasar Sememi, pinggir jalan Raya Bukit Tengger, dan di rumahnya Griya Citra Asri Beringin Benowo sebagai tempat masak sekaligus warung.
”Warung Menthok Tepi Sawah ini awalnya Warmob yang dulu lokasinya di seberang jalan. Melihat pelanggan di daerah sini banyak, saya memutuskan mendirikan warung permanen. Saya sewa tanah kosong ini,” cerita Bu Nyai, panggilan akrab Tan Mei Hwa.
Menu Baru
Luas tanahnya 200 meter persegi. Warung dibangun dari bambu petung dengan atap daduk alang-alang. Menghadirkan suasana desa yang adem sehingga pelanggan menikmati makanan dengan santai dan nyaman. Bisa memilih menikmati makanan di meja atau duduk lesehan.
Halamannya yang luas diberi atap puluhan payung warna-warni. ”Atap hiasan payung ini biar Instagramable. Bisa untuk foto-foto selfie,” tutur Bu Nyai tertawa. ”Nanti warung ini saya hiasi dengan lampion merah sehingga tampak ornamen khas etnisnya,” sambungnya.
Sekarang pelanggan di daerah ini bisa menikmati makanan favorit ini kapan saja. Bisa pilih waktu sarapan, makan siang, atau makan malam. Dulu di Warmob hanya sore hari. Di sini menunya ditambah. Ada pecel sambel tumpang.
”Ternyata peminat pecel luar biasa banyak. Harganya murah meriah. Hanya Rp 7.000,” katanya. ”Ini pecel khas Tulungagung,” tandasnya.
Dia yakin warung ini sangat prospektif. Waktu sarapan, makan siang, dan makan malam ramai pembeli. Dalam jangka panjang, dia berharap bisa membeli tanah begitu masa sewa tanah ini habis. Sehingga warungnya tak pindah-pindah.
Tips Bisnis Kuliner
Tan Mei Hwa memberikan tips bisnis kuliner untuk pemula. Menurut dia, jualan kuliner itu prospektif sebab setiap orang butuh makan. ”Bisnis kuliner itu tergantung cita rasa dan kekhasan,” tuturnya. ”Kalau cita rasanya enak, pelanggan pasti kembali. Karena itu kalau memasak jangan asal jadi, karena ini niat dijual” sambungnya.
Sedangkan makanan khas, ujar dia, bisa bikin pelanggan kangen. ”Menthok rica-rica pedas ini belum ada di Surabaya. Yang sudah umum bebek goreng. Saya pilih menthok sebab dagingnya lebih tebal dan padat. Karena itu buatlah makanan khas yang berkesan rasanya. Jangan yang standar,” katanya.
Misalnya, sama-sama menawarkan menu bebek maka buatlah yang beda di bumbunya atau sambalnya. Harus lain daripada yang lain. ”Contoh lagi, sama-sama jualan pecel, punya saya khas Tulungagung yang bumbunya tajam cita rasa daun jeruk purut dan kencur. Ini yang membedakan di lidah pembeli sehingga setia menjadi pelanggan.” Ini tips pertama.
Tangani Sendiri
Tips kedua, pada awal bisnis tangani sendiri. Apalagi modal kecil. Jangan buru-buru menggaji orang dengan alasan capai. Libatkan suami, istri, anak, menantu, untuk operasional.
”Saya masak sendiri, jualan sendiri dibantu suami. Ketika buka Warmob lagi saya serahkan ke anak, ketika berkembang lagi saya berikan ke menantu. Ketika membuka warung di sini, saya yang nunggu, suami pegang Warmob di Manukan Lor, warung di rumah diurus saudara,” ceritanya.
Ketika usaha terus berkembang tenaga sendiri takcukup, baru rekrut karyawan. ”Baru sekarang saya dibantu tujuh pegawai karena tenaga sendiri sudah tak mampu,” tandasnya.
Tips ketiga, perluas jaringan pertemanan. Tetangga, teman, jamaah adalah modal pertama menjadi pelanggan. Kalau mereka pertama kali mencicipi makanan suka, maka ini bisa menjadi iklan. ”Mereka pasti bercerita ke teman-temannya yang bikin penasaran lantas datang ke sini,” ujarnya.
Jaringan pembeli Tan Mei Hwa cukup banyak mulai tetangga, teman sekolah, jamaah pengajian dan majelis taklim, ibu-ibu PKK, pengurus RT-RW. ”Juga jaringan media sosial dimanfaatkan. Ya grup WA, FB, Instagram, Twitter. Saya banyak pesanan dari situ juga,” tandasnya.
Dia juga berpesan ketika bisnis maju jangan sibuk mencari uang melulu. Dakwah memberi pencerahan kepada umat itu tugas utama. Jangan sampai ditinggalkan. “Di samping mengurus warung, saya masih tetap memberikan ceramah. Karena ini kewajiban,” tuturnya. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto