PWMU.CO– Mendadak juru doa. Itulah takdir yang menimpa saya suatu pagi, Selasa (6/4/2021). Di acara Peran Literasi dalam Dunia Pendidikan. Di depan para wakil kepala sekolah seluruh Jawa Timur.
Ceritanya, mewakili SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (SMAMDA) mengadiri undangan Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Jl. Genteng Kali Surabaya. Memakai batik hijau dikdasmen. Celana hitam, sepatu pantofel. Menyangklong tas Eiger berisi laptop.
Diantar sopir SMAMDA, Mas Udin, berangkat pukul 07.05. Subhanalladzii sakhorolana hadza wamaa kunnaa lahuu mukriniin wa inna ilaa robbina lamun qolibun. Masuk tol, turun Waru karena harus mengantar teman yang juga punya acara di Graha Pena.
Tiba di Genteng Kali langsung masuk Kantor Diknas Provinsi Jawa Timur. ”Lurus, nanti tangga masuk,” kata seorang Satpol Pamong Praja. Cantik. Lokasinya di lantai dua. Sabha Nugraha. Tulisan ruang itu. Registrasi, tanda tangan tiga kali. Dapat tas, hand sanitizer, dan botol minum.
Masuk ruangan sudah banyak orang. Ada sekitar 30 orang yang sudah datang. Termasuk pegawai Diknas Jatim yang memakai baju warna coklat. Saya hampir memilih duduk di kursi paling belakang. Setelah melihat barisan kursi di depan kosong, saya menuju ke sana. Duduk paling kiri dekat pintu ke kamar mandi.
Tiba-tiba ada suara panggilan lewat loud speaker. Suara merdu perempuan. ”Mohon perhatian, Bapak Mohammad Ernam dari SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo.” Saya angkat tangan. ”Mohon maju ke sumber suara, Pak.” Kata suara di loud speaker. Perempuan sumber suara berada di pojok depan kanan.
Saya pun maju. ”Bapak Mohammad Ernam, dari SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo, betul?” tanya perempuan itu memastikan.
”Iya, betul,” jawab saya.
”Mohon Bapak bisa menjadi pemandu doa. Doa umum saja, yang penting yang penting nanti mohon disebut acara ini,” katanya menunjukkan tulisan dalam kertas susunan acara.
Saya dibimbing ke depan meja pimpinan.
”Nanti dari tempat duduk menuju sini. Memberi penghormatan, lalu ke podium. Memimpin doa. Selesai ke sini lagi. Memberi penghormatan, lalu kembali ke tempat duduk. Paham?” ujarnya ringkas.
”Paham!” jawab saya.
Panas Dingin
Tugas mendadak juru doa itu ternyata langsung membuat saya demam. Panas dingin. Padahal memimpin doa sudah biasa dilakukan di sekolah dan kegiatan di Muhammadiyah. Sekarang kok grogi juga. Hanya juru doa di acara wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dari seluruh penjuru Jawa Timur. Tanpa thermometer, saya tahu suhu tubuh saya langsung naik.
Saya lalu menulis teks doa. Buat contekan pilihan doa yang paling mustajab. Kalau lupa tinggal lihat. Teks doa siap. Saya baca. Baca lagi. Lagi. Tapi tetap suhu tubuh masih tinggi. Saya ke kamar mandi. Cuci muka. Masih panas. Akhirnya pasrah. Acara dimulai. Setelah ada iklan, promosi, sosialisasi lain-lain. Lalu menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Setelah itu terdengar suara MC perempuan tadi. ”Mengawali acara ini, mari sejenak menundukkan kepala. Berdoa kepada Allah agar acara lancar dan sukses. Kepada Bapak Mohammad Ernam MPd, disilakan.”
Makin panas suhu tubuh saya. Saya bangkit dari kursi segera maju. Saat berjalan berat badan terasa ringan. Menghormat sebentar. Lalu menuju podium. Saya pandang seluruh orang di ruang itu. Mengucap salam.
”Mari kita berdoa, memohon ridho dan kelancaran acara ini kepada Allah swt. Berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing, dan saya akan memandu sesuai agama Islam,” ucap saya meniru Prof. Malik Fadjar saat memimpin doa pada HUT RI. Ketika menjadi Menteri Agama.
Dimulai taawudz, basmalah, hamdalah, dan shalawat. Suara saya memantul-mantul. Bergetar. Nafas saya jadi pendek-pendek. Persis orang naik gunung. Kekurangan oksigen.
Allahummanfakna bimaa allam tanaa waallimna maa yanfauna. Robbana atina fiddunya hasanah wafil aakhiroti hasanah waqina adzaabannar. Walhamdulillahi robbil aalamiin. Bibarokatil Fatihah…
Dada masih bergemuruh. Saya turun. Panas masih terasa. Menghormat, lalu kembali ke tempat duduk. Baru lega. Tugas sudah dilaksanakan. Siap-siap ya kawan. Suatu saat kalian mengalami juga. Mendadak juru doa. (*)
Penulis Ernam Editor Sugeng Purwanto