PWMU.CO – Indonesia dan Amerika Serikat (AS) adalah dua negara yang memiliki peran sangat penting di dalam kemerdekaan Palestina.
Hal tersebut disampaikan Dr Siti Ruhaini Dzuhayatin MA pada Aksi Virtual Solidaritas Palestina dengan tema Duka Palestina Duka Kita Bersama yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA), Jumat (28/5/2021)
Ruhaini mengatakan, Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia, warga sipilnya memiliki peran yang sangat kuat untuk menyampaikan ini.
“Tentu saja kita harus merangkul semua unsur di Indonesia,” tutur Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden tersebut.
Selain Indonesia, negara yang memiliki peran penting menurutnya adalah Amerika Serikat. Karena warga sipil Amerika adalah warga Kristen terbesar di dunia.
“Dua komunitas inilah (Indonesia dengan Muslim terbesar dan Amerika dengan Kristen terbesar) sebetulnya yang menjadi pendukung atau back bone masyarakat sipil bagi kemerdekaan Palestina,” tandasnya.
Ruhaini menceritakan, di tahun 2017, saat dirinya berkesempatan mengunjungi Ramallah dan bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas, dalam kesempatan itu ada beberapa hal menarik yang disampaikan oleh Presiden.
“Ada hal menarik yang disampaikan Presiden Abbas waktu itu. Pertama tentu dukungan dari masyarakat Indonesia dan masyarakat-masyarakat dari anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI),” katanya.
“Tetapi yang sangat menarik dan perlu saya sampaikan pada kesempatan kali ini adalah, pesan beliau kepada beberapa negara yang memiliki kecenderungan menggunakan isu Palestina sebagai isu politik domestik,” imbuh Ruhaini.
“Itulah yang pada saat itu beliau sangat tekankan, bahwa sering kali isu Palestina ini menjadi isu agenda politik dalam negeri, terutama terkait masalah elektoral. Dan beliau menyampaikan, di samping juga masalah elektoral juga masalah politik domestik islam,” kata dia.
Masalah Palestina adalah Masalah Konstitusi
Menurut Ruhaini, saat Palestina dilokalisasi menjadi isu Islam, maka dukungan dari masyarakat Amerika yang Kristen moderat itu mulai surut.
“Nah itulah yang disampaikan oleh beliau. Kalau itu menjadi isu agama atau isu Islam, itu akan memperuncing masalah di Palestina, terutama di dalam pemerintahan Palestina yang sebenarnya multi agama,” katanya.
Karena menurut Ruhaini, masalah Palestina itu adalah masalah kemerdekaan, masalah Palestina adalah masalah konstitusi dan kemerdekaan satu negara.
“Jadi masalah-masalah Palestina jangan dilihat sebagai masalah agama. Tentu persoalan kebebasan beragama juga menjadi isu yang sangat penting, tapi perlu diingat bahwa warga Palestina juga ada yang beragama Yahudi,” katanya.
Oleh sebab itu, Ruhaini pun mengajak seluruh elemen bangsa Indonesia saatnya menguatkan lagi dukungan.
“Satu hal sebetulnya yang saat ini harus kita kuatkan lagi adalah dukungan lintas agama, lintas negara, agar persoalan Israel ini kembali kepada esensi awalnya yaitu pengusiran penjajah dan pencapaian kemerdekaan,” katanya.
Menurut Ruhaini, itu adalah pesan kuat Presiden Palestina Mahmoud Abbas saat dirinya menjadi Staf Khusus Kepresidenan Republik Indonesia Bidang Keagamaan Internasional masa tugas 2018 – 2019.
“Dan saya sudah menyampaikannya kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang hal itu, agar kita berhati-hati dan seksama bahwa dukungan kepada Palestina adalah dukungan konstitusional,” katanya.
Menurut Ruhaini, Presiden Indonesia Joko Widodo pun dengan hal ini menyerap aspirasi dan menyatakan dukungan akan terus bersama Palestina.
“Dan Indonesia lah yang sebetulnya terus berperan di tingkat multirateral untuk menjadikan isu Palestina itu menjadi isu arus utama di tengah demikian banyak yang cenderung mengenyampingkan isu Palestina,” katanya. (*)
Penulis Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni