PWMU.CO– Mohammad Siddik MA (78), Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia periode 2015-2020 wafat setelah dirawat di RS Harapan Kita Jakarta karena Covid, Selasa (29/6/2021) sore.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan duka cita. ”Inna lillahi wa inna Ilaihi raji’un. Semoga almarhum husnul khatimah, diterima amal ibadahnya, diampuni kesalahannya, dilapangkan di kuburnya, serta ditempatkan di jannatun na’im dalam ridha dan karunia Allah SWT,” tulis Haedar Nashir di laman Facebook, Selasa (29/6/2021).
Menurut Haedar Nashir, almarhum dikenal sebagai sosok yang rendah hati, ramah, dan bergaul luas di lingkungan organisasi kemasyarakatan dan kebangsaan.
”Semangat dakwahnya luar biasa dan beliau berpikiran wasathiyah, sehingga dikenal secara luas. Beliau juga gigih dan berpendirian kuat dalam menunaikan amanat dan berdakwah Islam,” katanya.
Haedar bercerita, almarhum terbilang tokoh Islam yang mudah menjalin silaturahmi, meskipun dengan yang lebih muda. Beliau, sambung Haedar, sering ke Menteng menemui PP Muhammadiyah untuk bersilaturahmi memperbincangkan masalah keumatan dan kebangsaan.
”Beliau pernah menyampaikan pesan, dengan dakwah kita selamatkan dan kita bangun Indonesia,” ujarnya.
”Semoga jejak dan perjuangan Pak Mohammad Siddik dilanjutkan oleh generasi penerusnya di Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, sehingga berkesinambungan untuk kemajuan kaum muslimin dan bangsa Indonesia,” tuturnya.
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengucapkan bela sungkawa dalam Twitter-nya @abe_mukti, Rabu (30/6/2021).
”Saya sangat berduka atas wafatnya Ustadz H. Muhammad Siddik. Beliau seorang yang lurus, lembut, teduh, dan teguh di dalam berdakwah. Tidak hanya warga Dewan Dakwah yang kehilangan. Umat Islam dan bangsa Indonesia juga sangat kehilangan terutama dalam dakwah Islam di kancah internasional,” tulis Abdul Mu’ti.
”Selamat jalan Ustadz. Semoga Allah mengampuni segala dosa dan amal salehmu mengantarkanmu ke surga, tempat terbaik di sisi Allah.”
Mujahid Dakwah
Hadi Nur Ramadhan dari Pusat Dokumentasi Islam Indonesia Tamaddun dalam tulisannya menjelaskan, Mohammad Siddik lahir di Kuala Simpang, Aceh tahun 1943. Tampilannya masih segar, meskipun sempat operasi bedah jantung pada tahun 2005. Dia mujahid dakwah berpengalaman di kancah nasional maupun internasional. Aktif puluhan tahun di lembaga internasional seperti PBB, OKI dan Islamic Deveploment Bank (IDB).
Dakwah mulai ditekuni sejak SMA di Medan ikut Pelajar Islam Indonesia (PII). Melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi UI. Drop out karena tidak ada biaya. Lalu kuliah ke Universitas Nasional (Unas) pilih kuliah sore sebab pagi bekerja sebagai staf lokal Bagian Pers Kedutaan Pakistan di Jakarta.
Pada tahun 1966 ia terpilih menjadi Sekretaris Jenderal Komite Pemuda Indonesia (KPI) yang berafiliasi kepada World Assembly of Youth (WAY) sebuah organisasi yang sebelum peristiwa Gestapu pernah dibubarkan oleh Bung Karno karena dianggap berafiliasi ke Barat. Ikut Kongres Pemuda Sedunia yang diadakan oleh PBB di New York.
Tahun 1973 hingga 2002, bekerja di UNICEF di New York, Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Jeddah dan terakhir selama hampir 18 tahun di Islamic Development Bank (IDB) bermarkas di Jeddah, Saudi Arabia.
Mohammad Siddik, salah satu kader Mohammad Natsir. Setelah bertahun-tahun aktif di luar negeri, lantas bergabung kembali ke DDII dan dipercaya sebagai Ketua Badan Pengawas, Direktur Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shodaqoh (LAZIS Dewan Da’wah). Kemudian memimpin DDII tahun 2015-2020.
Ketua Umum DDII periode 2020-2025 Dr Adian Husaini menyampaikan, masih sempat berbincang singkat dengan Siddik melalui telepon. Sebelumnya, pada 15 Juni 2021, sempat rapat zoom bersama pimpinan Badan Pekerja Pembina DDII.
”Bagi kami di DDII, Pak Siddik adalah sosok pejuang yang luar biasa. Di usianya 78 tahun, masih terus berjuang tiada henti. Bukan hanya bicara, tetapi pandai lobi, menjalin komunikasi, dan menggalang dana untuk pembangunan proyek-proyek dakwah,” tuturnya.
Pada 20 Agustus 2020, Siddik datang ke Pesantren at-Taqwa yang dipimpin Adian Husaini. Pak Siddik meminta Adian bersedia melanjutkan kepemimpinan DDII.
”Saya jawab, ketika itu, bahwa saya banyak sekali amanah yang belum selesai saya tunaikan. Khususnya, perjuangan di Pesanren at-Taqwa. Saya belum bisa meninggalkan Pesantren at-Taqwa. Tetapi, akhirnya takdir menentukan, saya harus melanjutkan kepemimpinan beliau,” tandasnya. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto