PWMU.CO — Dzikrul Maut: Kenanglah Kebaikan dan Pengorbanan Almarhum(ah). Pesan ini disampaikan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur Dra Rukmini Amar.
Da menyampakan pada acara Takziah Virtual dan Dzikrul Maut Mengenang Uswatun Hasanah Pimpinan Daerah Aisyiyah Gresik yang diselenggarakan oleh Majelis Tabligh PWA Jatim melalui Zoom Cloud Meeting, Selasa (6/7/2021.
Bu Rukmini—panggilan akrabnya—menyampaikan duka kepada keluarga besar almarhumah Uswatun Hasanah (wafat 5/7/21)dan suaminya: almarhum Kadar Raharto (wafat 30/6/21). Selain itu juga menyampaikan duka kepada keluarga Joko Purnomo. suami Sri Hartini anggota Majelis Kesehatan PWA Jatim. Serta kepada keluarga persyarikatan yang telah wafat.
Dia menyampaikan, telah banyak berita duka khususnya di Kabupaten Gresik. Maka saat ini Gresik berduka. “Kematian adalah sesuatu kewajiban bagi setiap makhluk hidup. Setiap makhluk hidup akan mati termasuk virus, jika itu makhluk maka pasti akan mati,’’ ujarnya.
Kualitas Umur
Menyitir potongan ayat pada surat al-Hajj ayat 5, dia menjelaskan bahwa kita mohon kepada Allah supaya tidak sampai umur yang dalam keadaan arżalil-‘umur alias pikun. “Walaupun usianya sampai 90 tahun namun bagaimana kita menjadi ‘tahanan’ Allah yang akan dimuliakan,’’ ungkapnya
Seseorang yang semakin lama umurnya, sambungnya, kemudian taat dalam kondisi tidak pikun, maka nilainya itu sama dengan ‘tahanan’ Allah. Allah akan memberi kemuliaan, bagaimana kita mempertahankan itu. “Maka orang yang berpulang ke rahmatullah disebut wafat artinya sempurna,’’ sambungnya.
Menurutnya orang yang sudah meninggalkan dunia itu berarti telah sempurna dan selesai melaksanakan tugas-tugasnya yang diamanahkan Allah. Yaitu tugas beribadah dan tugas-tugas sebagai khalifatullah di muka bumi ini. “Maka manusia lebih tepat menggunakan istilah wafat, jika mati itu untuk selain manusia,” tutur ibu dua anak ini.
Kematian adalah Ujian
Menyitir kembali al-Mulk ayat 2, dia menjelaskan kematian adalah ujian, siapa yang paling berkualitas amalnya. “Jadi bukan hanya pada banyaknya amal namun kualitas amalnya. Walaupun banyaknya amal tetapi jika tidak niat yang benar, cara yang benar, maka Allah tidak akan menimbangnya dan akan menjadi amal yang akan sia-sia,’’ jelasnya.
Ibu kelahiran Sumenep ini menyampaikan, pada az-Zumar ayat 42, Allah yang memegang nyawa seseorang pada saat kematiannya dan nyawa seseorang yang belum mati ketika tidur. Maka dia tahan nyawa orang yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan.
“Karena ada seseorang yang sedang tidur kemudian tidak bisa bangun lagi, langsung menghadap Allah,’’ ungkapnya.
Maka ketika saat akan tidur, imbuhnya, harus berwudhu kemudian dilanjutkan shalat agar saat tidur kita dalam keadaan suci. “Karena takutnya Allah akan mengambil nyawa kita saat tidur sehingga tidak bangun lagi. Maka dianjurkan berdoa sebelum tidur agar dibangunkan kembali,’’ imbuhnya.
Bu Rukmini menegaskan Allahlah yang menetapkan ajal kita, kita tidak tahu kapan ajal datang, bisa pagi, siang atau malam. “Maka manusia disuruh ikhtiar. Sungguh pada yang demikian itu tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang berfikir. Berbahagialah orang yang mengingat mati karena orang yang selalu mengingat mati itu akan berhati-hati dalam kehidupannya,’’ tegasnya.
Memberi Support Keluarga
Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini menjelaskan dalam Islam masa berkabung itu tiga hari. “Maka saat ada teman kita yang meninggal sepatutnya kita harus segera tahu keadaan keluarganya. Segera mengantarkan makanan, minuman, menghibur keluarganya, atau bisa menanyakan kabar yang lain sebagai kewajiban kita untuk mensupport keluarganya,” paparnya.
Selain itu, sambungnya, jika ada saudara yang wafat tidak boleh ada tangis-tangisan dan meratapi. Harus fokus pada mendoakan almarhum-almarhumah, agar dia bisa melewati ujian untuk menghadapi pertanyaan dari malaikat, maka harus disupport dengan doa agar lancar menjawab.
Bu Rukmini juga menceritakan kedekatannya dengan almarhumah. “Bu Uswah sering menanyakan kabar kesehatan saya, karena sama-sama sakit, jadi saya ajak untuk menikmati saja sakit ini,’’ kisahnya.
Kemudian kami saling mengirim foto cucu dan menceritakan kelucuan-kelucuannya. “Bu Rukmini, cucunya kalau makan gizinya lari ke otak, kalau mendoakan saya itu lho, pinternya,’’ kata Bu Rukmini menirukan Pak Kadar saat berkunjung ke rumahnya. Karena cucunya selalu mengambilkan air minum sambil mendoakan Pak Kadar agar sakitnya segera sembuh.
Almarhumah juga sempat mengirim makanan kesukaan Bu Rukmini yaitu rajungan. “Itulah kesan-kesan yang menggembirakan dengan Bu Uswah, yang selalu mengingatkan untuk makan agar pulih kesehatan saya, yang setelah itu sudah tidak bisa berkomunikasi lagi sampai masuk rumah sakit,’’ kisahnya.
Mengenang Kebaikan Bukan Keburukan
Saat saudara kita yang meninggal, tambahnya, seharusnya mengingat kebaikan-kebaikan dan pengorbanannya. “Bagaimana kebaikan yang selalu dilakukan untuk kita atau orang lain, begitu juga seperti apa pengobanannya,’’ ungkapnya.
Bagaimana kebaikan dan perjuangannya untuk keluarga, masyarakat dan lain sebagainya. Itulah yang akan menjadi kenangan dengan almarhumah semasa hidupnya. Karena kematian itu nasehat tanpa kata.
Kepada kedua putri Bu Uswah, Nadhya Rufaidah Hartland (Nadhya) dan Najma Roseola Hartland (Jema), serta kepada kita semua, Bu Rukmini mengajak untuk selalu memohonkan kepada Allah menjadikan buah tutur yang baik karena kebaikan almarhum dan almarhumah.
“Mari kita dengungkan kebaikan dan pengobannnya, jangan sampai membuka hal buruk karena nanti akan menjadi fitnah,’’ pesannya.
Dia mengisahkan, suatu malam tidak bisa tidur, kemudian melanjutkan shalat karena khawatir tidak bisa bangun kembali. “Saat itu saya berdoa, ‘Ya Allah jika Engkau memang memanggilku, aku mohon kumpulkan dengan teman-teman yang baik di surga-Mu’. Spontan saya ingat Bu Uswah, karena saya yakin beliau orang yang baik,” kenangnya.
Tanda Kekuasaan Allah
Bu Rukmini menerangkan, Allah akan menampakkan tiga kuasanya saat seseorang itu wafat. Pertama, mengeluarkan keringat dingin di keningnya. Orang baik itu berpikir keras dengan otaknya maka ditunjukkan Allah dengan keluar keringat dingin dikeningnya, basah sampai ke lehernya.
Kedua, kalau mata keluar air mata, namun bukan menangis. Dan ketiga, bibirnya seperti tersenyum. “Itulah saat turunnya rahmat Allah. Kita semua ini ingin mati dalam keadaan mengingat Allah, semoga saat kita meninggal dalam keadaan mengingat Allah,’’ harapnya.
Apa yang harus dilakukan orang yang hidup pada yang wafat, menurut Bu Rukmini kita harus memohonkan ampun, mohon dilapangkan agar dimasukkan ke Surganya Allah dan berkumpul dengan para syuhadak.
Kewajiban selanjutnya kepada yang wafat adalah memaafkan kesalahan-kesalahannya. “Jangan mengingat kesalahannya dan mengikhlaskan hutang-hutangnya jika jumlahnya tidak banyak. Jika banyak dan masih dibutuhkan bisa segera menemui keluarganya. Selanjutnya mengubur dalam-dalam aibnya,’’ ajaknya
Di akhir kajiannya, Bu Rukmini berharap kepada Nadhya, Jema, cucu Haira, dan semua keluarga untuk terus sehat agar nanti bisa melanjutkan kebaikan-kebaikan almarhumah.
“Kita semua ibu-ibu di Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Timur akan siap menjadi ibu, siap menjadi bagian dari solusi, selain ada bibi sebagai pengganti mama, jika ada hal-hal yang perlu didiskusikan,” pesannya. (*)
Penulis Musyrifah Editor Mohammad Nurfatoni