Pengalaman Dirawat di ICU Covid-19, Ada Banyak Model Pasien oleh Aniek Indarti, seorang dokter gigi dan penyintas Covid-19.
“Maka, ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan” (al-Hasyr 2).
PWMU.CO – Pada awalnya, tak terpikir oleh saya menuliskan pengalaman terpapar Covid-19. Sampai pada akhirnya, pada Selasa (10/8/2021) di WAG Keluarga Alumni Masjid Universitas Airlangga ada diskusi menarik terkait pandemi yang sudah masuk tahun kedua ini.
Diskusi Pemantik
Menurut dr Anas Machfud Sp An, di era pandemi ini, boleh saja orang ikhtiar melalui vaksinasi. Namun, itu adalah sudut kecil dari wacana secara umum. Adapun upaya besarnya adalah:
- Boleh terpapar virus (dan di era pandemi, semua akan terpapar), asal tidak sakit.
- Tidak mengapa sakit, asal bergejala ringan.
- Kalau gejalanya mengganggu, tidak masalah asal tidak pneumonia.
- Sekiranya pneumonia, insyaallah bisa bertahan (sembuh) asal tidak mngalama Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS).
- Jika ternyata ARDS, semoga tidak gagal nafas berat.
- Subhanallah, jika diuji dengan gagal nafas berat, semoga lulus dalam ujian yaitu ikhlas dan kembali diberi waktu, kesempatan dan kemampuan oleh Allah untuk bertobat dan beramal shalih sebagai bekal menghadap-Nya. Jadi, antarkanlah diri untuk sukses di setiap kaskade-kaskade tersebut.
“Sangat setuju dengan pendapat di atas. Pedoman tersebut sangat penting. Siapkan diri dan lingkungan untuk terpapar dengan segala manifestasinya. Respon manusiawi (dan ini bagian dari ‘Protokol Bum’) harus optimal. Hanya saja, bagaimanapun juga, akhirnya harus tunduk kepada ‘Protokol Langit’. Apapun hasil akhirnya, kepasrahan kepada yang Maha Tinggi harus menjadi sikap akhir,” timpal dr Abdul Ghofir SpPD.
Apa itu ARDS? ”Sesak napas yang berat,” kata Abdul Ghofir. “Gagal Napas Akut,” jelas Anas Machfud.
Inti gagal napas adalah jika kadar oksigen dalam darah rendah dan/atau kadar CO2 darah tinggi. Demikian, penjelasan Anas Machfud lebih lanjut.
Terkonfirmasi Pengalaman
Saya, yang menyimak percakapan menarik di atas lalu ikut nimbrung, bahwa: “Empat belas hari saya dirawat di rumah sakit dan tujuh hari di antaranya dirawat di ICU. Saya sudah mengalami fase-fase yang disebutkan dr Anas Machfud.”
Kala itu saya hanya bisa pasrah. Alhamdulillah, sekarang saya sudah keluar rumah sakit. Saat ini saya sedang pemulihan.
“Apa sempat pakai ventilator? Bagaimana pengalaman di ICU,” tanya Lila Muntadzir penasaran.
“Rasanya, di ICU itu, tiap detik mendengar orang mengerang kesakitan, sering melihat pasien yang sakaratul maut, dan kerap menyaksikan keranda keluar-masuk untuk mengangkut pasien yang meninggal. Sehari, pasien yang wafat bisa tiga orang,” demikian saya berusaha menjelaskan.
“Alhamdulillah, saya bisa melalui itu semua. Padahal, ketika itu, saya hanya bisa berbaring denga banyak kabel di tubuh yang terhubung denga layat monitor. Terasa sunyi, sepi menikam,” kata saya melengkapi.
Atas penjelasan saya itu, dr Anas Machfud yang kesehariannya banyak menangani pasien Covid-19, lalu menulis: “Masya Allah. Saya secara langsung banyak merawat pasien di ICU. Faktanya, di antara pasien itu lebih banyak yang berakhir ke kamar jenazah jika dibandingkan yang kembali ke bangsal perawatan biasa. Di titik ini, sungguh saya merasa bahagia luar biasa mendengar Kak Aniek sembuh dari Covid-19.”
Hikmah Besar
Pasti ada pesan berharga dan penting dari Allah kepada siapapun. Pesan itu terutama kepada mereka yang Allah masih memberi kesempatan untuk hidup meski telah terjangkit Covid-19.
Saya sakit terpapar Covid-19, 24 Juli 2021 sampai 7 Agustus 2021. Saat itu sudah transfusi plasma konvalesen, sampai pakai actemra yang susah mencarinya dan luar biasa mahal. Sementara, bisa mendapat rumah sakit kala itu termasuk karunia tersendiri. Alhamdulillah, setelah melewati perawatan, Allah masih beri saya kesehatan.
Model-Model Pasien
Banyak yang saya lihat di ruang ICU. Banyak pelajaran di situ. Saya sendiri, misalnya, sampai ada perasaan seperti orang yang sedang ‘menunggu keputusan’: Apakah saya masih diberi kesempatan untuk meneruskan hidup di dunia atau harus pergi untuk menghadap Allah Sang Pencipta.
Allahu Akbar! Inilah sebuah fase kehidupan yang penuh pelajaran. Di ICU kita bisa melihat berbagai karakter manusia. Ada yang pasrah dengan mengikuti protokol pengobatan rumah sakit tapi tetap memiliki semangat untuk sembuh. Ada pula yang benar-benar pasrah dan pasif, sudah tidak ada semangat untuk pulih.
Di ICU, ada yang tidak sabaran. Mulai masuk ICU sudah teriak-teriak terus-menerus, tanpa henti. Kadang malah memaki-maki perawatnya.
Di ICU ada yang mau melarikan diri. Hal ini memperberat kerja para perawat. Ada juga yang merasa bahwa masuk ICU dijebak, katanya, rumah sakit cari untung. Pun, selalu komplain sambil teriak teriak.
Alhamdulillah, di ICU ada pula pemandangan menyejukkan. Itu terjadi saat mendengar ada pasien yang berusaha mengurangi rasa sakitnya denga dzikir. Masya Allah!
Selanjutnya, saya bersaksi, benar seperti kata dr Anas Machfud bahwa pasien di ICU lebih banyak yang lanjut ke kamar jenazah ketimbang yang ke bangsal pemulihan.
Ikhlas,
Saya keluar rumah sakit Sabtu 7 Juli 2021. Saya terpapar Covid-19 dengam pneumonia berat. Saat tulisan ini dibuat, saya pada posisi pemulihan. Saya belajar bangun dan belajar jalan. Sungguh, berjalan lima langkah saja nafas saya sudah tersengal-sengal. Begitu juga untuk berbicara. Mengucapkan satu kalimat saja nafas saya juga sudah tersengah-engah.
Contoh lain, begini: Berubah dari posisi berbaring ke posisi duduk, saya akan terbatuk-batuk sampai lima menit. Begitu juga sebaliknya. Subhanallah, seumur hidup baru inilah sakit terberat saya. Meski begitu, saya ikhlas. Insya Allah sakit ini bisa menggugurkan dosa-dosa saya.
Ujian Kedua
Sejatinya, sakit saya ini yang kedua. Saya terpapar Covid-19 kali pertama pada Desember 2020. Saya sakit akhir Desember sampai awal Januari: Empat hari dirawat di RS dan kemudian lanjut isolasi mandiri di rumah 14 hari.
Kala itu, di RS, tak sampai dirawat di ICU karena hampir tidak bergejala. Waktu itu bersamaan dengan saya kena demam berdarah.
Demikianlah, semoga saya termasuk hamba yang pandai bersyukur atas semua bentuk karunia Alah. Alhamdulillah ‘Ala Kulli Haal. (*)
Pengalaman Dirawat di Ruang ICU Covid, Kenal Banyak Model Pasien: Editor Mohammad Nurfatoni