PWMU.CO– PRM Kemantren, Tulangan, Sidoarjo studi banding belajar ketakmiran ke Masjid Jogokariyan Yogyakarta, Ahad (3/10/2021).
Acara diikuti takmir masjid dan mushala binaan Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Kemantren. Rombongan PRM Kemantren mengikuti shalat Subuh berjamaah di Masjid Jogokariyan. Setelah itu acara dialog dengan takmir Masjid Jogokariyan di aula masjid lantai 2.
Ketua Panitia PRM Kemantren Ustadz Ferdi menyampaikan, studi banding untuk belajar ketakmiran. Dia sering mendengar dari kawan-kawan, jamaah shalat Subuh di Masjid Jogokariyan Yogyakarta sama banyaknya seperti shalat Jumat.
”Kami ingin mengetahui kiat agar shalat wajib bisa diikuti oleh banyak jamaah. Tidak seperti kondisi yang sekarang di masjid atau mushala kami. Jamaah shalat Subuh hanya satu shaf,” katanya.
Takmir Masjid Jogokariyan Ustadz Rosyidin menerangkan, Masjid Jogokariyan difungsikan sebagaimana masjid pada masa Rasulullah Muhammad saw.
”Ada 28 ayat dalam al-Quran yang menyebutkan kata masjid. Yaitu sebagai tempat sujud, menghambakan dirinya kepada Allah. Bukan tempat shalat saja,” tuturnya.
Dalam sejarahnya, sambung dia, masjid berfungsi sebagai pengembangan ilmu. Biasa disebut masjid jamik karena ada universitasnya.
Fungsi masjid, kata dia, sebagai tempat pengembangan ilmu sudah dirintis pada masa Rasulullah saat membangun asrama di masjid dan ditempati oleh sahabat-sahabat. Sahabat-sahabat ini menjadi panglima perang, ulama, perawi hadits.
”Masjid diharapkan menjadi tempat ibadah. Nabi dan para sahabat tidak shalat fardhu di rumah.Tapi berjamaah di masjid.,” tuturnya.
Kisah Masjid Jogokariyan
Diceritakan Rosyidin, perjalanan mencapai kondisi ideal masjid cukup panjang. Takmir Masjid Jogokariyan tahun 1990-an mendataan masyarakat sekitar. Dari data tersebut, takmir membuat peta dakwah.
”Takmir membuat pemetaan, mana rumah yang warganya sudah melaksanakan shalat berjamaah di masjid, mana rumah yang warganya sudah melaksanakan shalat di rumah, sampai warga yang belum shalat,” terangnya.
Kemudian Takmir menyebarkan undangan shalat berjamaah di masjid. Takmir menyediakan minuman, sandal hilang diganti takmir dengan merk yang sama. Takmir juga memberi hadiah bagi jamaah yang rajin shalat Subuh berjamaah. Takmir menyediakan guru untuk mengajari shalat untuk warga yang belum shalat.
”Langkah lainnya menyediakan klinik kesehatan gratis seusai shalat Maghrib sampai pukul 9 malam. Memberi asuransi kesehatan bagi jamaah tak mampu. Juga menyediakan lumbung beras, seragam sekolah, dan biaya pendidikan untuk warga tak mampu,” kata Rosyidin.
Takmir Masjid Jogokariyan punya program untuk jamaah terdampak PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat ). Takmir masjid memberi bantuan voucher belanja.
”Setiap hari kami sediakan voucher senilai Rp 10 ribu per lembar untuk belanja di Pasar Rakyat di sekitar Masjid Jogokariyan. Syarat mendapat voucher cukup melaksanakan shalat di masjid. Petugas masjid membagikan ke jamaah. Misalnya usai shalat Subuh, takmir langsung membagikan satu lembar voucher itu,” katanya.
Voucher digunakan belanja kebutuhan pokok dan barang dagangan di 60 UMKM binaan Masjid Jogokariyan di Pasar Rakyat. (*)
Penulis Ahmad Alfarizi Editor Sugeng Purwanto