Tuhan Menyayangi Bangsa Yahudi, tapi Mereka Malah Menyembah Patung Anak Sapi; Oleh Anwar Hudijono, wartawan senior tinggal di Sidoarjo
Pengantar Redaksi. Sejak awal bangsa Yahudi cenderung menyembah kepada berhala. Maka Samiri pun dengan sihirnya membuat “jazad” berupa patung anak sapi yang terlihat oleh bangsa Yahudi seolah-olah emas. Tentu saja itu hanya manipulasi persepsi. Sihir itu manipulasi. Sihir itu menciptakan realitas palsu dan mempedayai.
Pada tulisan kedua dari tiga tulisan tetang relasi Yahudi dengan Allah, dipungkasi dengan permohonan Nabi Musa agar dipisahkan dengan bangsa jahiliah itu. Tulisan pertama berjudul Tuduhan Yahudi: Tangan Allah Terbelenggu.
PWMU.CO – Melalui Rasulullah Musa, Allah menyelamatkan bangsa Yahudi dari penindasan Firaun. Bahkan Firaun dan tentaranya ditenggelamkan di Laut Merah.
Apakah Yahudi bersyukur? Tidak.
Apakah berterima kasih kepada Musa? Tidak juga. Malah terus menyakiti hati sampai Musa wafat.
Dalam perjalanan setelah menyeberang Laut Merah, mereka melewati sebuah pemukiman yang penduduknya menyembah berhala. Mereka terpesona dengan penyembahan tersebut.
“Wahai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka memiliki beberapa tuhan (berhala). Musa menjawab, sungguh kamu orang-orang yang bodoh.” (al-Araf 138).
Bisa dibayangkan betapa perihnya hati Musa seperti disayat sembilu kemudian disiram air cuka. Seorang Rasul disuruh membuat berhala untuk jadi sesembahan. Rasul itu misinya mengajarkan tauhid.
Yahudi cenderung ingin tuhan yang bisa dilihat. “Dan (ingatlah) ketika kamu berkata, wahai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan jelas. Maka halilintar menyabarmu, sedang kamu menyaksikan.” (al-Baqarah 55).
Allah menjawab tantangan mereka dengan menunjukkan tanda (ayat) kebesarannya yaitu halilintar yang menyambar mereka. Peristiwa itu disaksikan semua bangsa Yahudi. Lantas Allah menghidupkan mereka yang mati kesambar halilintar itu dengan maksud agar mereka bersyukur.
Tapi, apakah mereka bersyukur? Tidak juga.
Artificial intelligence
Kecenderungan Yahudi memiliki tuhan material atau benda juga ketika mereka menyembah “jazad” berupa patung anak sapi yang bisa bersuara. Patung itu mereka buat bersama Samiri. Mereka sebenarnya dipedayai Samiri (Iblis yang menjilma jadi manusia?) dengan menggunakan sihir. Inti sihir itu manipulasi, palsu. Merusak. Mendorong ke kekafiran.
Yang terlihat patung anak sapi dari emas itu hanyalah palsu. Musa sangat tahu sehingga membakarnya dan membuang abunya ke laut. Kalau benar-benar emas tidak bisa dibakar menjadi abu.
Kira-kira jazad itu kalau sekarang mesin artificial intelligence (AI). Dan sekarang ada kecenderungan menuhankan AI. Kisah itu diabadikan di Quran surah Taha 85–97.
Sebagai hukuman atas perbuatan mereka, Allah menetapkan jika ingin diampuni dosanya karena menyembah jazad itu, mereka harus bunuh diri. Orang-orang Yahudi yang baik tetapi terlanjur menyembah jazad memilih bunuh diri asal selamat dalam kehidupan akhirat.
Dengan demikian bangsa Yahudi yang baik semakin sedikit. Sisa yang baik ini adalah mereka yang tidak ikut menyembah jazad, termasuk Nabi Harun.
Tetapi kebanyakan mereka yang menyembah jazad tidak melakukan bunuh diri. Kenapa? Karena mereka lebih mencintai dunia daripada kehidupan mulia di akhirat.
“Mereka itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat. Maka tidak diringankan azabnya dan mereka tidak akan ditolong.” (Quran, Al Baqarah 86).
“Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan (derajat)-nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah), maka perumpamaannya seperti anjing. Jika kamu menghalaunya, dijulurkan lidahnya. Jika kamu membiarkannya ia menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir.” (al-Araf 176).
Baca sambungan di halaman 2: Yerusalem