Pentingnya menuntut ilmu digaungkan Wakil Ketua PWM Jatim Dr Hidayatulloh MSi; Liputan Dian R Agustina, kontributor PWMU.CO Sidoarjo.
PWMU.CO – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr Hidayatulloh MSi mengisi Kajian Ahad Pagi, yang bertempat di Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Sukodono, Sidoarjo, Ahad (8/1/23).
Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) itu hadir di tengah-tengah warga Muhammadiyah Sukodono, menyajikan materi menarik terkait semangat dalam menuntut ilmu.
Pentingnya Menuntut Ilmu
Hidayatulloh mengatakan, salah satu tugas orang yang beriman adalah memberi pencerahan bagi orang yang belum sadar, hingga dia paham apa yang harus dilaksanakan.
“Termasuk dalam menuntut ilmu, karena thalabul ilmi meningkatkan iman kita. Semangat dalam menuntut ilmu sesuai Hadits Muslim no. 2699, ‘siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga’,” jelasnya.
Dia lalu melanjutkan paparannya dalam al-Quran surat al Mujadalah ayat 11, yakni ketika Allah berfirman, ‘Dan Allah meninggikan derajat orang-orang beriman dan berilmu pengetahuan. Juga sperti yang termaktub dalam Surat Yunus ayat 101.
“Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman,” sitirnya.
Mantan Kepala SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Smamda) itu melanjutkan, bahwa terjadi dikotomi pendidikan pada zaman penjajahan, yakni perbedaan ilmu yang diajarkan di pondok pesantren dan sekolah umum.
“Ini bisa diperbaiki saat ini, hingga terjadi kesadaran untuk menggabungkan ilmu agama dan ilmu umum menjadi produk pengetahuan Islam,” terangnya. Umat Islam, lanjutnya, pernah mengalami kejayaan, maka raih kejayaan senyampang ada umur dan kesempatan.
Empat Tingkatan Manusia
Al Ghozali, kata Hidayatullah, membagi tingkatan manusia dan ilmu. Terdapat empat golongan dalam hal menuntut ilmu. “Pertama adalah rajulun yadri wa yadri annahu yadri, seseorang yang tahu atau berilmu, dan dia tahu kalau dirinya tahu,” ungkapnya.
Kedua, sambung dia, rajulun yadri wa laa yadri annahu yadri, yakni seseorang yang tahu atau berilmu, tapi dia tidak tahu kalau dirinya tahu.
Sementara ketiga adalah rajulun laa yadri wa yadri annahu laa yadri, orang yang tidak tahu dan mengetahui bahwa dia tidak tahu. Serta yang terakhir, yaitu rajulun laa yadri wa laa yadri annahu laa yadri, orang yang tidak tahu dan tidak mengetahui bahwa dia tidak tahu.
Di akhir tausiahnya, Hidayatulloh mengutip Surat al-Baqarah ayat 148, “Bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepada-Nya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu,” tutupnya. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.