Smamda Menggelar Workshop Implementasi Pembelajaran Sosial Emosional; Liputan Risha Iffatur Rahmah, kontributor PWMU.CO Sidoarjo
PWMU.CO – SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo, Jawa Timur menyelenggarakan Workshop Implementasi Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) Jumat (10/03/2023).
Acara yang dilangsungkan di Auditorium Nyai Walidah pukul 13.00-15.43 ini diikuti oleh 61 guru Smamda.
Kepala Smamda M. Zainul Arifin S.Kom MM berharap workshop menjadi refleksi dan aksi nyata guru. “Kegiatan ini akan menumbuhkan karakter peserta didik sesuai visi sekolah,” katanya,
Sementara itu, Pengawas Dinas Pendidikan Provinsi Jatim Wilayah Sidoarjo Mijiatun Sri Hartyatni SPd MSi didapuk menjadi pembicara tunggal. Ibu Tya, sapaan akrabnya, menjelaskan pentingnya menerapkan manajemen sosial emosional untuk membangun relasi positif di kehidupan siswa.
Dia menjelaskan, implementasi dari workshop mengacu pada langkah yang dirangkum dalam akronim ‘merdeka’. Yakni mulai dari diri sendiri, eksplorasi konsep, demonstrasi kontekstual, ruang kolaborasi, koneksi antarmateri, dan aksi nyata.
“Poin pentingnya yaitu mulai dari diri sendiri dengan cara membagi cerita yang menjadi penyebab hadirnya rasa emosi baik positif atau negatif,” ujarnya.
Pengelolaan Diri dengan STOP
Kemudian, lanjutnya, eksplorasi konsep keterampilan sosial emosional dari kesadaran diri sebagai efek dari pengenalan emosi; memanajemen pengelolahan diri dengan prinsip STOP (stop, take a deep breath, observe, proceed) dan kesadaran sosial.
Semua eksplorasi konsep tersebut, kata dia, bertujuan mendapatkan keterampilan berelasi dalam mengungkapkan perasaan dan mengambil keputusan dengan penuh tanggung jawab. “Melalui eksplorasi ini akan tercipta kesejahteraan psikologis sehingga guru dan siswa dapat merasakan well being dalam aktivitas belajar,” terang dia.
Sementara itu, kanjutnya, ruang kolaborasi digunakan agar ada penguatan pemahaman tentang peran dan implementasi PSE. Sedangkan demonstrasi kontekstual merujuk pada penerapan ide ke siswa.
Selanjutnya, ada koneksi antarmateri yang bertujuan untuk menyimpulkan pengetahuan dan pengalaman baru dan diakhiri oleh aksi nyata untuk mewujudkan pemahaman dan mengevaluasi peningkatan hasil pembelajaran sebelum dan sesudah diterapkan konsep tersebut.
“Saya harap setelah kegiatan ini, guru-guru dapat menguasai dan mengelola kecerdasan sosial dan emosi kepada anak-anak. Ketika kesejahteraan psikologi terwujud maka akan ada rasa aman dan nyaman,” tutur Bu Tya.
Menurutnya, kesejahteraan psikologis dan kenyamanan siswa apabila sudah terbentuk maka pembelajaran akan mudah diikuti serta terasa menyenangkan.
“Dampaknya, akan ada efek jangka panjang jika guru berhasil menerapkan implementasi PSE pembelajarannya. Efeknya yaitu timbul karakter kepemimpinan yang bijaksana dengan mempertimbangkan konsekuensi terbaik dan penuh tanggung jawab. Acara diakhiri dengan uji coba penugasan kepada peserta,” urainya.
Editor Mohammad Nurfatoni