PWMU.CO – Guru versus AI menjadi topik menarik dalam diskusi pada sesi opening and keynote session di Ciputra Hall, Sabtu (2/9/2023). Kegiatan School to School Conference ini mengusung tema besar Integrated Learning and Teaching dengan topik Cultivating Students Ability to Live in an Interconnected World.
High School Coordinating Principle Christopher Allen EdD mengawali materinya dengan bercerita mengikuti 2nd Global Grand Challenges Summit di Beijing tahun 2015. Sebagai seorang yang memiliki basic pendidikan Sejarah, ia bisa belajar dari mahasiswa teknik dan profesor dari berbagai negara. “Di sana saya bertemu dengan Jack Ma dari Alibaba dan Will I Am dari Black Eyed Peas,” ungkapnya.
Siapapun yang ia temui dan ajak bicara, semuanya membicarakan bagaimana saat ini dunia saling terhubung. “Bagaimana kita perlu mendidik generasi muda untuk bisa tangguh menyelesaikan masalah-masalah besar yang dihadapi oleh dunia,” sambungnya.
Alumnus Stanford University ini melanjutkan, dunia yang saat ini sudah berubah, tantangan yang dihadapi begitu rumit. “Contohnya adanya Covid-19 menjadikan seluruh negara menjadi amburadul dan sebagainya,” ungkap Allen, sapaan akrabnya.
Allen mengatakan, saat ini kita berada di posisi bahwa ilmu pengetahuan bertemu dengan isu-isu sosial, teknologi yang mempengaruhi budaya, masalah lingkungan yang mempengaruhi masalah ekonomi. “Peran kita sebagai guru perlu memikirkan cara mendidik dan mengajar, sehingga anak didik bisa menjadi orang yang siap berkontribusi di masyarakat,” ujarnya.
Berbagai negara, berbagai sekolah, lanjutnya, telah berupaya mengatasi tantangan ini dengan cara yang berbeda. Termasuk juga adanya Kurikulum Merdeka di Indonesia.
Delapan Poin untuk Anak Didik
Profil Pelajar Pancasila, ia sebut sudah memiliki aspek-aspek yang menjadi pengembangan menuju pendekatan pembelajaran yang lebih terintegrasi. “Juga menciptakan pengalaman belajar yang lebih terhubung dan komprehensif bagi anak didik,” jelasnya.
Allen menambahkan, adanya aspek-aspek dalam Profil Pelajar Pancasila menjadikan anak didik lebih beradaptasi, inovatif, memahami masyarakat global, dan memiliki kemampuan memimpin serta berkontribusi dalam masyarakat global.
Ia menyebutkan delapan poin yang bisa diaplikasikan bagi anak didik untuk memiliki kemampuan yang berkembang di dunia yang saling berhubungan. Yaitu mendorong pemikiran interdispliner, memecahkan masalah dunia nyata, dan menekankan perspektif global.
Selain itu mengembangkan kemampuan komunikasi, mendorong pembelajaran seumur hidup, dan mendukung pembelajaran sosial dan emosional. Penting juga menggunakan teknologi secara bijak dan mendorong kolaborasi antar guru.
Salah satu peserta dari SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik Zaki Abdul Wahid ST MPd menanyakan cara mengajarkan kepada anak didik untuk bisa bijak dalam menggunakan Artificial Intelligent (AI).
Allen menjelaskan, kita tidak bisa menghindar dari AI t dalam proses pembelajaran saat ini. “Berbagai manfaat bisa kita ambil dengan adanya AI bagi pembelajaran anak didik,” ujarnya.
Lebih penting lagi, kata Allen, kita perlu menyampaikan penggunaan AI dengan bijaksana bagi anak didik. “AI tidak bisa menggantikan peran seorang guru dalam proses belajar mengajar anak didik,” tegasnya. (*)
Kontributor Muhammad Ilham Yahya. Editor Ria Pusvita Sari.
Informasi inden/titip nama https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSdOgmfg-pOt2QEMHIImTgyGNFbNPGOf6IsF0q7qHOXUbuA75w/viewform?usp=sharing