PWMU.CO – Puisi dan pantun, cara ungkap rahasia perjalanan PCNA Wringinanom Wringinanom disampaikan dalam Musycab Ke-3 bertema Harmonisasi Pemuda dan Nasyiah Membangun Wringinanom Berkemajuan di Aula Panti Asuhan Al Ihsan, Ahad (8/10/2023).
Puisi Romantis diungkap pada sambutan Ketua Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah (PCNA) Wringinanom Gresik Kusmiani SPd. Pada akhir sambutannya, dia membacakan puisi karangannya untuk yunda-yunda -sebutan kader Nasyiah- yang hadir.
“Sesuai nama grup WhatsApp kami di PCNA Wringinanom, maka puisi yang mau saya bacakan ini saya beri judul Nasyiaku,” ulasnya.
Nasyiaku
Selama delapan tahun kita menyelami telaga Nasyiah
Mengukir amal, karya, dan prestasi
Diraih dengan perjuangan dan kasih
Tertanam dalam hati sanubari dan terkenang dalam memori
Yundaku, Nasyiahku
Engkaulah tempat berkarya dan menanam benih keabadian
Teruslah berjuang untuk bangsa, Nasyiah dan agama dengan penuh keikhlasan
Terus lewati hingga mampu menyeberangi tanpa kata lelah
Kebersamaan teruslah dijaga sampai Bismillah berakhir dengan Alhamdulillah
Puisi itu ditulis dan dibacakan sendiri oleh Kusmiani sebagai ungkapan rasanya terhadap Nasyiatul Aisyiyah khususnya di Cabang Wringinanom. Ia menggambarkan perjalanannya dalam puisi itu, lalu memungkasinya dengan nasihat bagi kader Nasyiah Wringinanom penerusnya.
Sambutan Kusmiani dalam Musycab yang dilaksanakan bersama Pimpinan Cabang Pemuda dan Nsyiatul Aisyiyah Wringinan kemudian ia tutup dengan pantun.
“Pantun pertama yang saya buat dan baca ini khusus sebagai pujian untuk kader Nasyiahku,” ujarnya sambil tersenyum.
Bunga mawar bunga melati
Diberi air di dalam cawan
Delapan tahun kita lewati
Engkau tetap cantik dan rupawan
Di sela-sela ia membacakan pantun itu, undangan yang hadir memberi teriakan cakep, dan pada akhir pantun suara riuh tepuk tangan 93 undangan.
Pantun kedua, lanjutnya, ia berikan untuk memotivasi ber-Nasyiah. “Dengar dan simak baik-baik ya! Pantun saya,” pintanya.
Pohon mangga berbuat lebat
Paling enak dipakai rujakan
Kalau ngaku kader Nasyiah yang hebat
Jangan Mutung dan Ngondokan
Sambil mengacungkan jempol teriakan huuu dan tepuk tangan terdengar lagi.
Selanjutnya ia mengatakan ada pantun khusus yang ia berikan untuk seseorang yang selalu menyemangati dan mendukungnya setiap ada kegiatan Nasyiah.
“Pantun ini khusus untuk Abinya Syihab —sebutnya untuk sang suami—,” katanya.
Siang hari minum es dan main layang-layang
Pergi ke lapangan jangan lupa ajak temannya
Abi Heri yang manis dan kusayang
Terimakasih atas dukungan dan doa restunya
Sambil menoleh ke arah suaminya, Heri Siswanto yang sedang menyuapi putranya Muhammad Syihabuddin Elbani ia memberi kode dengan kedua jarinya sarangeo, terdengar suara Heri berterima kasih dan tampak matanya berkaca-kaca. Tepukan tangan dari seisi ruangan juga meramaikan suasana yang haru dan bangga. (*)
Penulis Fatma Hajar Islamiyah. Editor Ichwan Arif.