Tiga Amanat
Pada kesempatan tersebut Pak naryo menyampaikan tiga amanat. Pertama, bahwa misi utama Muhammadiyah sejak awal berdiri tahun 1912 sampai sekarang tidak pernah berubah yaitu dakwah Islam dan tajdid.
Dakwah Islam artinya menyebar luaskan Islam kepada masyarakat. Menurunya dalam menyebar luaskan ajaran Islam kudu luwes, fleksibel, dan tidak kaku. Kultur masyarakat Banyuwangi ini masih kental dan sarat akan budaya, maka dakwahnya ya melalui pendekatan budaya.
“Seperti tadi PCNA Kalibaru melalui grup Paduan Suara Gita Melati menyanyikan lagu daerah Umbul-Umbul Blambangan. Di Kalibaru sendiri lebih banyak dihuni etnis Madura, tapi ketika menyanyi tadi mereka fasih memakai logat Osing, suku asli dari Banyuwangi,” ungkapnya.
Dia pun menjelaskan arti tajdid yang artinya memajukan atau bisa disebut juga dengan menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Menueut dia orang Islam harus maju dari sisi manapun. Bisa dari sisi ilmu pengetahuan atau sisi kemajuan teknologi.
“Seperti yang dikatakan Ketua PWNA Jatim Mbak Desi Ratna Sari tadi, memaksimalkan potensi yang dimiliki dengan memperhatikan aspek ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemudian misi utama Muhammadiyah ini bisa diteruskan kepada ortom-ortomnya.,” ujarnya.
Amanat kedua, yaitu pendekatan sejarah berdirinya Nasyiatul Aisyiyah. Dia menjelaskna Nasyiah berdiri melalui tiga tahapan. Pertama, tahap perintisan (1919-1929) yang lahir dari siswa sekolah dengan nama siswa Praja Wanita.
Kedua tahap pembinaan (1929 -1963) dimulai pada kongres Muhammadiyah di Yogyakarta dan menjadi nama Nasyiatul Aisyiyah di bawah asuhan Aisyiyah.
Ketiga disebut tahap otonom (1963) ditandai dengan muktamar Nasyiah pertama kali di Bandung. Dari sinilah Nasyiah berdiri sebagai organisasi otonom (ortom).
Amanat ketiga Nasyiah harus meningkatkan peran di tataran nasional. “Ayo kaum perempuan berjuang di semua lini kehidupan. Siapa lagi yang mau mengisi jika bukan kita. Siapkan kader-kader Nasyiah untuk turut serta ambil bagian dan peran di semua aspek kehidupan,” tuturnya.
Tausiah Sunarto ditutup dengan pantun.
Pulang dari rantau menjelang senja
membawa oleh-oleh sebotol minyak wangi
selamat datang ayunda-ayunda PWNA
di bumi Blambangan Banyuwangi. (*)
Penulis Fela Layyin Editor Mohammad Nurfatoni