Pilih Berdasar Keyakinan
Keempat, Prof Din menekankan, warga Muhammadiyah tidak boleh memandang Pilpres 2024 sebagai peristiwa politik rutin dan biasa dengan sikap yang pragmatis, apalagi oportunistik, baik dengan sikap pasif maupun dengan sikap safety player (cari aman).
Kelima, dalam menentukan pilihan terhadap pasangan capres-cawapres perlu berdasarkan keyakinan bahwa mereka akan peduli secara sebenar-benarnya terhadap aspirasi dan kepentingan umat Islam dalam kerangka bangsa Indonesia yang majemuk. “Warga Muhammadiyah perlu mengedepankan mata hati dan mata pikiran dalam menentukan pilihan!” tutur alumnus University California Los Angeles (UCLA) ini.
Seyogyanya, sambung Prof Din, warga Muhammadiyah tidak terjebak pada perasaan dan kepentingan sesaat. “Semisal memilih figur yang sering datang ke acara-acara Muhammadiyah, menjanjikan posisi politik kepada tokoh-tokoh Muhammadiyah, tapi pada kenyataannya kebijakan-kebijakan mereka tidak berpihak kepada Muhammadiyah dan umat Islam. Kita kenyang pengalaman tentang orang-orang seperti itu pada pilpres demi pilpres,” ungkapnya.
Keenam, Prof Din menilai, “Wis wayahe (sudah saatnya) warga Muhammadiyah memiliki literasi politik berdasarkan moral politik dari Islam untuk memilih pasangan capres-cawapres berdasarkan pesan Rasul ‘Man ashabaha la yahtammu bi umuril Muslimin falaisa minhum’.”
Artinya, “Barang siapa yang tidak peduli terhadap urusan kaum Muslimin, maka bukanlah (bagian) dari mereka.”
Menurutnya, tentu hal demikian perlu dikaitkan dengan keyakinan bahwa pasangan itu paling diyakini dapat membawa bangsa Indonesia mewujudkan cita-cita nasionalnya. “Dan benar-benar mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia!” ujarnya. (*)
Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post