Doa yang Hilang di KPU oleh Sugeng Purwanto, Editor PWMU.CO, Wakil Ketua MPID PWM Jatim
PWMU.CO – Shamsi Ali, orang Indonesia yang tinggal di New York AS, menulis dalam X (Twitter)-nya:
Satu lagi tradisi yang dirubah oleh KPU. Biasanya pembukaan debat mencakup dengan doa dari seorang Ustadz. Tapi kalau ini doanya hanya diam kurang dari semenit…
Kenapa ya?
Jangan-jangan khawatir suara ”Amin” menggema di ruangan itu..
Terkaan Shamsi Ali itu bisa jadi benar. Sebelumnya beredar video di WA sebuah acara yang dihadiri Capres Prabowo Subianto. Pas acara doa, hadirin mengucapkan Aamiin… aamiin… aamiin… dengan serempak dan keras.
Wajah Prabowo tampak senyum kecut sambil cengar-cengir.
Menghilangkan doa jahr (bersuara keras) yang dipimpin oleh ustadz dalam acara Debat Capres di Kantor KPU, Selasa (12/12/2023) malam itu, dinilai penonton keluar dari kebiasaan sebelumnya.
Bagi orang sekuler, doa dalam acara negara tidak penting. Alasannya doa itu urusan pribadi. Bukan urusan negara.
Bahkan orang-orang sekuler menilai doa di acara negara itu intoleran, sektarian, politik identitas, karena hanya memakai cara Islam.
Lantas mereka membuat acara doa antar agama atau doa Pancasila untuk menghilangkan dominasi Islam itu.
Bagi muslim, doa itu urusan privat dan negara. Karena Islam tidak mengajarkan sekulerisasi. Islam mengatur urusan individu hingga politik, ekonomi, sosial, budaya, juga memilih pemimpin.
Kalau doa di acara kenegaraan memakai cara Islam itu karena budaya. Islam mayoritas di negara ini. Namun di provinsi yang mayoritas Hindu dan Kristen, doa bersama memakai cara agama mayoritas di daerah itu.
Kata Amin dalam Pemilu 2024 ini menjadi merk pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Merupakan akronim dari nama Capres-Cawapres nomor urut 1 itu.
Boleh jadi akronim itu membawa hoki. Karena menjelang Pemilu 2024 di setiap ada doa bersama di mana saja, hadirin ada yang sengaja mengeraskan kata aamiin… sambil senyum-senyum dan cekikikan.
Mungkin ada yang gerah dengan situasi itu. Kemudian usul agar saat acara debat tak perlu doa jahr karena khawatir kejadian seperti acara Prabowo di video itu. Lantas KPU mengganti menjadi doa sir (diam) semacam mengheningkan cipta ala kebatinan.
Gara-gara politik, mengaminkan doa pun sekarang jadi masalah. Alergi dengan kata aamiin. Takut Capres-Cawapres Amin benar-benar terkabul jadi presiden karena diamini seluruh penduduk negeri.
Orang-orang KPU periode ini rupanya paling elastis. Gampang molor mengkeret. Bukan hanya doa yang hilang. Debat Cawapres yang juga ditunggu rakyat juga hilang.
Rakyat kecewa. Apalagi Muhaimin Iskandar. Ada video satire yang lucu beredar. Cak Imin sedang berolahraga. Ditanya oleh Anies Baswedan. ”Sedang apa, Cak?”
”Persiapan debat Cawapres,” jawab Cak Imin sambil menggerakkan tangan.
”Loh kan gak ada debat Cawapres,” kata Anies.
”Loh iya. Gak ada debat Cawapres ya,” ujar Cak Imin seolah baru ingat. Lalu tangannya menepuk jidat.
Semua orang menduga hilangnya debat Cawapres karena orang-orang KPU mengamankan posisi Cawapres Gibran Rakabuming Raka, pasangan Prabowo, yang tidak punya gagasan dan tak bisa berdebat.
Ada video beredar, Gibran bicara kepada ibu-ibu untuk cegah stunting harus tercukupi yodium dan asam sulfat. Publik pun geger mendengar ada Cawapres menyuruh rakyat minum cairan pembersih lantai.
Masih ada lagi video Gibran pidato menyebut jumlah anak Indonesia 400 juta. Lha jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta, kok, jumlah anak-anak sampai segitu. Anaknya siapa saja itu?
KPU rupanya kasihan kepada Gibran sehingga ikut-ikut nggibran dengan menghapus debat Cawapres. Namun kritikan dan hujatan menyerbu KPU. Rupanya grogi juga. Akhirnya Debat Cawapres dimunculkan lagi dua kali.
Melihat situasi sudah begini kalau ada orang KPU masih bilang soal demokrasi dan bersikap netral dalam Pemilu 2024 maka perlu disunat lagi supaya akil baligh. (*)