PWMU.CO – PCM dan PCA se-Magetan dikukuhkan di GOR Ki Mageti, Ahad (10/12/2023).
Acara ini berbarengan dengan peringatan Milad ke-111 Muhammadiyah.
Berbagai agenda milad dilaksanakan tahun ini seperti pengukuhan PCM dan PCA se-Kabupaten Magetan, Bazar UMKM, Donor Darah, Pelatihan UMKM, dan Penerbitan Surat Izin Berusaha dari Dinas Koperasi Pemprov Jatim.
Pelatihan UMKM sudah dilaksanakan di Aula SMAN 1 Magetan, Rabu (15/11/2023) bekerja sama dengan Dinas Koperasi Jawa Timur dihadiri 400 peserta dari warga dan simpatisan Muhammadiyah Magetan.
Juga ada galang dana pembangungan Muhammadiyah Center Dharmondari atau Kantor Sekretariat Muhammadiyah Magetan.
Puncak acara Tabligh Akbar yang disampaikan oleh Prof Dr Muhadjir Effendy MAP, Menko PMK dan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Ketua PDM Magetan,Samsul Hidayat SPd MPd dalam sambutanya menyampaikan, setelah pengukuhan PCM dan PCA harus siap tancap gas untuk membesarkan Muhammadiyah dengan berbagai program.
”Tahun 2023 ini adalah tahun konsolidasi, kita selesaikan Musyda, Musycab, dan Musyran,” katanya.
Setelah itu tahun 2024, sambung dia, kita fokus mewujudkan program- program kita dengan aksi nyata, tidak ada waktu bersantai, seluruh unsur harus tergugah dan tergerak sesuai tupoksi sehingga peran dakwah Muhammadiyah Magetan bisa menyentuh segala lapisan masyarakat.
Samsul Hidayat menyampaikan, ada satu mimpi besar Muhammadiyah yang ingin diwujudkan pada periode ini.
”Kami ingin di periode ini Muhammadiyah Magetan mempunyai rumah sakit, sehingga bisa mengejar ketertinggalan dari daerah lainyya,” katanya.
Mimpi ini bisa terwujud. Ujar dia, jika semua pihak mau bekerja keras dan bekerja ikhlas untuk merealisasikan.
”Kami berharap Bapak Pj Bupati Magetan dan Menko PMK bisa membantu kami mewujudkan mimpi tersebut, karena selama ini program yang dilaksanakan Muhammadiyah selalu bersinergi dengan pemerintah,” tambahnya.
Apabila Muhammadiyah diberikan kepercayaan, katanya, insyaallah pasti dijalankan dengan amanah. Karena setiap menerima bantuan, Muhammadiyah tidak akan mengurangi jumlahnya, malah masih mencari tambahan dana. ”Dalam istilah Jawa, kami biasa tombok,” katanya.
Penulis Supriadi Editor Sugeng Purwanto