PWMU – Tabligh Akbar dan Gebyar Milad Ke-111 Muhammadiyah yang diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sidoarjo dihadiri oleh Menko PMK Prof Dr Muhadjir Effendi MAP.
Warga Muhammadiyah dan kader ortom mengikuti acara tersebut di halaman Perguruan Muhammadiyah, di Jalan Mojopahit No. 666 B Sidoarjo, Ahad (17/12/2023).
Acara yang dimeriahkan oleh bazar, tampilan-tampilan dari finalis Muhammadiyah Got Tallent, dan konser amal ini bertema “Ikhtiar Menyelamatkan Semesta”
Kegiatan diawali dengan peresmian Warungmu Lazismu oleh wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak secara simbolis dengan pemotongan pita pada 10 rombong kontainer. Juga ada penyerahan modal usaha kepada perwakilan 10 pelaku UMKM, tiga di ataranya penyandang disabilitas.
Acara dilanjutkan pembacaan kalam Illahi dan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Muhammadiyah.
Tiba saatnya acara puncak yang ditunggu-tunggu oleh hadirin. Yaitu Tablig Akbar yang disampaikan oleh Muhadjir. Walau hari makin terik, tak menyurutkan semangat undangan. Semangat makin menggelora ketika Muhadjir membagikan voucher kepada pada hadirin yang bisa menjawab pertanyaannya.
Di akhir pidatonya, dia mengupas tentang asal-usul dari Mars Muhammadiyah Sang Surya. “Sebagai warga Muhammadiyah harus tahu tentang asal-usul lagu tersebut,” ujarnya.
Muhadjir menjelaskan, lagu itu bermula dari nama sebuah lagu A’tini al-Nay itu berasal dari syair karya Gibran Khalil Gibran, sastrawan Lebanon-Amerika, yang ditulis ketika dia tinggal di New York, Amerika Serikat, tahun 1920-an. Musiknya diciptakan oleh Najib Hankash.
Dia juga menjelaskan A’tini al-Nay adalah lagu yang dipopulerkan oleh Fairuz, penyanyi Arab ternama dari Libanon.
“Semua yang ada di alam ini tak ada yang sempurna,” kata Muhadjir. Demikian juga Mars Muhammadiyah yang diciptakan oleh Djarnawi Hadikoesoemo. Dia menjelaskan saat ini organisasi berlambang matahari ini mencari tahu keberadaan Najib Hankas beserta ahli warinya. (*)
Penulis Alfi Faridian Editor Mohammad Nurfatoni