PWMU.CO – Tidak ada paksaan menjadi Muhammadiyah, namun ketika sudah bergabung di Muhammadiyah atau Aisyiyah maka dia terikat sistem yang ada di dalamnya.
Pernyataan itu disampaikan oleh Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Dr Hidayatulloh MSi pada hari kedua Baitul Arqom Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Gresik di Hotel Royal Tretes View Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Ahad (14/01/2024)
“Kalau sudah isyhaduu bi annaa muhammadiyyuun, isyhaduu bi anna ‘Aisyiyun, maka kita harus menyesuaikan dengan sistem di Muhammadiyah, sistem di Aisyiyah,” ucapnya.
Menurut Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) tersebut, hal itu sesuai dengan pilihan seseorang untuk masuk agama Islam. Tidak ada yang memaksa untuk masuk Islam, namun ketika sudah masuk Islam maka seseorang terikat dalam sistem Islam.
“Karena kita sangat terikat dengan sistem dan nilai-nilai yang ada di Muhammadiyah ‘Aisyiyah, maka juga harus memahami, meyakini sekaligus mengamalkan nilai-nilai yang diperjuangkan oleh Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, maka kita beraisyiyah tidak boleh grubyak–grubyuk, apa yang kita lakukan harus berbasis nilai,” imbuhnya.
Hidayatullah meyakinkan Muhammadiyah dan Aisyiyah adalah organisasi keagamaan yang sepertinya tidak pernah berhenti.
“Usianya sudah 100 tahun lebih, amal usahanya luar biasa banyak.
Kita berkeyakinan insyaallah Muhammadiyah dan Aisyiyah itu tidak akan hilang sampai dunia ini selesai,” tuturnya.
Ia lalu mengingatkan pada sosok mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Prof Abdul Malik Fadjar yang juga pernah menjadi Menteri Agama dan Menteri Pendidikan.
“Beliau pernah mengatakan, di dalam hidup ini Anda boleh tidak punya apa-apa tapi Anda harus punya cita-cita,” terangnya.
Ia pun mengisahkan dulu UMM itu kecil, tapi karena cita-cita Prof Abdul Malik Fajar yang luar biasa, sekarang UMM menjadi salah satu perguruan tinggi swasta terbesar di Indonesia.
“Beliau menyatakan dengan cita-cita itu kita punya ghirah, dengan ghirah itu kita punya energi untuk menggerakkan diri kita, menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu,” kata Hidayatulloh.
“Aisyiyah Gresik ini punya mimpi apa? Penting kita itu harus punya mimpi cita-cita untuk lokal daerah kita, bahkan Indonesia,
Bahkan Muhammadiyah cita-citanya tidak hanya untuk Indonesia, tapi sudah untuk semesta. Muhammadiyah sampai akhir kehidupan ini akan tetap memberikan kemanfaatan bagi semesta,” terangnya.
Hidayatullah lantas menjelaskan makna revitalisasi. “Apa itu revitalisasi? Proses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya tak berdaya,” katanya.
Namun, lanjutnya, saya lebih setuju definisi revitalisasi sebagai menjadikan sesuatu atau perbuatan untuk menjadikan sesuatu itu vital, sangat penting, sangat diperlukan untuk kehidupan ini, menjadikan MKCH menjadi sesuatu yang sangat penting atau sangat diperlukan dalam kehidupan berogaanisasi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Baca sambungan di halaman 2: MKCH Muhammadiyah Futuristik