Lestarikan Batik meski tanpa Pakem; Liputan Risha Iffatur Rahmah
PWMU.CO – Kegiatan membatik menjadi sajian menarik di Outdor Learning ‘Express Yourself’ siswa SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo, Jawa Timur, di Desa Wisata Gabugan, Sleman, Yogyakarta, Kamis (1/2/2024).
Mereka terlihat antusias mengikuti kegiatan yang dipandu Sumiarsih. Tutor batik ini membuka kelasnya secara bergantian.
Para siswa merasakan suasana nyaman untuk berkreasi dan berinovasi. Pasalnya mereka tidak dituntut meniru pakem yang ada melainkan bebas menciptakan batik dengan gaya mereka sendiri.
“Ketidakadaan ‘pakeman’ dalam desain bertujuan mengajak minat pengujung bahwa membatik tidaklah susah, yang penting tahu proses pembuatannya,” jelas Sumiarsih.
Dia juga menjelaskan batik tulis memang sangat unik dan perlu dilestarikan seperti kegiatan ini. Tujuannya tidak lain untuk mengimbangi produksi pabrikan dari mesin. Apalagi kondisi saat ini batik tulis sudah jarang diproduksi di rumah-rumah warga. Oleh karena itu, kata dia, kegiatan ini dilakukan sebagai wujud cinta budaya Nusantara agar tidak hilang begitu saja.
“Tidak ada teori khusus dalam mengajarkan batik di kelas ini, yang penting anak-anak tahu cara membuat batiknya,” jelas Sumiarsih.
Dia menjelaskan tata cara membatik yang mudah tidak terlalu sulit. Cukup dengan membuat pola di atas kain dengan pensil lalu tinggal dicanting dengan malam. Jika proses itu selesai selanjutnya berada pada tahap pewarnaan, pelepasan malam, pencucian, dan penjemuran.
“Namun yang terasa sulit justru mengawasi anak-anak agar tidak bermain dengan malam yang panas ini,” imbuhnya.
Perasaan puas dengan hasil karya batik yang ditulisnya menjadi sorotan utama mengapa kegiatan ini menarik. Bagi Sumiarsih, kegiatan ini menjadi favorit bagi wisatawan lokal dan mancanegara. Turis asal Jepang beberapa kali berkunjung dan merasa senang mendapatkan pengalaman dan berbaur dengan masyarakat sekitar.
“Nah, baru kali ini rombongan yang cukup banyak dari Smamda Sidoarjo sebelumnya tidak sebanyak ini,” ungkapnya.
Sumiarsih menjadi salah satu tutor wisata di antara aktivitas rekan tutor lainnya di Desa Wisata Gabungan ini. Ragam wisata pengelolaan barang plastik bekas sebagai bahan kerajinan, budi daya ungas, agrowisata cabai, salak, dan sawah, serta produk pangan olahan juga menjadi pilihan favorit siswa Smamda lainnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni