PWMU.CO – Teladan kesabaran Nabi Ayyub mendapat cobaan berat semakin mendekatkan diri kepada Allah.
Demikian ceramah tarawih Moh Ayub, guru Al-Islam MI Muhammadiyah 2 (MI Mutwo) Campurejo Panceng Gresik, Senin (25/3/2024).
Ustadz Ayub menyampaikan cerita kesabaran Nabi Ayyub ketika diuji dengan berbagai macam permasalahan hidup.
Menurut dia, Nabi Ayyub menjadi simbol dan teladan kesabaran pada setiap bangsa, pada setiap agama, dan pada setiap budaya. Allah swt telah memujinya dalam kitabNya yang berbunyi:
“Sesungguhnya kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).” (Surat Shad: 44)
Ada tiga ujian hidup yang diberikan Allah swt kepada Nabi Ayyub. “Yaitu diambil hartanya, diambil keluarganya, dan menderita penyakit,” katanya.
Ustadz Ayub menerangkan, cobaan pertama Nabi Ayyub diuji dengan kebangkrutan. Seluruh hewan ternaknya mati, aset pertaniannya terbakar habis.
Semula Nabi Ayyub kaya. Punya ternak seperti unta, sapi, kuda, keledai, kambing. Dengan kekayaan tersebut, sosok Nabi Ayyub terkenal dermawan.
“Nabi Ayyub gemar menyantuni anak yatim, janda, dan orang-orang fakir miskin. Tapi semua kekayaannya itu musnah,” ceritanya. Tiba-tiba jatuh miskin.
Cobaan kedua, kehilangan anaknya. “Hal ini terjadi saat semua anaknya sedang makan bersama, tiba-tiba atap rumahnya ambruk. Anaknya tidak ada yang selamat,” terang Ustadz Ayub.
Dengan musibah itu, iblis berusaha menggoyahkan keimanan Nabi Ayyub as kepada Allah. Memang dia sedih dan menangis atas kehilangannya itu. Tetapi jiwa dan hatinya kuat dan selalu sabar.
Cobaan ketiga, Nabi Ayyub terkena penyakit kulit. Ia terpaksa mengasingkan diri jauh dari kampung, karena orang-orang takut tertular penyakitnya.
Ujian ini berlangsung cukup lama. Istrinya juga merasakan penderitaan. Tidak ada yang mau menerimanya.
Tiap hari Nabi Ayyub berdoa kepada Allah agar diberikan kesembuhan seperti yang dijelaskan dalam surat al-Anbiya ayat 83
وَاَيُّوْبَ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَاَنْتَ اَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ ۚ
Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.
Kemudian Allah SWT menjawab doa Nabi Ayyub sebagaimana dalam al-Anbiya ayat 84.
فَاسْتَجَبْنَا لَهٗ فَكَشَفْنَا مَا بِهٖ مِنْ ضُرٍّ وَّاٰتَيْنٰهُ اَهْلَهٗ وَمِثْلَهُمْ مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِنْدِنَا وَذِكْرٰى لِلْعٰبِدِيْنَ ۚ
Maka Kami kabulkan (doa)nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami.
Dalam al-Quran surat Shad ayat 42 dijelaskan: Hentakkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum.
Setelah mandi dengan air tersebut, Nabi Ayyub sembuh dan kondisi fisiknya membaik. Kabar kesembuhannyapun tersebar ke seluruh penjuru negeri. Nabi Ayyub berjalan keluar sehingga masyarakat melihat ia benar-benar telah sembuh.
Masyarakat berbondong-bondong membawakan hadiah untuk Nabi Ayyub. Keadaan ekonominya mulai membaik lagi.
“Hikmah kisah Nabi Ayyub adalah teladan kesabaran dan ketabahan selalu kita tanamkan dalam diri ketika menghadapi masalah,” katanya.
”Juga mengajarkan tentang pentingnya keikhlasan dalam menjalani hidup dengan segala rintangannya, termasuk saat kita kehilangan sesuatu yang berharga,” tuturnya.
Penulis Nurkhan Editor Sugeng Purwanto