Empat Hal yang Membahagiakan dan Menyedihkan; Oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian ini berdasarkan hadits sebagai berikut:
عن سعد بن أبي وقاص رضِي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال: أربعٌ من السعادة: المرأةُ الصالحة، والمسكنُ الواسِع، والجارُ الصالح، والمَرْكَب الهنيء، وأربعٌ من الشقاء: المرأة السوء، والجار السوء، والمركب السوء، والمسكن الضيِّق. رواه ابن حبان
Dari Sa’ad bin Abi Waqqash, dai Rasulullah ﷺ beliau bersabda: “Empat hal yang membahagiakan yaitu istri yang shalehah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang shaleh, dan kendaraan yang nyaman. Empat hal yang menyengsarakan yaitu istri yang buruk, tetangga yang buruk, kendaraan yang buruk dan rumah yang sempit. (HR Ibnu Hibban)
Bahagia dan sedih atau susah kerap terjadi dalam setiap kehidupan manusia. Tentu semua orang berharap ia akan bahagia selalu, tetapi hidup itu tidak semudah dan seindah yang selalu dibayangkan, dan tidak juga sesulit yang ditakutkan atau dikhawatirkan. Keduanya selalu silih berganti di antara waktu yang sedang dijalaninya.
Orang-orang yang selalu tampak bahagia dan memosting di medsos, kebahagiaannya itu hanyalah bersifat sementara saja, di waktu yang lain bisa jadi sebaliknya. Sehingga kebahagiaan itu bersifat subjektif masing-masing. Tergantung pada persepsi masing-masing tentang makna kebahagiaan itu.
Faktor-Faktor Kebahagiaan
Hadits di atas menjelaskan tentang faktor-faktor yang menyebabkan orang dapat hidup bahagia. Tentu kebahagiaan yang dimaksud adalah kebahagiaan di dunia sampai di akhirat. Tetapi ada juga yang kemudian mereka hanya menargetkan kebahagiaan di dunia saja, sementara di akhiratnya tidak menjadi perhatian yang serius baginya. Orientasi kehidupannya hanya mendapatkan bahagia di dunia saja, sementara akhiratnya tidak dipedulikan.
Empat hal yang menjadi faktor kebahagiaan bagi seseorang. Pertama, istri yang shalehah, sedangkan bagi istri adalah suami yang shaleh. Istri adalah pendamping hidup bagi seorang, tidak hanya dalam sehari atau dua hari saja, bahkan sampai puluhan tahun. Oleh karena itu dua manusia yang berlainan jenis ini haruslah memiliki hubungan yang baik. Agama memberikan panduan masalah penting ini secara detail. Sehingga keluarga yang dibina menjadi keluarga yang sakinah dengan landasan mawaddah wa rahmah.
Kedua, tempat tinggal yang luas. Luas dalam pengertian ini karena dapat menampung sejumlah anggota keluarga secara layak. Dapat juga dengan pengertian luas secara fisik maupun psikis. Secara fisik berarti memang luas ukuran lahannya, tetapi secara psikis adalah terbangunnya hubungan yang harmonis antara satu anggota keluarga dengan lainnya. Tidak ada masalah yang menjadikan buntunya komunikasi antara pihak yang berada dalam keluarga kecil tersebut. Ada etika yang dibangun di dalamnya berdasar nilai-nilai agama, dan semua berusaha menjadi hamba Allah yang saleh.
Ketiga, tetangga yang baik. Jadi setelah dalam intern rumah tangga sendiri ada hubungan baik antara satu dengan lainnya, berikutnya yang menjadi faktor kebahagiaan adalah tetangga yang baik. Bagaimanapun tetangga merupakan orang-orang yang dekat keluarga kita, merekalah yang akan memberikan bantuan atau pertolongan pertama dikala dibutuhkan. Sehingga banyak pesan dalam hadits Nabi agar setiap kita harus menjaga hubungan baik dengan keluarga kita.
Lingkungan yang kondusif bagi terlaksananya kebenaran dan kebaikan menjadi kebutuhan setiap manusia, sebagaimana setia manusia membutuhkan kebenaran dan kebaikan tersebut. Sehingga terciptanya lingkungan yang kondusif harus terus diupayakan dan diciptakan demi kebaikan semuanya. Tidak ada yang saling bermusuhan dan dendam di dalamnya, semua saling menghargai dan menghormati antara satu dengan lainnya. Jika terjadi perbedaan dalam berpendapat semua bisa menghargainya dengan besar hati terhadap keputusan yang telah disepakati.
Keempat, kendaraan yang nyaman. Kendaraan adalah alat transportasi dalam rangka bepergian. Sehingga seseorang yang sedang bepergian atau safar jika kendaraan yang ditungganginya atau dikendarainya terasa nyaman, maka ia akan bahagia. Sebaliknya jika kendaraan yang dikendarainya kurang nyaman maka akan menjadikan ia susah dan sedih. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat manusiawi dan menjadi kebutuhan setiap jaman.
Untuk yang bersifat keduniawiaan yaitu rumah dan kendaraan merupakan faktor penunjang saja, sehingga jangan sampai kemudian untuk mendapatkan kedua hal tersebut dengan melanggar etika, baik etika negara apalagi agama.
Faktor-Faktor Kesedihan
Di samping ada faktor-faktor penyebab kebahagiaan, otomatis juga ada faktor-faktor yang menyebabkan kesedihan atau kesusahan. Faktor-faktor penyebab kesedihan adalah kebalikan dari faktor-faktor penyebab kebahagiaan yaitu pertama, istri yang tidak shalehah, bagi istri berarti suami yang tidak shaleh.
Rumah tangga yang terbangun dengan tidak saling menyayangi akan berdampak pada kehidupan rumah tangga yang jauh dari keharmonisan. Istilah sekarang adalah broken home yaitu keluarga menjadi tidak utuh, sering terjadi percekcokan atau KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) baik kekerasan secara fisik maupun secara lisan atau berupa perkataan, kadang berujung pada perceraian.
Kedua, tetangga yang buruk yaitu tetangga yang egois, kepentingan dirinya diletakkan di atas kepentingan yang lebih besar demi kemaslahatan masyarakat. Tetangga yang buruk selalu ada saja yang dijadikan masalah dengan rumah tangga orang lain. Kehidupannya selalu menutup diri dari pergaulan dengan tetangganya sehingga tidak komunikasi yang baik, susah untuk mendapatkan solusi ketika ada masalah.
Perintah Allah hendaknya setiap manusia berbuat baik kepada tetangga dekat maupun tetangga jauh.
۞وَٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡئًاۖ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنٗا وَبِذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَٱلۡجَارِ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡجَارِ ٱلۡجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلۡجَنۢبِ وَٱبۡنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُكُمۡۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخۡتَالٗا فَخُورًا
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (an-Nisa’: 36)
Ketiga, rumah yang sempit. Sekalipun jika disyukuri maka itu akan menjadi baik, karena kebutuhan akan rumah saat ini menjadi kebutuhan yang sangat penting. Keempat, kendaraan yang tidak nyaman.
Sesungguhnya kebahagiaan itu sangat tergantung pada sikap setiap pribadi. Suatu masalah kecil bias dianggap besar dan sebaliknya. Maka bagaimana kita memanej hati kita agar selalu dalam kebahagiaan dalam naungan ridha Allah adalah hal yang sangat penting. Karena semua manusia berhak bahagia, tidak peduli di rumah mewah atau rumah yang kecil dan sederhana, tidak peduli naik mobil mewah atau mobil angkot umum, semua berhak bahagia. Dan tidak ada seorang pun yang berhak memaksa orang lain untuk ia tidak bahagia atau ia bahagia, semua kembali kepada pribadi masing-masing.
Al-Quran adalah jalan bahagia. Itu yang selalu kita minta dengan kata ihdinashshirathal mustaqim. Jalan yang penuh nikmat itu adalah al-Quran. Sehingga tiada jalan lain jika ingin bahagia dunia akhirat adalah mengimplementasikan al-Quran dalam kehidupan kita. Semoga! (*)
Editor Mohammad Nurfatoni