PWMU.CO – Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Probolinggo menggelar acara bertajuk Silaturrahmi Jurnalis Aisyiyah pada hari Sabtu (20/4/2024 ) di Gedung Nyai Walidah.
Peserta terdiri dari anggota PDA, kepala amal usaha Aisyiyah dan perwakilan Badan Pembantu Pimpinan (BPP) PDA. Sebanyak 46 orang menyimak acara dengan hikmat.
Ketua PDA Kota Probolinggo Dra Endang Dewi Fatimah berharap acara ini bisa membangun ghirah menulis. “Diharapkan setiap amal usaha Aisyiyah (AUA) dan majelis PDA mempunyai pewarta, juru berita yang selalu mewartakan kegiatan yang dilakukan,” ujarnya.
Sekretaris PDA Kota Probolinggo Dra Aya Sophia menjelaskan alasan mengapa perwakilan majelis juga diundang dalam silaturahmi para jurnalis kali ini. “Harapan kami, awalnya para jurnalis hanya terbatas guru-guru AUA. Jika itu hanya jurnalis AUA dan tidak ada jurnalis di majelis, maka siapa yang mewartakan kegiatan majelis?” tanyanya retoris.
Dia menambahkan di era digital ini Aisyiyah Kota Probolinggo bisa mewarnai dan memenuhi medsos yang dimiliki dengan berita terkini. “Barangkali karena kita dijajah Belanda 350 tahun, semua hal harus dipaksa. Menjadi jurnalis bisa jadi bukan impian. Hal itu terlihat dari sedikitnya tulisan (belum produktif ),” paparnya bersemangat.
Aya kembali menggugah peserta. “Komunitas ini harus tetap ada untuk mengasah kemampuan. Jika perlu kita akan adakan lomba menulis di antara para jurnalis. Kalau tidak dipaksa tidak dilakukan,” ujar dia.
“Kita harus punya banyak kata ketika menyampaikan pikiran di depan anak-anak. Pikiran kita akan tajam laksana pisau ketika sering diasah. Kata-kata pada berita jangan selalu tamplet, kurang bervariasi. Atribusi kalimat kurang beragam. Perbanyak jam terbang, banyak latihan,” kata perempuan yang juga Kepala PAUD Mentari Aisyiyah.
“Tulisan kita hendaknya menarik dan bervariasi sehingga ketagihan membaca. Hari ini kita belajar menulis berita dengan pak Ikhsan Mahmudi. Pengalaman sebagai mantan Ketua PWI Kota Probolinggo kita manfaatkan untuk menimba ilmu sehingga kita bisa berkontribusi memformulasikan pikiran sebagai upaya amar makruf nahi mungkar,” katanya mengakhiri sambutan.
Allahumma Faksain
Ikhsan Mahmudi, narasu ber,mengawali paparannya dengan pengalaman yang dia miliki. “Tidak ada teori menulis. Menulis itu butuh latihan. Jika Anda naik sepeda, apakah ada yang mengajarkan bagaimana cara mengayuh sepeda,” katanya.
“Mau saya ajarkan doa agar mudah menulis?” tanya Ketua Majelis Pustaka, Informasi, dan Digitalisasi (MPID) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Probolinggo itu..
“Mau,” jawab peserta antusias.
“Allahumma,” ajar Ikhsan
“Allahumma,” tiru peserta
“Allahumma faksain (paksain ),” kata Ikhsan direspon tertawa peserta.
Dia menjelaskan apa itu berita (news). Ada yang mengartikan news (north, east, west, dan south). Filosfi empat penjuru mata angin. “Artinya berita itu bisa diperoleh dari arah mana saja. Kemampuan penulis untuk mengendus peristiwa harus tajam,” katanya.
Dia menceritakan tips dari wartawan senior. Tulis apa yang ada di lingkungan sekitar. Banyak membaca sumber berita dari bebagai media. Jika bepergian pergi dan pulang dengan jalur berbeda, untuk mengetahui atau memantau peristiwa.
“Bunda-bunda bisa dengan mudah menulis kegiatan sekolah. Misalnya menulis anak-anak yang menonjol di kelas. Apakah dia anak berkebutuhan khusus (ABK). Bukankah anak-anak ABK ini memiliki keistimewaan?” pancingnya.
Lelaki empat orang anak ini mengurai nilai berita (news value). Pertama, berita harus aktual. Segera tulis berita, biar tetap hangat dan segar. Kedua, berita yang menarik itu berdampak pada banyak orang. Ketiga, berita tentang sesuatu yang aneh. Keempat, berita berkaitan dengan kedekatan. Kelima, ada unsur human interest.
“Banyak cara agar tulisan kita menarik dan kaya. Banyaklah membaca baik karya sastra atau berita di berbagai media. Semoga setelah ini PWMU.CO akan kebanjiran berita dari para jurnalis Aisyiyah Kota Probolinggo,”pesannya.
Zakiah Darojah SPsi kontributor dari TK Aisyiyah 1 mengiyakan ucapan narasumber. “Betul, kita kurang membaca sehingga perbendaharaan kata dan kalimat minim pada berita yang kita tulis minim,” ujarnya manggut-manggut.
Penulis Izza El Mila Editor Mohammad Nurfatoni