PWMU.CO – Nabi Ibrahim AS adalah suri tauladan abadi, keislaman Ibrahim tidak hanya untuk dirinya sendiri akan tetapi untuk seluruh generasi umat pada zaman itu dan sepanjang zaman. Hal tersebut disampaikan oleh Drs Fadlan dalam khutbah Iedul Adha yang diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah Penanggungan di lapangan parkir Sport Centre Universitas Brawijaya kota Malang, Jumat ( 1/9).
Fadlan mengatakan bahwa empat belas abad lebih yang lalu Rasulullah SAW telah memberikan isyarat tentang situasi yang akan menimpa sebuah bangsa apabila tidak konsisten menjalankan tata aturan agama. ” Mereka akan dilanda berbagai krisis sosial, politik, ekonomi, moral dan budaya yang berkepanjangan” ujarnya.
baca: Inilah Hakikat di Balik Susah Payah Jamaah Haji Melemparkan Peluru ke…
Fadlan mengutip sebuah hadits riwayat Thabrani yang artinya ” Apabila akhir zaman semakin dekat maka banyak orang – orang yang berpakaian jubah, dominasi perdagangan, harta kekayaan melimpah, para pemilik modal diagungkan, kemesuman merajalela, kanak-kanak dijadikan pemimpin, dominasi perempuan, kelaliman penguasa, manipulasi takaran dan timbangan, orang lebih suka memelihara anjing piaraannya dari pada anaknya sendiri, tidak menghormati orang yang lebih tua, tidak menyayangi yang kecil, membiaknya anak – anak zina, sampai sampai orang bisa menyetubuhi ditengah jalan , maka orang yang paling baik di zaman itu hanya bisa mengatakan : tolonglah kalian menyingkir dari jalan, mereka berpakaian kulit domba tapi berhati serigala, orang paling ideal di zaman itu adalah para penjilat.
baca: Doa Haji Mabrur Menag dari Jamarat
Hadits di atas menggambarkan bahwa fenomena yang dikhawatirkan oleh Rasulullah pada kenyataannya telah telah bermunculan di tengah- tengah bangsa yang dirundung krisis hingga saat ini ” sebenarnya bangsa kita ini bukan tidak cerdas, banyak sekali orang pintar, akan tetapi saat ini bangsa ini mengalami krisis moral ” jelas Fadlan.
Untuk itu penting bagi umat islam kembali meneladani sosok Ibrahim yang kuat dalam mempertahankan ketauhidannya.
Terkait dengan makna QS As Shofat ayat 102 tentang kepatuhan nabi Ismail untuk disembelih sebagai qurban , Fadlan mengatakan bahwa ada beberapa hikmah yang dapat diambil;
Pertama, Bahwa kita tidak akan mendapatkan keberhasilan hidup di dunia dan akhirat apabila kita belum mau mengorbankan apa yang kita cintai.
Kedua, bahwa kehidupan itu tidak kekal, banyak yang bisa terjadi secara tiba – tiba karena kehendak Allah.
Ketiga, tidak setiap perkara yang kita benci bisa menambah mudharat bagi kita , musibah yang kita anggap sebagai malapetaka malah kadang bisa membawa kesuksesan besar bagi hidup ini, sebagaimana yang dialami nabi Ibrahim as.
Keempat, dalam menghadapi ujian kita harus senantiasa sabar dan tawakal.
baca: Lazismu Kalengkan 10 Ton Daging Qurban untuk CornetMu
Dan yang kelima, Kesenangan yang diberikan oleh Allah pada kita jangan sampai melalaikan kita dalam beribadah kepada Allah swt.
Diakhir khutbahnya Fadlan menjelaskan ada empat poin yang merupakan balasan dari Allah untuk nabi Ibrahim ; Pertama, mendapatkan pujian dan predikat dari Allah sebagai orang berbuat baik dan tergolong orang yang muhsinin. Kedua, mendapatkan rezeki yang melimpah. Ketiga, nama dan perjuangannya dikenang oleh generasi selanjutnya. Dan yang keempat, Allah melimpahkan rahmat dan kedamaian serta keselamatan dalam kehidupannya. (Uzlifah)