PWMU.CO – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Sulthon Amien menyebut bahwa episentrum kehidupan Muhammadiyah ada pada tiga elemen. Yakni, cabang, ranting, dan masjid.
“Selain itu, cabang dan ranting Muhammadiyah berfungsi sebagai ujung tombak sekaligus ujung tombok,” terang Shulton dalam acara coaching of trainers yang digelar secara kolaboratif antara majelis pembinaan kader dan sumber daya insani (MPKSDI) dan lembaga pengembangan cabang ranting dan pembinaan masjid (LPCR-PM) di Graha Umsida, Trawas, Mojokerto, Jumat- Ahad (7-9/6/2024).
Sebanyak 40 peserta dari MPKSDI dan LPCR-PM mengikuti kegiatan tersebut.
Sebagai dua institusi yang bertanggung jawab terhadap perkaderan, kata Sulthon, MPKSDI dan LPCR-PM dituntut untuk menghasilkan kader sebanyak-banyaknya.
Wakil Ketua PWM Jawa Timur yang membidangi MPKSDI dan LPCR-PM ini menuturkan bahwa LPCR bisa membuat trainer marbot masjid agar nanti lahir kader dari masjid.
Ia lantas menjelaskan pentingnya masjid bagi umat.
“Masjid sebagai pusat kebudayaan umat Islam. Rawat dan makmurkan masjid. Insya Allah lahir kader potensial dari masjid,” tambahnya.
Hal yang menarik, kata Sulthon, adalah Muhammadiyah banyak berbuat untuk banyak orang, tapi lupa berbuat untuk warganya. Contoh terpendek adalah database (bank data) wali murid yang belum tergarap maksimal.
“Kita ingin menggarap orang lain, tapi yang di rumah sendiri terlupakan. Ini jangan sampai terjadi,” tandasnya.
Di sisi lain, Sulthon juga menjelaskan perbedaan antara instruktur dan trainer.
“Kalau instruktur hanya perintah melulu. Beda jauh dengan trainer. Ini coaching of trainers ya? Bukan coaching instruktur?” tanya Shulton retoris.
Perkaderan Milik Semua
Sementara itu, Ketua MPKSDI Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bahtiar Dwi Kurniawan menyatakan bahwa sinergi sangat penting untuk melahirkan kader persyarikatan.
“Harus banyak kader yang dihasilkan. Juga banyak aktivis yang bertebaran kembali ke Muhammadiyah,” terang Bahtiar.
Menurut dia, besarnya peran Muhammadiyah tidak berbanding lurus dengan pengikut Muhammadiyah. Lahirnya kader Muhammadiyah akan menambah kekuatan Muhammadiyah.
“Jangan pegang apologi seperti garam. Kecil tapi mentes. Tapi harus besar, tapi harus kuat,” lanjut pria yang akrab disapa Gus Bah itu.
Seperti Perang Badar, jumlah umat Islam sangat kecil. Namun harus ingat juga Perang Hunain.
“Jumlah besar itu penting. Muhammadiyah tidak hanya besar manfaatnya, tapi juga besar anggotanya,” imbuhnya.
Penulis: Ernam Editor: AS