M. Ainul Yaqin Ahsan – Guru MA Muhammadiyah 9 Ponpes Al-Mizan Lamongan
PWMU.CO – Bangsa Indonesia sedang menyongsong 2045 yang kian dekat. Di balik gegap gempita “Proyek Indonesia Emas 2045,” terdapat isu-isu yang meresahkan. Benarkah mimpi besar ini akan terwujud, atau malah membawa kecemasan? Apakah bonus demografi, yang akan membuat banyak penduduk RI memasuki usia produktif akan menjadi anugerah atau malah bencana?
Pada tahun 2045, seharusnya usia produktif antara 30 hingga 45 tahun akan menjadi penggerak utama ekonomi. Namun, banyak sisi gelap dari harapan besar ini yang tidak boleh kita abaikan. Indonesia Emas 2045 akankah menjadi realitas yang cerah atau justru Indonesia Cemas 2045? Mari kita telaah tiga masalah besar yang sedang dihadapi, yang akan sangat mempengaruhi perjalanan menuju 2045: sistem pendidikan, lapangan pekerjaan, dan generasi muda, khususnya Gen Z.
- Kacaunya Sistem Pendidikan
Sistem pendidikan kita tengah menjadi sorotan tajam. Berbagai kekurangan di dalamnya membuat banyak pihak ragu apakah pendidikan tinggi di Indonesia mampu menghadapi tantangan masa depan. Baru-baru ini, pernyataan seorang petinggi Kementerian Pendidikan yang menyebut pendidikan tinggi sebagai opsi tersier yang kurang urgen membuat banyak orang terkejut. Padahal, di era globalisasi ini, pendidikan tinggi bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan esensial untuk bertahan hidup dan berkontribusi di era yang semakin kompleks.
Ironisnya, hanya sekitar 10% penduduk Indonesia yang memiliki akses ke perguruan tinggi, dan hanya 7% yang lulus. Bandingkan dengan negara tetangga, seperti Malaysia, yang memiliki partisipasi pendidikan tinggi jauh lebih tinggi. Padahal, anggaran pendidikan kita sudah ditingkatkan secara signifikan. Lalu, mengapa kualitas pendidikan kita masih tertinggal?
2. Tantangan AI dan Keterampilan Digital
Di dunia kerja, situasinya tak kalah mengkhawatirkan. Data menunjukkan bahwa lapangan kerja di sektor formal terus menurun. Antara 2009 hingga 2024, jumlah pekerjaan formal menurun drastis, dari 15,6 juta menjadi hanya 2 juta. Fenomena ini diperburuk dengan semakin banyaknya perusahaan yang mengandalkan teknologi, termasuk AI, untuk efisiensi kerja. Apakah ini berarti manusia kalah bersaing dengan mesin?
Permintaan akan pekerja dengan keterampilan tinggi di bidang teknologi semakin meningkat, namun tenaga kerja Indonesia masih sangat kurang. Hanya 1% dari pekerja di Indonesia yang memiliki keterampilan digital tingkat lanjut. Sementara, banyak perusahaan besar lebih memilih merekrut talenta digital dari luar negeri. Bagaimana kita bisa bersaing di era global jika tenaga kerja kita tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan?
3. Gen Z dan Tantangan Mentalitas
Masalah terbesar mungkin ada pada generasi muda, khususnya Gen Z. Data menunjukkan bahwa sekitar 40% perusahaan enggan merekrut Gen Z karena dianggap tidak siap menghadapi kehidupan profesional. Banyak dari mereka yang membawa orang tua ke wawancara kerja atau menolak menyalakan kamera saat wawancara virtual. Apakah generasi ini terlalu manja dan kurang disiplin?
Gen Z memang memiliki kelebihan dalam akses informasi, tetapi juga tampaknya terlalu dimanjakan oleh teknologi. Mereka lebih memilih pekerjaan yang fleksibel seperti menjadi wirausaha atau content creator daripada bekerja di sektor formal yang lebih menuntut. Mungkin ini menunjukkan bahwa sektor formal kurang menarik bagi mereka, atau mungkin mereka hanya belum matang untuk tantangan tersebut.
Menyongsong 2045: Mimpi Indah atau Mimpi Buruk?
Tiga masalah ini: sistem pendidikan yang kurang memadai, lapangan pekerjaan yang semakin terbatas, dan generasi muda yang kurang siap, harus segera diatasi jika kita ingin mewujudkan Indonesia Emas 2045. Apakah kita akan mampu melakukan reformasi yang diperlukan untuk mempersiapkan diri menghadapi masa depan? Atau, apakah kita akan terus terjebak dalam kekhawatiran dan kecemasan?
Indonesia Emas atau Indonesia Cemas 2045, keputusan ada di tangan kita semua. Mari kita benahi sistem pendidikan, ciptakan lebih banyak lapangan kerja, dan siapkan generasi muda yang tangguh dan siap menghadapi tantangan masa depan. Hanya dengan demikian, kita bisa mewujudkan mimpi besar Indonesia Emas 2045.
Editor Teguh Imami