Murid-murid sekolah Muhammadiyah Praktik Ismuba Shalat sesuai Tarjih Muhammadiyah, (sumber: Istimewa)
Akhmad Faozan – Koordinator Bidang Ismuba pada Dikdasmen & PNF PDM Jepara.
PWMU.CO – Al Islam Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab yang disingkat Ismuba atau juga dikenal dengan AIK bagi sekolah-sekolah Muhammadiyah maupun di PTMA sudah menjadi kurikulum yang khas. Kurikulum ini dapat menjadi sumber inspirasi kemajuan dan keunggulan bagi AUM Pendidikan. Nilai-nilai penting di dalam Kurikulum ini sarat muatan nilai. Kurikulum Ismuba integratif juga akan lebih leluasa dikembangkan oleh pemangku kebijakan di struktur lokal PDM atau PCM sesuai dengan level atau jenjang pendidikan, mulai dari SD/MI sampai dengan SMA/SMK.
Nilai-nilai keutamaan dalam kurikulum ini melandaskan pada Islam Rahmatan lil ‘alamin. Cakupun muatan dan nilai dalam kurikulum ini sungguh sangat penting dalam mewujudkan sekolah-sekolah Muhammadiyah dengan penampakan dominan spirit berislam dengan benar. Ini pula sebagai ciri ideologis sekolah Muhammadiyah. Artinya Ideologis Muhammadiyah harus tertancap mantap dalam diri para manajer/leader maupun para guru dan karyawan. Sedangkan Wali murid atau customer dan seluruh stake holder sebagai obyek dan ladang dakwah. Upaya ini sebagai ikhtiar maksimal mendakwahkan Muhammadiyah dan meningkatkan rasa “muhammadiyah” pada sekolah-sekolah Muhammadiyah. Inilah marwah, Marwah Muhammadiyah seharusnya terpancar jelas sebagaimana pilar pencerahan sebagai prinsip dakwah amar makruf nahi Munkar ala Muhammadiyah.
Marwah sekolah Muhammadiyah ditandai dengan dominasi kegiatan praktik keagamaan yang sangat lekat dengan berkemajuan dan berkeunggulan, bermutu serta kaya akan khasanah budaya keIslaman. Dari proses sistemik ini secara tidak langsung Muhammadiyah hendak berkontribusi positif lebih masif dalam membangun peradaban utama yang tertancap mantap dari lembaga formal yaitu sekolah-sekolah Muhammadiyah. Sehingga dari sini, muncul upaya serius dalam mewujudkan Kurikulum yang terintegrasi dengan muatan-muatan lain yang sinergi dan kontinyu..
Berikutnya Muhammadiyah perlu berpikir sumber daya, berupa guru-guru yang berkapasitas, menjadi sosok pembelajar, memiliki basis keilmuan dan memiliki karakter kuat dengan pondasi keimanan yang mantap. Karena mereka akan menjadi pendamping, fasilitator serta motivator para muridnya. Mereka adalah para guru yang terpancar kuat marwah dan ghirahnya dalam mengamalkan ad din al Islam dalam dirinya. Mereka benar-benar telah kuat dalam mempraktikkan Islam dan menjadi basis amaliyah yaumiyah-nya. Sehingga auranya sangat terasa dengan syiar kebaikan lewat pergerakan dalam dominasi program-program maju dan unggul. Spiritnya pun terlihat jelas dari pergerakan pelayanan dan terwujud lewat keteladanan (suri tauladan) setiap saat.
Selanjutnya muncul pertanyaan, bagaimana dengan sekolah-sekolah Muhammadiyah yang ada saat ini, apakah sudah menerapkan kurikulum Ismuba integratif dengan ideal seperti tergambar di atas?
Jawabannya kita semua sudah memakluminya, kalau sekolah-sekolah Muhammadiyah masih miskin dan minimalis dari praktik ideal Kurikulum Ismuba. Programnya belum secara nyata tertuang dalam program kerja unggulan dan prioritas.
Secara dominan sekolah Muhammadiyah saat ini baru sebatas tataran menjalankan muatan pelajaran saja, seperti mata pelajaran al Quran, Fiqih Ibadah, Aqidah Akhlaq, Tarih/Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab.
Bahkan ada sekolah Muhammadiyah yang menyatukan muatan-muatan Ismuba tersebut dalam sebuah pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Konon mereka berdalih karena menyesuaikan dengan sekolah-sekolah dibawah naungan Dinas Pendidikan yang ada. Apa dampaknya? jelas sekolah muhammadiyah tidak akan merasakan nilai-nilai lebih dan keutamaan Ismuba. Penampakan dari pergerakannya pun akan jauh dari sekolah Muhammadiyah dengan ciri khusus Ismuba tersebut.
Apalagi para pemangku amanahnya, dapat dilihat dari kegiatan yaumiyahnya, program kedisiplinan yang disinkronisasi lewat program shalatnya, karakter islaminya, pemanfaatan dan pemberdayaan tempat ibadahnya, dan praktik-praktik keislaman lain yang menjadi pertanda khusus bagi sekolah Muhammadiyah yang semestinya. Dapat diyakini bahwa sekolah Muhammadiyah tersebut jauh dari karakter kuat Islam Rahmatan lil ‘alamin yang diidamkan oleh founding Muhammadiyah.
Padahal nilai-nilai penting dalam muatan Ismuba ini bukan sekedar tataran teoritis. Atau hanya sebatas menjadi pengetahuan saja, bukan, tetapi harus dipraktikkan dan diamalkan. Ketika pengamalan nilai-nilai Ismuba ini diintensifkan dalam praktik kesehariannya oleh sekolah-sekolah Muhammadiyah maka dapat diyakini sekolah ini akan merasakan dampak bagi kemajuan sekolah sesungguhnya. Kepercayaan masyarakat pun akan semakin meningkat.
Dapat dilihat dari sekolah-sekolah Muhammadiyah yang mempraktikkan Al Islam Kemuhammadiyahan menjadi sumber inspirasi bagi keunggulan sekolahnya. Seperti sekolah-sekolah Muhammadiyah unggul di Kota Yogyakarta, Surakarta, Surabaya. Para pemangku kebijakan dan pemangku amanah menjalankan amanah sesuai dengan kapasitas dan perannya secara maksimal. Ismuba inilah nilai keunggulan yang sesungguhnya dan tidak dimiliki oleh sekolah-sekolah lain.
Brand Sekolah Muhammadiyah berbasis Ismuba
Dapatkah Pelaksanaan kurikulum Ismuba menjadi bagian dari Branding Sekolah Muhammadiyah? Jawabannya tergantung sejauhmana masif dan intensifnya program dan menjadikannya seluruh warga sekolah tergerak dan menjadi bagian gerakan Ismuba. Disinilah letak pentingnya penerapan Ismuba secara intensif dan masif.
Salah satu contoh program sederhana dalam membangun brand image yang dilaksanakan oleh SMK Muhammadiyah (Mutu) Gondanglegi Malang. Suatu ketika penulis berkesempatan ke sekolah tersebut, saat itu dapat mendengar langsung paparan dari kepala sekolahnya Ustadz Munali, sebuah pemandangan murid-murid sedang bertadarus quran. Dengan mantap kepala sekolah menjelaskan, “Dapat dilihat dalam tasnya murid-murid setiap hari mereka membawa quran dan mukena”. Artinya murid–murid sudah menjadi budaya dengan kegiatan tadarus al Quran dan shalat berjamaah. Itu baru contoh simpel dan sederhana, belum program unggulan lain yang telah diterapkan di SMK Mutu Gondanglegi.
Mulai dari mana mengawali dalam membangun brand image sekolah Muhammadiyah berbasis Ismuba? sebelum sampai kepada langkah-langkah menuju pada bangunan sekolah Muhammadiyah dengan Branding berbasis Ismuba perlu makna secara simpel, apa itu branding? Barangkali branding secara sederhana dimaknai dengan merek. Sebagaimana kita disaat ingat dengan mie instan, maka terngiang dalam benak kita ada merek.
Sebelum membangun sistem operasional yang dilengkapi dengan program-program unggulan (manajemen program), yang perlu diikhtiarkan lebih dahulu adalah membangun para pemangku amanahnya, kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya. Sangat penting membangun mindset unggul dan maju para pemangku amanah di lapangan terlebih dahulu kemudian melatih secara tekhnis sumber daya insani. Dalam hal ini, sumber daya insani ini merupakan kekuatan dominan dalam pelaksanaan keseharian di lapangan. Dari sini, maka perlunya upaya dan ikhtiar berbentuk workshop, pelatihan atau bahkan dengan superchamp dengan dilengkapi komitmen Rencana Tindak Lanjut yang komprehensif hingga terwujud idealnya sekolah muhammadiyah unggul berkemajuan dengan basis pengembangan kurikulum Ismuba.
Editor Teguh Imami