Oleh: Silviyana Anggraeni (Aliansi Penulis Muhammadiyah Lamongan)
PWMU.CO – Pepatah “membaca adalah jendela dunia” nampaknya adalah benar. Jika kita dapat menganalogikan buku sebagai sebuah dunia, maka membaca adalah satu-satunya cara untuk melihat dunia tersebut. Yang mana dari sebuah jendela kita mampu melihat dunia hanya dari rumah saja, hanya dari sebuah jendela.
Dengan membaca, kita dapat mengetahui apa yang terjadi di belahan dunia manapun tanpa harus secara langsung berada di tempat tersebut. Tanpa batas waktu dan jarak. Selama “membaca” tidak hanya diartikan sebagai aktivitas melafalkan sebuah kalimat yang tertera saja, tetapi juga menangkap sebuah makna atau pesan dari kalimat tersebut.
Tahukah bahwa membaca memiliki banyak manfaat? Sudah banyak dilakukan penelitian tentang manfaat membaca, tetapi masih banyak pula orang-orang yang malas membaca bahkan untuk seorang pelajar sekalipun yang notabennya membaca adalah aktivitas yang harus dilakukannya sebagai sarana belajar. Berikut ini beberapa manfaat membaca yang kita rangkum.
Pertama, membaca dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. Sudah tidak di ragukan lagi jika banyaknya para ilmuan dan pakar, orang-orang jenius, penemu dan pembuat, pelajar juara adalah orang yang gemar akan membaca. Dari membaca mereka mengetahui apa yang tidak di ketahui oleh orang yang tidak atau malas membaca.
Kedua, membaca dapat memperluas cara pandang dan berpikir seseorang. Mereka akan lebih bersikap open minded saat dihadapkan dengan sebuah situasi kondisi yang berlawanan dengan diri mereka. Karena dari pengalaman membaca itulah mereka mengetahui banyak sudut pandang. Lalu mereka mencoba menerima dan memahami selama hal itu bukan hal yang mendatangkan keburukan.
Inilah kenapa masyarakat yang cerdas dan cukup berpendidikan jarang sekali terjadi konflik dibanding dengan masyarakat yang tidak berpendidikan dimana sedikit saja ada perbedaan pendapat, langsung berkonflik atau dalam istilah bahasanya “senggol bacok”.
Ketiga, membaca dapat mencegah dari kepikunan. Percaya atau tidak begitulah kenyataannya. Siapa tidak kenal seorang tokoh besar Buya Syafi’i Ma’arif, beliau pernah menjabat Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Presiden World Conference on Religion for Peace dan pendiri Maarif Institute.
Selain membaca, Buya Syafi’i Ma’arif telah menulis banyak karya di antaranya “Fikih Kebinekaan”, “Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan kemanusiaan”, “Percaturan Islam dan Politik” dan masih banyak lagi. Di usianya yg telah berada di fase sepuh yakni 86 tahun saat itu, nyatanya beliau masih terus berkarya tidak seperti orang sepuh pada umumnya yang selain sudah lemah secara fisik tetapi juga kesulitan dalam mengingat atau bahkan sama sekali sudah tidak nyambung saat di ajak berbicara.
Menurut penelitian, kebiasaan membaca terbukti dapat memperlambat laju kerusakan memori dan penurunan kapasitas mental seseorang. Selain itu dapat meningkatkan fungsi otak secara keseluruhan khususnya daya ingat sehingga mencegah pikun.
Artinya membaca merupakan cara yang baik untuk mencegah penyakit seperti Alzheimer dan Dementia. Keempat, habit membaca membuat otak seseorang menjadi aktif dan solutif. Aktif artinya responsif terhadap situasi, kondisi maupun fenomena yang terjadi di sekitarnya. Solutif artinya mereka akan dengan mudah mendapatkan solusi atas problem yang terjadi, yang mana itu didapatkan dari pengalaman membaca itu sendiri.
Manfaat kelima dari membaca adalah hiburan. Si pengemar baca menganggap aktivitas membacanya adalah sebuah hiburan tersendiri baginya. Dari membaca dia bisa mengisi waktu luang. Dengan membaca mereka dapat menyelami dunia pengetahuan yang baru. Dengan membaca mereka merasakan perasaan senang, kecewa, sedih ataupun marah.
Di saat banyak orang di luar sana harus mengeluarkan value lebih untuk mencari hiburan, si pembaca cukup duduk manis untuk mencari hiburannya. Hiburan inilah yang mencegah seseorang dari jenuhnya rutinitas, dari rasa stres karena sebuah problema hidup.
Perintah Membaca dalam Al-Qur’an
Perintah membaca juga termaktub dalam al-Qur’an Surah al-Alaq sekaligus menjadi wahyu pertama yang di terima oleh Nabi Muhammad SAW. Khususnya ayat satu sampai dengan lima yang memiliki arti sebagai berikut, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” Dari arti ayat tersebut dengan jelas Allah memerintahkah Rasulullah untuk membaca meskipun saat itu Rasulullah bukanlah orang yang bisa membaca bahkan sampai akhir hayatnya.
Seberapa penting membaca? Jawabannya sangat penting. Tidak hanya secara tekstual, tetapi juga secara kontekstual. Artinya bukan hanya membaca sebuah ejaan/simbol yang tertulis tetapi juga membaca nilai-nilai kehidupan yang tidak tertulis.
Dengan membaca manusia dapat mencapai kemuliaan di dunia dan akhirat. Seperti janji Allah dalam QS. al-Mujadalah ayat 11 yang artinya “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Bahkan pada sebuah penelitian yang telah dilakukan lebih dari 20 tahun konsisten menemukan fakta bahwa orang yang tumbuh dalam budaya membaca cenderung mencapai pendidikan tinggi, pendapatan lebih tinggi, dan fungsi kognitif yang lebih baik di kemudian hari.
Urgensi membaca juga berlaku bagi seorang perempuan yang menyandang status ibu. Sebagai orang yang mayoritas lebih banyak bersama anak-anaknya, karena ibu yang pembaca dan berpengetahuan pasti memiliki value yang lebih dalam mendidik anak-anaknya. Ada sebuah fakta dimana anak-anak yang memiliki ibu yang cerdas berkemungkinan besar menjadi anak yang cerdas dikarenakan gen kecerdasan adalah warisan dari ibu.
Terdapat sebuah penelitian dari University di Washington, perempuan akan mentransmisi gen kecerdasannya pada anak mereka. Dalam penelitian itu di temukan bahwa ikatan emosional yang baik antara ibu dan anak amat penting bagi pertumbuhan beberapa bagian otak, seperti area hippocampus. Apa itu hippocampus? Hippocampus adalah area otak yang berhubungan dengan memori, belajar, dan respons stres.
Begitu pula kata ahli psikiatri dari Utrecht University Medical, Belanda, kecerdasan anak berkaitan erat dengan faktor genetik maka 40-60 persen orangtua yang sangat cerdas akan menghasilkan anak yang cerdas pula. Tetapi teori itu tidaklah mutlak, karena banyak sekali orang tua khususnya ibu yang tidak cerdas tetapi memiliki anak yang cerdas. Hal itu dikarenakan selain faktor genetik, kecerdasan anak juga di pengaruhi oleh faktor lingkungan, pendidikan, nutrisi dan lain-lain.
Di Indonesia minat baca itu terbilang masih rendah. Dari data yang dirilis Most Littered Nation in The World’s pada 2016, Indonesia berada di urutan ke 60 dari 61 negara. Dengan kata lain minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0,01 persen atau satu banding sepuluh ribu. Adapun data yang di-publish Republika pada 12 September 2015, masyarakat Indonesia membaca 2 sampai 3 buku pertahun. Jauh di bawah AS yang masyarakatnya membaca 10 sampai 20 buku per tahun.
Berbicara tentang kesadaran membaca yang harus dimiliki semua orang agar terciptanya generasi literat, SDM yang unggul dan kehidupan masyarakat yang lebih baik, seyogyanya penanaman budaya membaca di pupuk sejak dini mulai dari lingkup kecil (keluarga).
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan agar anak gemar membaca. Langkah yang pertama membacakan cerita atau dongeng kepada anak setiap menjelang tidur. Langkah kedua kenalkan huruf dan latih anak untuk dapat membaca. Ketiga, ciptakan suasana yang nyaman untuk membaca di dalam rumah. Keempat, ajak anak untuk membeli buku secara rutin atau pergi ke perpustakaan. Kelima, arahkan anak pada lingkungan atau komunitas baca di luar rumah. (*)
Editor Wildan Nanda Rahmatullah