Ilustrasi (Foto: unsplash.com)
Muhammad Taufiqur Rosyid – Pegiat Sosial.Opini ini merupakan tulisan yang diikutkan sayembara APIMU
PWMU.CO – Nabi Muhammad SAW bukan hanya dikenal sebagai pemimpin agama, tetapi juga sebagai seorang pemimpin politik yang cerdas. Salah satu momen penting dalam hidup beliau adalah ketika membangun Negara Madinah. Di sinilah beliau menunjukkan bagaimana politik yang bijaksana bisa menciptakan masyarakat yang damai dan harmonis, bahkan di tengah keberagaman yang ada. Strategi politik yang diterapkan Nabi Muhammad dalam membangun Madinah sangat relevan dengan tantangan-tantangan dunia modern saat ini. Dalam banyak hal, pelajaran dari cara Nabi Muhammad memimpin Madinah bisa menjadi contoh yang berharga, termasuk untuk Indonesia yang sedang membangun Ibu Kota Negara (IKN) baru.
Madinah: Kota dengan Masyarakat yang Beragam
Ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, kota itu bukanlah kota yang homogen. Penduduknya terdiri dari berbagai suku Arab yang sering berselisih dan juga komunitas Yahudi yang sudah lama tinggal di sana. Nabi Muhammad sadar bahwa untuk menciptakan kedamaian dan stabilitas, dia perlu membuat aturan yang bisa menyatukan semua kelompok tersebut. Salah satu langkah pertama yang diambil Nabi Muhammad adalah menyusun Piagam Madinah, sebuah dokumen yang mengatur hak dan kewajiban semua penduduk Madinah, baik yang Muslim maupun non-Muslim.
Piagam Madinah dianggap sebagai salah satu konstitusi tertulis pertama di dunia. Isinya mengatur hubungan antar kelompok di Madinah, memastikan semua orang memiliki hak yang sama, dan menciptakan hukum yang adil untuk semua warga. Dalam piagam ini, Nabi Muhammad menunjukkan bahwa semua kelompok memiliki tempat dan hak yang setara dalam tatanan masyarakat Madinah. Kebijakan ini sangat revolusioner pada masanya, karena banyak pemerintahan di dunia yang lebih bersifat otoriter dan diskriminatif.
Keadilan Sebagai Landasan Pemerintahan
Salah satu prinsip utama dalam kepemimpinan Nabi Muhammad adalah keadilan. Beliau selalu memastikan bahwa semua orang diperlakukan dengan adil, tanpa memandang agama, suku, atau status sosial. Dalam Piagam Madinah, baik Muslim maupun non-Muslim mendapatkan perlindungan hukum yang sama. Hal ini juga terlihat ketika Nabi Muhammad menyelesaikan konflik di antara warganya. Beliau selalu menekankan pentingnya keadilan, bahkan ketika berurusan dengan keluarga atau sahabat dekat.
Keadilan yang diterapkan Nabi Muhammad juga mencakup aspek ekonomi dan sosial. Beliau memperkenalkan sistem zakat, yang tujuannya adalah untuk mengurangi ketimpangan sosial dan memastikan bahwa kekayaan tidak hanya dikuasai oleh segelintir orang. Negara bertanggung jawab untuk memastikan kesejahteraan warganya, dan masyarakat diajak untuk saling membantu. Ini adalah contoh awal dari upaya membangun masyarakat yang adil dan inklusif.
Di dunia modern, prinsip-prinsip keadilan ini tetap relevan. Banyak negara, termasuk Indonesia, masih berjuang mengatasi ketidakadilan sosial dan ekonomi. Konsep zakat, atau dalam bentuk modernnya seperti pajak progresif dan jaminan sosial, dapat membantu mengurangi kesenjangan sosial dan menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera.
Diplomasi sebagai Kunci Perdamaian
Nabi Muhammad juga dikenal sebagai pemimpin yang sangat bijaksana dalam hal diplomasi. Meskipun sering dihadapkan pada ancaman dari musuh-musuhnya, Nabi Muhammad selalu lebih memilih pendekatan damai sebelum menggunakan kekuatan militer. Contoh yang paling terkenal adalah Perjanjian Hudaibiyah, di mana Nabi Muhammad menerima syarat yang terlihat merugikan umat Islam demi mencapai perdamaian dengan Quraisy. Namun, pada akhirnya keputusan ini justru menguntungkan umat Islam dalam jangka panjang.
Langkah-langkah diplomasi yang diambil oleh Nabi Muhammad menunjukkan bahwa beliau memahami pentingnya perdamaian jangka panjang. Beliau selalu berusaha menjalin hubungan baik dengan pihak lain, bahkan dengan mereka yang sebelumnya menjadi musuh. Ini adalah pelajaran penting untuk dunia modern, di mana kekerasan sering kali dianggap sebagai solusi cepat, tetapi dialog dan diplomasi sebenarnya bisa menciptakan solusi yang lebih langgeng.
Kepemimpinan yang Berbasis Moralitas
Kepemimpinan Nabi Muhammad berlandaskan akhlak atau moralitas. Beliau selalu mengedepankan kejujuran, kesederhanaan, dan empati dalam setiap keputusan politiknya. Salah satu sifat utama beliau sebagai pemimpin adalah musyawarah, di mana keputusan diambil berdasarkan diskusi dengan sahabat-sahabatnya, bukan hanya berdasarkan otoritas tunggal. Ini menunjukkan bahwa kepemimpinan Nabi Muhammad bukan bersifat otokratis, melainkan partisipatif dan inklusif.
Model kepemimpinan seperti ini menjadi contoh yang sangat relevan bagi pemimpin di era modern. Ketika banyak pemimpin dunia terjebak dalam politik kekuasaan, kepemimpinan Nabi Muhammad yang berdasarkan moralitas dan nilai-nilai kebajikan menawarkan solusi yang lebih baik. Kepemimpinan yang seperti ini menciptakan kepercayaan dari masyarakat, yang pada akhirnya menghasilkan pemerintahan yang stabil dan harmonis.
Pelajaran untuk Dunia Modern: Relevansi dengan IKN di Indonesia
Jika kita melihat lebih jauh, strategi politik Nabi Muhammad dalam membangun Madinah bisa diterapkan di era modern, terutama dalam konteks pembangunan seperti di Indonesia dengan berdirinya Ibu Kota Negara (IKN) baru. Seperti Madinah yang menjadi pusat pemerintahan baru yang inklusif dan adil, pembangunan IKN juga bertujuan untuk menciptakan pusat pemerintahan yang lebih baik, modern, dan merata di luar Pulau Jawa.
Pembangunan IKN tidak hanya dirancang untuk mengatasi kepadatan Jakarta, tetapi juga untuk menciptakan pemerintahan yang lebih efisien dan terintegrasi. Sama seperti Madinah di masa Nabi Muhammad, IKN diharapkan dapat menjadi pusat pemerintahan yang mengakomodasi keberagaman dan menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Prinsip-prinsip seperti keadilan, inklusivitas, dan diplomasi yang diterapkan Nabi Muhammad bisa menjadi pedoman bagi Indonesia dalam membangun IKN, sehingga bukan hanya menjadi proyek fisik, tetapi juga proyek sosial dan politik yang inklusif dan berkelanjutan.
Editor Teguh Imami