PWMU.CO – Majelis Pembinaan Kader berkolaborasi dengan Majelis Tabligh dan Tarjih PDA Kota Malang melakukan Pembukaan Kelas Ula Tarbiyatul Mar’ah Aisyiyah dengan tema “Mencetak Kader Perempuan Sejati”, Jumat (13/9/2024). Kegiatan ini bertempat di Kampus 1 MTs Muhammadiyah Kota Malang. Kegiatan yang diikuti oleh siswi-siswi MTs Muhammadiyah 1, MA Muhammadiyah 1 dan SMK Muhammadiyah 2 Kota Malang.
Pembukaan kelas Ula ini diawali dengan materi tentang “Problematika Kontemporer Pelajar” yang disampaikan oleh Dra Sri Herawati.
Dalam pembukaan materinya, Hera menyampaikan bahwa, ia sudah hafal dengan masalah problematika remaja, dimana ia pernah remaja, pernah menjadi guru SMK dan seorang ibu dari 7 orang anak.
Pada usia Remaja akan ada tiga karakteristik yang dialami oleh usia remaja/pelajar, dimana akan ada perubahan fisik, psikis dan sosialnya.
Perubahan yang terjadi ada remaja akan mengembangkan perilaku yang beragam baik itu positif maupun negatif. Bentuk perilaku negatif yang sering terjadi meliputi permasalahan akademik, bullying, kecanduan gadget, stress, depresi hingga penyalahgunaan zat aditif/obat-obatan terlarang.
Herawati memberikan tips bagi para peserta tentang cara mengatasi masalah remaja yang perlu ditanamkan dan dipahami oleh remaja, pertama penampilan tidak harus mengikuti tren, kedua, tidak perlu membandingkan diri dengan teman sebaya, ketiga percaya pada diri sendiri.
Saat masih duduk di bangku SMA, Herawati merasa percaya diri karena semua teman-temannya adalah lulusan SMP terbaik di Kota Malang yang bersekolah di SMAN 4, tapi ia merasa percaya diri karena ia selalu ditunjuk oleh guru agama untuk menulis arab di papan tulis, karena ia satu-satunya lulusan SMP Muhammadiyah yang sudah terbiasa dilatih untuk menulis huruf Arab.
Ini adalah kelebihan Herawati yang paling menonjol diantara teman-temannya, sehingga ia menyarankan kepada para remaja untuk tidak minder, karena tidak harus pandai semua mata pelajaran, tapi harus punya ciri khas tersendiri agar lebih dikenal.
Anak-anak juga harus tahu ada tiga sasaran pokok untuk merusak generasi muda diantaranya adalah food, fashion dan fun, maka anak-anak harus bisa memilih makanan yang halal dan Thoyib, jangan hanya enak saja tapi tidak baik untuk tubuh.
Fashion diikuti sewajarnya saja, tidak usah berlebihan, jadilah diri sendiri agar tidak mudah ikut-ikutan orang lain sehingga menyebabkan hilangnya jati diri, bahasa kerennya adalah Krisis Identitas. Maksudnya adalah perubahan sosiologis dan biologis pada remaja memungkinkan terjadinya ketidakseimbangan antara ekspektasi (harapan) dan realita.
Anak-anak juga harus bisa mengembangkan ketrampilan sosial, dengan cara, pertama meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Kedua, memperkuat hubungan interpersonal/hubungan dengan teman sebaya, orang yang lebih muda dan lebih tua. Ketiga atasi konflik secara sehat dengan bertanggung jawab atas apa yang sudah dilakukan.
Anak remaja pasti semuanya memiliki masalah, maka anak-anak harus memiliki sikap yang tangguh dalam menjalani masalah, bahasa kerennya adalah Resiliensi yang memiliki arti kemampuan untuk mengatasi atau beradaptasi terhadap masalah yang sedang dihadapi.
Ada 5 strategi membangun sikap resilien. Di antaranya adalah membangun koneksi sosial, menjaga kesehatan fisik dan mental, menemukan visi/tujuan hidup, mengembangkan pikiran positif dan mencari bantuan jika memang membutuhkannya.
Herawati menutup materinya dengan berpesan bahwa yang paling penting adalah perbanyak mendekatkan diri kepada Allah, agar tidak salah arah. Allah adalah sebaik-baik penolong bagi hambaNya.
“Jangan tinggalkan shalat, karena kalau tidak shalat, siapa yang akan mendoakan orang tua kita ketika mereka sudah wafat,” pesannya. (*)
Penulis Fatimah Az-Zahro Editor Wildan Nanda Rahmatullah