Ketiga, hargai sikap dan pendapat orang lain. Karena apa yang kita anggap benar belum tentu benar adanya. Dan apa yg kita anggap salah juga belum tentu salah. Maka tetap menghargai dan menjaga perasaan orang lain. Keempat, hindari merasa bersalah. Dalam hal ini ketika harus mengatakan “ya atau tidak”. Selama apa yang kita katakan adalah jujur, masuk akal dan tidak melanggar aturan.
Kelima, tenang saat berbicara. Yakni dengan menggunakan bahasa yang sopan, intonasi suara tetap normal, juga ekspresi wajah agar tidak terlihat pasif apalagi agresif. Keenam, hindari penggunaan kalimat agresif. Kalimat agresif disini adalah kalimat yang berpotensi menyakiti.
Ketujuh, anggap lawan bicara sebagai teman. Dengan begitu akan menghasilkan kesepakatan yang tidak merugikan salah satu pihak dan tidak menurunkan jerajat atau harga diri salah satu pihak. Kedelapan, berlatih. Mulailah dari hal kecil dan lingkup yang kecil sepwrti keluarga.
Kesembilan, belajar dari orang lain. Kita tentu pernah menemukan orang yang memiliki kemampuan komunikasi asertif. Amati dan tirulah mereka. Kesepuluh, sabar. Karena menjadi asertif adalah sebuah keistimewaan jadi wajar bila prosesnya sulit dan panjang.
Setelah menjadi seorang yang asertif, kita akan mendapatkan banyak sekali manfaat dari pola komunikasi tersebut. Beberapa di antaranya: dapat menyikapi dan mengkomunikasikan apapun secara efektif, mudah untuk menjalin pertemanan, mental lebih sehat karena terhindar dari rasa cemas dan stres, dan dapat menjadi seorang pemimpin yang berhasil. (*)
Editor Amanat Solikah