Penulis Andy Rizal Aminulloh (Aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah)
PWMU.CO – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan salah satu pilar penting dalam sistem demokrasi Indonesia.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, di tahun ini, Pilkada dilaksanakan secara serentak. Ini menjadikan partai politik, masyarakat sipil, hingga penyelenggara mengambil banyak peran untuk ikut andil dalam peran membangun bangsa.
Melalui proses ini, masyarakat diberikan kesempatan untuk memilih pemimpin yang akan membawa visi pembangunan dan perubahan di tingkat daerah.
Pilkada telah usai, sehingga dari berbagai rangkaian berdemokrasi di negeri ini banyak nilai yang bisa kita ambil pelajaran dari peran apapun untuk kemajuan bangsa.
Persaingan antar calon agaknya menjadi edukasi politik agar tidak menjadi wadah perpecahan antar pendukung. Euforia pesta demokrasi 5 tahunan ini akan meninggalkan sejarah penting dari tumbuhnya sebuah daerah, yang menang jangan terlalu jumawa dan yang kalah tetap rendah hati menerima dan bersama sama membangun bangsa.
Fenomena yang hari ini terjadi adalah momentum pasca pilkada sering kali kurang dimanfaatkan untuk memperkuat kesadaran politik masyarakat. Padahal, edukasi politik yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk mewujudkan demokrasi yang sehat dan berkualitas.
Realitas Pasca Pilkada
Setelah euforia Pilkada berakhir, masyarakat kebanyakan kembali pada rutinitas sehari-hari tanpa melakukan refleksi mendalam terhadap hasil Pilakda.
Diskursus politik yang sebelumnya ramai mendadak mereda dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengawasan kinerja pemimpin terpilih cenderung menurun. Tidak jarang, hasil Pilkada hanya dianggap sebagai akhir dari proses politik, bukan awal dari perjalanan menuju perubahan yang diharapkan.
Selain itu, pasca pilkada sering kali diwarnai dengan polarisasi di kalangan masyarakat akibat perbedaan pilihan politik. Kondisi ini dapat memicu konflik sosial, terutama jika tidak ada upaya nyata untuk merajut kembali persatuan.
Dalam konteks ini, edukasi politik menjadi salah satu solusi untuk mengatasi tantangan tersebut, bahwa Pilkada menjadi wadah untuk mencari pemimpin sesuai dengan apa yang diidealkan.
Pemilihan sesungguhnya adalah kegiaan eventual, sementara peran dari masyarakat adalah mengawal kepemimpinan yang sudah terpilih untuk bisa memenuhi janjinya pada saat pemilihan.
Edukasi Politik
Edukasi politik memiliki peran penting dalam membangun kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dan kritis dalam proses demokrasi.
Melalui edukasi politik, masyarakat dapat memahami bahwa keterlibatan mereka tidak berhenti pada pencoblosan, tetapi juga mencakup pengawasan, evaluasi, dan partisipasi dalam berbagai kebijakan publik.
Edukasi politik juga dapat membantu mengurangi dampak negatif dari polarisasi politik. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang nilai-nilai demokrasi, masyarakat dapat lebih menghargai perbedaan pandangan politik dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Selain itu, edukasi politik mampu mendorong masyarakat untuk lebih kritis terhadap informasi, sehingga mereka tidak mudah terpengaruh oleh hoaks atau propaganda yang dapat merusak harmoni sosial.
Sebagai refleksi, edukasi politik merupakan tanggung jawab semua pihak dalam membangun politik yang berkualitas dan sedikit demi sedikit menghiangkan politik hitam yang boleh jadi sering mengakar dalam masyarakat kita, yaitu penggunaan money politic, politik identitas, politik SARA, dan saling menjatuhkan satu sama lain.
Edukasi politik boleh juga diartikan sebagai politik nilai serta politik gagasan yang dibawa dan direalisasikan oleh calon pemimpin bangsa untuk kemajuan suatu daerah.
Pilkada bukanlah akhir dari proses demokrasi, melainkan langkah awal menuju pembangunan daerah yang lebih baik. Untuk itu, penting bagi semua pihak untuk mendorong edukasi politik yang berkelanjutan pasca pilkada.
Dengan membangun kesadaran politik, masyarakat tidak hanya menjadi pemilih yang cerdas tetapi juga pengawas yang kritis dan partisipan aktif dalam demokrasi.
Melalui upaya bersama, demokrasi Indonesia dapat berkembang menjadi lebih inklusif, sehat, dan berkualitas.
Editor ‘Aalimah Qurrata A’yun