
PWMU.CO – Bertauhid dengan benar menjadi salah satu pedoman hidup Islami dan karakter utama bagi pelajar Muhammadiyah. Hal ini dapat dicontoh dari kisah pemuda penggembala kambing yang jujur dalam pertemuannya dengan Umar bin Khattab.
Pernyataan itu disampaikan oleh KH Hilmi Aziz MPdI saat mengisi materi ketauhidan dan kemuhammadiyahan dalam Pesantren Kilat Darul Arqam (PKDA)1446 H di SD Alam Muhammadiyah Kedanyang (SD Almadany) Kebomas, Gresik pada Jumat (7/3/2025).
“Akhir dari kisah penggembala jujur itulah yang patut diteladani oleh siswa SD Almadany,” ujarnya.
Di awal cerita, Hilmi berkisah tentang Khalifah Umar bin Khattab yang bertemu dengan seorang pemuda yang sedang menggembalakan kambing. Saat itu, pemuda tersebut sibuk menghalau kambingnya menuju kandang karena hari sudah hampir gelap.
Hilmi melanjutkan kisahnya. Amirul Mukminin pun mendekati pemuda tersebut. Ia ingin mengujinya, lalu berkata, “Sungguh banyak kambing yang kamu pelihara, dan keadaannya pun gemuk-gemuk. Maukah kamu menjual satu ekor kepadaku?”
Berkali-kali Amirul Mukminin berusaha merayu pemuda tersebut, namun berkali-kali juga pemuda itu menolaknya.
“Saya pikir tidak mengapa jika kamu menjual seekor saja. Kamu akan mendapat banyak uang, dan jika majikanmu bertanya, bilang saja bahwa kambing tersebut dimakan oleh serigala,” rayu Amirul Mukminin yang terus berusaha membujuk penggembala itu agar mau menjual seekor kambing dari ternaknya.
Ia kemudian kembali merayu “Jika kamu menjual kambing itu, majikanmu tidak akan mengetahuinya, dan tidak akan ada yang melaporkan, karena tidak ada seorang pun yang melihat.”
Rayuan-rayuan tersebut tidak menggoyahkan pemuda penggembala. Sebaliknya, ia tetap tegar dan memberikan jawaban yang membuat Amirul Mukminin takjub dan bangga akan ketauhidan pemuda itu.
“Memang majikan saya tidak dapat melihatnya, tetapi ada yang dapat melihat, yaitu Allah SWT dan saya sangat takut kepada-Nya,” jawab pemuda penggembala itu dengan tegas.
Dalam ceramah yang disertai nyanyian yang menyenangkan, Hilmi Aziz mengungkapkan makna dari tauhid.
“Tauhid adalah mengesakan Allah SWT beribadah hanya kepada-Nya, serta berdoa dan memohon pertolongan hanya kepada-Nya,” ungkapnya.
Hilmi kemudian memancing pertanyaan, “Bagaimana jika kita meminta tolong kepada sesama manusia?”
Beragam jawaban pun muncul, namun kesimpulannya adalah bahwa hal itu boleh saja.
Hilmi kemudian menyampaikan kalimat syahadat yang diuraikan menjadi syahadat tauhid dan syahadat rasul. Ia juga menjelaskan kalimat tauhid, “Laa ilaha illallah”, yang berarti tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah SWT.
Selain menanamkan tauhid yang benar, Hilmi Aziz juga menyampaikan Pedoman Hidup Islami (Akhlak) Pelajar Muhammadiyah. Di antaranya adalah taat beribadah kepada Allah SWT, berbakti kepada ayah dan ibu, menghormati guru, berlaku jujur, giat belajar, menyayangi teman, peduli terhadap lingkungan, serta selalu merasa diawasi oleh Allah SWT di mana pun berada.(*)
Penulis Mahfudz Efendi Editor Ni’matul Faizah