
PWMU.CO- Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Kabupaten Lamongan melalui Bidang Tabligh dan Kajian Keislaman (TKK) menggelar Kajian Ramadhan sekaligus Refleksi Milad IMM ke-61 pada Selasa (18/3/2025) sore.
Bertempat di Masjid Uswah Hasanah Rumah Ikatan, kajian ini mengangkat tema “Ramadhan dan Kepemimpinan Profetik”.
Acara ini menghadirkan narasumber inspiratif Ma’bad Alfarisi MPd dan turut dihadiri Ketua Bidang TKK DPD IMM Jawa Timur, Moch Muzaki.
Selain itu, turut hadir dalam kajian ini Ketua Umum PC IMM Lamongan, Alexi Candra, beserta jajarannya dan perwakilan Pimpinan Komisariat se-Cabang Lamongan.
Kepemimpinan Profetik: Antara Spirit Ramadhan dan Nilai Trikoda IMM
Dalam paparannya, Ma’bad Alfarisi menegaskan bahwa kepemimpinan profetik bukanlah sekadar konsep teoritis, tetapi harus diwujudkan dalam sikap dan tindakan nyata.
Ia menyoroti bagaimana perjalanan IMM sejak didirikan pada 14 Maret 1964 terus mengalami dinamika sesuai dengan perkembangan zaman. Namun, nilai-nilai dasarnya tetap harus dijaga, terutama dalam menerapkan Trikoda IMM yang mencakup Religiusitas, Intelektualitas, dan Humanitas.
“IMM hari ini tentu berbeda dengan IMM di tahun 1964, 2000, atau bahkan 2010. Konteks zamannya berubah, tetapi nilai-nilainya tetap sama. Trilogi IMM harus terus dimaksimalkan dalam proses kaderisasi agar melahirkan pemimpin yang memiliki ketakwaan tinggi, berpikir kritis, dan berorientasi pada kemaslahatan umat,” jelasnya.
Ia kemudian mengaitkan spirit Ramadhan dengan karakter seorang pemimpin yang ideal. Menurutnya, Ramadhan adalah momentum bagi setiap kader IMM untuk meneladani Rasulullah dalam menjalankan kepemimpinan yang penuh kasih sayang, bijaksana, dan mengayomi umat.
“Rasulullah Saw adalah contoh utama kepemimpinan profetik. Beliau tidak hanya memimpin dengan ketegasan, tetapi juga dengan kelembutan hati. Kepemimpinan seperti inilah yang harus kita tiru, terutama dalam mengelola organisasi dan membina kader-kader IMM,” tambahnya.
Kemudian dia menekankan pentingnya membangun kepemimpinan yang tidak hanya berorientasi pada duniawi, tetapi juga pada nilai-nilai ukhrawi.
Ia mengingatkan bahwa pemimpin yang baik bukan hanya yang mampu mengelola organisasi dengan baik, tetapi juga yang peduli terhadap anggotanya dan mampu memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi.
“Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah bersabda bahwa sebaik-baik pemimpin adalah yang mencintai rakyatnya, dan rakyatnya pun mencintai pemimpinnya. IMM harus melahirkan pemimpin yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki empati dan kepedulian sosial yang tinggi,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti pentingnya kader IMM untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Mengutip kisah Rasulullah yang setiap malam Ramadhan belajar al-Qur’an bersama Malaikat Jibril, Ma’bad Alfarisi menegaskan bahwa seorang pemimpin harus memiliki semangat belajar yang tinggi agar mampu menghadapi tantangan zaman.
“Pemimpin yang hebat adalah yang tidak pernah berhenti belajar. Rasulullah sendiri, meskipun beliau seorang Nabi, tetap belajar setiap malam di bulan Ramadhan bersama Jibril. Maka, kita sebagai kader IMM juga harus memiliki semangat belajar yang tinggi agar dapat menjadi pemimpin yang bijaksana,” tegasnya.

Menghidupkan Kembali Masjid sebagai Pusat Gerakan
Lebih lanjut, Ma’bad menjelaskan poin penting bahwa masjid harus kembali menjadi pusat gerakan intelektual dan spiritual bagi kader IMM.
“Masjid tidak boleh hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga harus menjadi pusat kajian dan gerakan sosial. IMM harus bisa menghidupkan masjid dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, seperti kajian, diskusi ilmiah, hingga aksi sosial yang berdampak nyata bagi masyarakat,” ujar salah satu peserta diskusi.
Melalui kajian ini, IMM Lamongan menegaskan komitmennya untuk terus berproses dan berkontribusi bagi umat, menjadikan masjid sebagai pusat gerakan, serta mengaplikasikan Trilogi IMM dalam kehidupan berorganisasi dan bermasyarakat.
Sebagaimana yang diajarkan Rasulullah, seorang pemimpin sejati adalah mereka yang selalu berpikir untuk kepentingan umat, mampu beradaptasi dengan zaman, dan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam. (*)
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan
