
PWMU.CO – Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur memanfaatkan momentum Ramadan untuk mengoptimalkan dakwah kepada berbagai komunitas.
Salah satu program unggulan tahun ini adalah Pesantren Ramadan Anak Makam, yang berlangsung di Rumah Singgah Al Furqon, Medokan Semampir, Sukolilo, Surabaya, Selasa (18/3/2025).
Kegiatan yang dimulai pukul 14.00 WIB hingga berbuka puasa ini diikuti oleh 50 anak yang sehari-hari membantu orang tua mereka di area pemakaman.
Program ini bertujuan untuk memberikan bimbingan keagamaan serta menanamkan nilai-nilai kemandirian dan akhlakul karimah sejak dini.
Membangun Generasi yang Kuat
Ketua LDK PWM Jatim, Ahmad Tholhah, dalam sambutannya menyampaikan pentingnya menyiapkan generasi yang tangguh, mandiri, dan berbakti kepada orang tua.
Ia mengutip firman Allah yang artinya, “Hendaklah engkau takut jika engkau meninggalkan generasi yang lemah.”
“LDK PWM Jatim terus mendorong LDK di tingkat daerah untuk aktif membimbing anak-anak di komunitas masing-masing, agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang berdaya dan berakhlak mulia,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur RS Al Furqon, Yusfit Effendi, berharap agar kegiatan ini bisa terus berlanjut setiap tahun.
“Semoga anak-anak dapat menjalankan ibadah puasa dengan baik, dan dari tahun ke tahun semakin meningkat kualitasnya. Program pesantren anak ini diharapkan mampu membentuk karakter Islami yang berkemajuan,” katanya.
Kisah Inspiratif dan Penanaman Akhlak
Sebagai pemateri pertama, Kak Faiz membawakan kisah inspiratif tentang tokoh-tokoh yang sukses meski berasal dari latar belakang sederhana.
“Lihatlah Nabi Muhammad Saw yang sejak kecil sudah yatim, namun berhasil membawa umat Islam ke dalam kehidupan penuh keimanan dan kedamaian.”
“Contoh lainnya adalah Sulaiman bin Abdul Aziz Al Rajhi, pendiri Bank Ar Rajhi, yang hanya lulusan sekolah dasar tetapi sukses karena kerja keras dan keteguhan dalam menjalankan ajaran agama,” jelasnya.
Sesi berikutnya diisi oleh Bunda Icha, yang menekankan pentingnya penanaman akhlak sejak dini.
“Jika anak-anak tumbuh dengan akhlak yang baik, maka di masa depan mereka akan menjadi pemimpin yang berintegritas. Indonesia Emas 2045 membutuhkan generasi yang lebih mengutamakan adab dibanding ilmu, dan lebih mendahulukan agama daripada kehidupan hedonis,” paparnya.
Mengakhiri dengan Kebersamaan
Di tengah kerasnya kehidupan di kota Surabaya, anak-anak yang tumbuh di lingkungan makam membutuhkan pendampingan dalam aspek akidah, ibadah, dan akhlak.
“Meski dengan segala keterbatasan, kita ingin menumbuhkan kemandirian dan keteladanan di antara mereka, agar kelak menjadi generasi penerus perjuangan Muhammadiyah,” tutur Ahmad Tholhah.
Pesantren anak ini diakhiri dengan buka puasa bersama, pemberian bingkisan, serta uang THR sebagai bentuk kebahagiaan bagi anak-anak. (*)
Penulis Ahmad Tholhah Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan