
PWMU.CO – Pimpinan cabang Muhammadiyah Kalibaru kembali melaksanakan Pengajian Ahad Pagi di Masjid Al Ihsan Kalibaru pada Ahad, (23/03/2025) dengan tema “Meraih Keutamaan Ramadan Bersama Kitab Mulia.” Materi pengajian ini disampaikan oleh Sofyan Rofi wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah Jember.
Di awal ceramahnya Sofyan mengingatkan kepada semua jamaah tentang pentingnya menuntut ilmu di masjid. Banyak orang yang mampu datang ke masjid tetapi tidak mau mendatangi masjid. Sementara juga banyak orang yang mau datang ke masjid tetapi tidak mampu mendatangi masjid.
“Bersyukurlah Saudara-saudara yang hadir dalam pengajian pagi ini karena Saudara-saudara adalah orang-rang yang diberi kemampuan dan kemauan mendatangi masjid untuk mengikuti pengajian,” ujarnya.
Asmaul Husna
Hidup terus berjalan. Sisa usia semakin menipis. Setiap manusia harus bisa memanfaatkan sisa-sisa usia yang ada untuk menciptakan kebahagiaan, baik kebahagiaan dunia maupun akhirat. Tidak ada satu orang pun yang hidup di muka bumi ini yang terlepas dari dosa. Jangankan manusia biasa, seorang nabi pun pernah melakukan dosa. Namun demikian, Allah berjanji berapa pun dosa manusia akan diampuni. Bahkan kata “arrohman” merupakan kata pertama dari nama-nama Allah yang jumlahnya 99 dalam asmaul husna. Kata “arrohman” juga terdapat diawal ayat surat Arrohman itu sendiri.
Ibnu Atoillah pernah mengatakan bahwa Allah tahu bahwa manusia itu lemah, maka Allah tidak menuntut banyak kepada manusia. Untuk sholat saja Allah hanya menuntut kepada manusia sebanyak 5 kali dalam sehari, ini karena manusia itu memang lemah. Karena manusia itu sangat lemah, maka Allah memberikan petunjuk kepada manusia berupa kitab suci al Quran.
Orang yang mampu memperoleh kemuliaan di sisi Allah adalah orang yang bertakwa. Orang yang bertakwa itu memiliki ciri-ciri sebagaimana yang tertulis dalam QS Al Baqoroh ayat 3-4, yaitu orang percaya kepada yang ghaib, melaksanakan sholat, menginfakkan sebagian rejeki yang diberikan Allah, percaya kepada kitab-kitab yang ditunkan Allah, dan percaya pada hari akhirat.
Begitu besar kasih sayang Allah kepada manusia, maka pada awal al Quran Allah sudah memberikan rambu-rambunya agar manusia bisa memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika semua manusia mengikuti semua petunjuk yang diberikan oleh Allah swt, insyaallah akan tercipta kemakmuran di muka bumi ini.
Rejeki Ahli Ibadah
Dalam al Quran surat Ali Imron ayat 37 dikisahkan “Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrob (kamar khusus ibadah), dia dapati makanan di sisinya. Dia berkata “Wahai Maryam! Dari mana ini kamu peroleh?” Dia (Maryam) menjawab, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rejeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.”
Dalam ayat yang lain dikisahkan bahwa Maryam tidak pernah pergi ke mana-mana selain berada di dalam mihrobnya. Hari-harinya dihabiskan di dalam mihrob untuk beribadah kepada Allah. Tetapi karena Allah telah berkehendak, maka Allah datangkan rejeki kepadanya.
“Sebagai manusia kita tetap harus berupaya, tetapi berserah diri kepada Allah adalah sebuah keniscayaan. Apa pun usaha yang kita lakukan, semuanya harus kita kembalikan kepada Allah.”
Ia menambahkan, apapun ujian hidup yang kita hadapi tidak usah mengeluh kepada orang lain karena orang lain juga punya masalah. Ujian harus dihadapi dengan sabar, dan sabar itu tidak ada batasnya. Semua yang diberikan Allah kepada manusia sudah tepat dan proporsional (seimbang). Masalah apa pun pasti bisa diselesaikan.
“Keseimbangan yang kedua adalah keseimbangan dunia dan akhirat. Imam Syafi’I meninggal pada usia 50 tahun. Meskipun meninggal dalam usia yang relative muda, tetapi sudah banyak karya yang dihasilkan. Artinya, Imam Syafi’i tidak hanya sholat saja dalam kesehariannya, tetapi juga bekerja dan berkarya.” pungkasnya. (*)
Penulis Sarwito Editor Amanat Solikah