Ny Van Kol memanfaatkan kebingungan Kartini, dan membujuknya agar menerima ajaran Kristen. Kartini menjawabnya dengan bahasa yang baik, “Yakinlah Nyonya,kami akan tetap memeluk agama kami yang sekarang ini. Serta dengan Nyonya kami berharap senangnya, moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama kami (Islam),patut disukai” (21 Juli 1902).
Dikiranya Kartini rapuh dalam keimanannya namun karena surat ajakan Ny Van Kol membuat benteng keyakinannya semakin kukuh dan tampillah cita-cita Islamnya ke permukaan. Betapa sulitnya menduga kemauan Kartini, seperti siap membuka Iman Kristiani. Kenyataannya tetap teguh, bahkan berani memberikan koreksi terhadap kerja Zending Protestan, agar menghentikan gerakan Kristenisasiya.
(Baca: Ini Salah Satu Perbandingan Kartini dan Siti Walidah)
Seperti yang dipaparkan dalam suratnya kepada E.C Abendanon, Kartini mengingatkan Zending Protestan jangan bekerja dengan mengibarkan panji-panji agama. Jangan mengajak orang Islam memeluk agama Nasrani. Hal ini akan membuat Zending memandang penduduk yang beragama Islam sebagai musuhnya. Dampak lanjutnya semua agama akan menjauhi Zending.
R.A Kartini memperingatkan bahwa gerakan Kristenisasi hanya menumbuhkan perpecahan. Orang Islam menganggap rendah orang yang memeluk agama Kristen. Demikian pula orang yang telah memeluk Kristen, memandang rendah bangsanya yang masih beragama Islam. Mereka ini merasa telah menjadi Belanda.
(Baca: Ketika Kartini Bertasbih dan Lebih dari Sekedar Kartini)
Pandangan R.A. Kartini yang demikian dinyatakan, “Orang Islam umumnya rendah pandangannya kepada orang yang tadinya seagama dengan dia, lalu melepaskan kepercayaan sendiri memeluk agama lain. Pada mata orang Islam yang menjadi Kristen itu sebaliknya memandang rendah pula kepada yang tainya seagama dengan dia itu. Oleh karena yang dipeluknya ialah agama orang Belanda, sangkanya dia sama tinggi derajatnya dengan orang Belanda.”
Diingatkan selanjutnya oleh Kartini, agar Zending mengajari orang benar-benar mengenal Tuhan Yang Maha Esa. Mengajarkan agama seperti yang telah melekat di ruhani bangsa Indonesia seperti agama Islam. Pendek kata, Kartini mengingatkan Zending, “Usahakanlah Zending itu, tetapi tidak dengan menasranikan orang” (31 Januari 1903).
Sejak kapan Kartini berubah memiliki keyakinan yang teguh ini. Dikuinya jauh sekali pengertian adanya Allah, surga, dan neraka. Dirasakannya di tengah pemberontakan batinnya, tidak satu pun agama yang diimaninya. Tuhannya adalah sanubarinya sendiri. Demikian pula tentang surga- neraka.
Tetapi setelah bertemu dengan seorang ibu tua (tidak disebutkan namanya), dialah yang menumbuhkan bunga melati mekar dalam hatinya. Dalam bahaha Jawanya dituliskan “Nyuwun sekar melati, ingkang mekar ing jering ati”. Dari sinilah keimanan kepada Allah mulai bersemi dalam dirinya yang bertahun-tahun lamanya didahagakan oleh jiwanya (15 Agustus 1902).
Selanjutnya halaman 3…