PWMU.CO-Dalam satu ruang kuliah di Universitas Muhammadiyah Ponorogo terjadi perdebatan yang memanas di antara peserta. Topik yang dibahas tentang penghapusan kolom agama dalam KTP. Didik Riyanto MKom dengan nada tinggi sambil berdiri menanyakan alasan bagi yang setuju penghapusan kolom KTP.
Menurut Didik Riyanto, tindakan pemerintah menghapus kolom agama dalam KTP merupakan upaya-upaya melindungi kelompok-kelompok terlarang lebih leluasa hidup di negeri ini.
Baca Juga: Universitas Dampingi Mahasiswa hingga Punya Usaha
“Identitas agama itu penting, sebagai rasa kebanggaan terhadap agama yang dianut. Bayangkan jika ada orang meninggal tanpa identitas agama, orang yang menemukan jenazahnya akan kebingungan dalam proses perawatan jenazah,” ujarnya berapi-api.
Peserta lain juga mengungkapkan argumentasi mendukung penghapusan kolom agama. Alasannya, kepercayaan seseorang itu hubungan pribadi dengan Tuhannya. Pencantuman agama di KTP menimbulkan persoalan kepercayaan warga negara yang tidak dianggap agama haknya diabaikan oleh negara. Padahal UUD menjamin kepercayaan dan keyakinan dilindungi negara.
Pertentangan tersebut berusaha diredam oleh peserta lain dengan memberikan pendapat jalan tengah. ”Biarlah warga negara sendiri yang menentukan apakah kolom agama itu diisi atau dikosongi karena tidak mau dipaksa menulis salah satu agama yang diakui pemerintah,” katanya.
Ketegangan akibat perbedaan pendapat itu merupakan simulasi pembelajaran bermain peran dalam pelatihan Applied Approach (AA) yang diadakan oleh Bagian Sumber Daya Manusia Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Dalam simulasi itu ada tim pro, kontra, pembully, penyeimbang, penyemangat, pendiam dan pemblokir. Pelatihan ini untuk meningkatkan kualitas perkuliahan di perguruan tinggi. Acara ini bekerja sama dengan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dan Kopertis 7 berlangsung mulai Senin (26/02/2018) hingga Jumat (2/3/2018).
Bermain dan belajar seperti simulasi itu salah satu metode menarik dalam melatih berdiskusi, menyampaikan pendapat yang rasional logis dan harus dipertanggung jawabkan secara keilmuan sesuai perspektif keilmuan masing masing.
Peserta pelatihan Sigit Dwi Laksana MPdI mengatakan, acara ini sangat bermanfaat, peserta memperoleh inovasi-inovasi pembelajaran dan ilmu-ilmu baru yang sangat menunjang profesionalisme dosen.
“Pelatihan ini sangat menyenangkan, peserta tidak hanya memperoleh teori tetapi juga praktik sehingga sangat bagus untuk pengembangan profesionalisme dosen untuk peningkatan mutu universitas,” kata Kepala Prodi Pendidikan Aagama Islam ini.
Pendapat senada disampaikan Nurul Hidayah SE MAk. Menurutnya, peserta pelatihan acara ini sangat bermanfaat dalam meng-upgrade perkembangan baru dalam dunia pendidikan.
“Acara ini sangat penting bagi dosen, selain untuk pengembangan pembelajaran seperti kurikulum dalam meningkatkan profesionalitas, juga meng-upgrade perkembangan kekinian dalam dunia pendidikan yang lebih berkualitas,” ujar Kaprodi D3 Akuntansi ini.
Acara ini diikuti 98 peserta dari berbagai lintas jurusan dan fakultas. Materi yang disajikan antara lain strategi peningkatan kualitas pendidikan tinggi, etika moral dalam pembelajaran, pendidikan karakter, manajemen mutu terpadu, konstruksi pembelajaran, konsep dasar pengembangan kurikulum, pembelajaran berbasis laboratorium, evaluasi proses belajar mengajar, evaluasi alternatif, rekonstruksi RPP dan Silabus, penulisan buku ajar, PTK, dan praktik micro serta macro teaching.
Pembicara yang dihadirkan pakar pendidikan seperti Prof Dr Dyah Sawitri SE MM, Prof Dr Ngadiman MPd, Prof Dr Ismanto, Dr Sueb Hadi MPd, Dr Rudi Santosa MPd, Dr Andri Pitoyo MPd, DrHartono MPd, dan Dr Pardji MPd. (Alip)